24. Sasageyo, Yowaimou!

Start from the beginning
                                    

“Seseorang itu siapa, ya? Atau itu kekasihmu..” Haechan tersenyum geli, ia mengusap lehernya mengurangi perasaan aneh yang berlabuh dihatinya.

“Aku ingin menjadikannya kekasihku, tetapi sepertinya dia hanya menganggapku sebagai seorang teman atau sahabat. Hanya batasan itu yang kudapat selama hampir dua tahun kurang aku mengejarnya-”

“Dia masih susah digapai.” balas Haechan. Jeno menyimak cerita dari Haechan dengan baik.

Tangan Jeno bergerak menepuk bahu laki-laki kelahiran Juni itu, “Jangan menyerah, bisa kau beritahu namanya? Siapa tahu aku bisa membantumu.”

“Itupun jika aku mampu, ehe.” ujar Jeno. Haechan sedikit menimang-nimang tawaran Jeno.

“Namanya Huang Renjun, dia Jurusan musik disini.” Seketika ingatan Jeno berputar pada kejadian dua tahun lalu, di minimarket.

‘Ternyata teman si homo.’ Memori itu berputar sendiri, seakan mengingatkan keburukkannya yang dahulu.

“Jen? Kenapa kau malah melamun?” panggil Haechan bingung. Jeno tersadar, kemudian ia cengengesan.

“Tidak, seperti nya aku tidak mengenalnya, Haechan.” ucap Jeno tidak enak. Haechan tahu hal itu, ia mengusak rambut Jeno pelan.

‘Aku akan menanyakan ini pada Jaemin setelah selesai kelas nanti. Pastinya aku akan mendatangi tempat latihannya, membosankan.’

“Aku tidak memaksakan mu kok.” tenang Haechan.

“Ah, ya. Rambut ku jadi berantakan, sialan!”

“Ya maaf.”

———

“Kenapa aku tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak enak.”

“Ada sesuatu yang mengganjal, apa ya?”

“Apa aku lupa sesuatu untuk dikatakan pada Haechan tadi? Kurasa tidak ada sama sekali.”

“Mungkin hanya perasaan ku saja kali, ya?” monolog Jeno disepanjang koridor.

Saat ini ia sedang berjalan menuju ruang kelasnya. Soal Haechan, bocah itu undur diri lebih dulu ada urusan mendadak katanya. Jeno tidak terlalu memikirkan hal itu.


Ketika sang dosen tengah menjelaskan materi didepan sana, untuk pertama kalinya selama Jeno kuliah tidak bisa terfokus pada materi yang disampaikan oleh dosen itu. Pikirannya masih berputar-putar memikirkan Huang Renjun.

Gelisah mendera lubuk hatinya sejak Haechan menyebut nama Renjun. Padahal cuma nama saja, kenapa bisa membuatnya dilanda pening mendadak?

“Jeno Lee!” panggil dosen tersebut. Jeno terkejut, ah pantas saja ia melamun sedari tadi. Tidak salah kalau dosen menegurnya.

“Maafkan saya, pak.”

‘Aku harap ini cepat berakhir, pikiran ku kusut sekali rasanya.’

Seluruh mata kuliah Jeno sudah berakhir, ia dengan tergesa-gesa keluar dari ruangan itu. Tidak peduli seseorang memarahinya karena asal menyerobot tanpa permisi.

“Semoga firasat ini salah.”

🎶

T

idak sampai dua puluh menit memakan waktu perjalanan, Jeno sudah tiba ditempat biasa Jaemin dan rekannya latihan musik. Ia turun dari taksi, matanya terkagum.

“Tempat ini jauh lebih bersih dan rapih dari sebelumnya.” monolognya. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju pintu kaca hitam gelap.

Kedatangannya dipercepat, apa itu bisa menjadi sebuah kejutan untuk Jaemin? Pasti akan sangat senang, pikir Jeno.

Baru saja mendorong pintu kaca hitam gelap itu, pemandangan tidak menyenangkan terpampang didepan matanya sendiri. Ia melihat itu dengan jelas oleh mata kepalanya sendiri.

“Je-Jeno!” ucap Jaemin terkejut bukan kepalang. Jeno, ia masih berdiri dengan mata yang berkaca-kaca. Ternyata itu benar? Sesuatu yang mengganjal adalah ini?

Jeno membuang muka, enggan menatap Jaemin yang berdiri dihadapannya.
“Jeno, aku bisa jelaskan sayang.”

“ini jebakkan!”

Diam, Jeno sama sekali tidak menanggapi omongan dan permohonan Jaemin. Entah itu benar apa tidak, isi pikirannya masih terbayang-bayang kejadian yang terjadi didepannya beberapa menit yang lalu.

Jaemin terus memohon, berusaha mencari celah untuk dapat menjelaskan semuanya pada Jeno. Akan tetapi, setiap sebuah kesalahan memiliki bukti yang akurat. Dan Jaemin tidak memiliki hal itu untuk dibuktikan.

“Jaemin..”

“Iya Jeno? Kamu memaafkan ku bukan sayang? Ini semua salah paham. Kamu pasti tahu itu, kan?” celoteh Jaemin dengan air mata yang bercucuran tidak tahu sejak kapan.

“Ayo putus.”




Sebelum kejadian...

“Aku akan memberikan minuman ini pada, Jaemin.”

“Jika dia sudah ada reaksi kau bisa datang menghampiri nya. Paham?”

“Ya, aku paham. Jangan lupa uangku, jika kalau bukan karena uang aku sangat malas.”

“Berisik, lakukan saja tugasmu.”

‘Sebentar lagi kau akan menjadi milikku Jaemin, dan untuk kau Jeno? Kau kalah pintar dariku. Selamat tinggal perebut~”

[ Bersambung... ]

Halo, saya kembali. Maaf kalau ga sesuai ekspektasi kalian ya, saya agak lupa alur ceritanya

Kalian tau lagu cry baby? Intro anime tokyo

Jangan lupa mampir di cerita saya yang lain ya!

Jangan lupa tinggalkan jejak, see u!

HOMOPHOBIC - JAEMJENWhere stories live. Discover now