Mutiara Cinta 12

247 50 2
                                    

Meja makan sudah penuh dengan menu sarapan. Mema dan Danel sudah ada disana.

Menyusul Rudra dan Zoya dan tida lupa juga Dinda. Gadis itu berusaha menahan rasa cemburu dan kesal nya saat melihat Rudra selalu menatap Zoya.

Mema dan Danel hanya tersenyum. Dan fokus kembali pada sarapan nya.

Zoya perlahan-lahan menyuapi diri nya sendiri, dan dia sadar kalau Rudra memperhatikan nya. Karena itu dia merasa canggung dan gugup. Namun dia berusaha bersikap normal. Dinda yang yang berusaha menahan kekesalan nya seperti ingin menerkam Zoya agar menjauh dari sisi Rudra terpancar di sorotan mata nya meski tidak ada yang menyadari nya.

***

"Bagaimana perasaan pengantin baru."

"Apaan sih, Zayn."

"Loh. Aku hanya bertanya bro."

"Sudahlah."

"Apa nya yang sudahlah. Apa kau sudah bicara dengan Zoya?"

"Bicara apa nya. Dia diam , aku pun diam, lidah ku berasa kaku ketika berdiri di hadapan dia."

"Bro. Kamu benar-benar jatuh cinta terlalu dalam pada nya."

Rudra terlihat berpikir dengan sedikit gelisa.

"Aku harap, kamu akan bicara dengan Zoya setelah kembali dari kantor."

"Apa yang harus aku katakan Zoya, Zain."

"Katakan kalau kau mencintai nya." Beres.

"Beres-beres aja kamu. Tidak segampang itu."

"Lah terus harus bagaimana. Jika kamu tidak segera bicara pada nya, aku jamin dia akan berpikir bahwa kau kembali menikahi nya karena anak-anak kalian."

"Ya terus aku harus mulai darimana?"

Zayn hanya mengangkat kedua bahu nya sembari mengangkat alis nya dan beranjak dari hadapan Rudra.

"Baiklah aku harus kembali ke meja kerja ku. Aku harus menyelesaikan pekerjaan. Ok!"

"Zayn....zayn ... Ah sial."

•••

"Aira... Arion..."

"Apakah pernikahan ini hanya karena kalian, anak-anak ku."

"Tapi kalian tahu, Mama menerimah pernikahan ini lagi karena Mama benar-benar mencintai Papa kalian."

"Rudra."

Batin Zoya sembari berdiri di jendela kamar menatap pepohonan di luar sana.

"Zoya."

Suara sapaan Dinda membuat nya sedikit terkejut.

"Oh maaf apa aku mengagetkan mu."

"Ah Tidak, masuk Din."

"Zoya."

"Kenapa Din."

"Uhh ... Ah.. tidak. Apa aku boleh melihat Aira."

"Ya boleh Din, dia di keranjang tidur nya."

Dinda dan Zoya melihat Aira. Yang sedang berbaring dengan kata yang berbinar.

"Dia cantik sekali." Puji Dinda meski itu hanya basa basi.

Zoya hanya tersenyum sembari mengelus pipi mungil Aira.

Mereka berdua pun beranjak keluar dari kamar itu.

"Bagaimana cara nya agar, prempuan sialan ini segera menghilang dari sisi Rudra ku."

Batin Dinda sembari berjalan mengikuti Zoya.

MUTIARA CINTA Where stories live. Discover now