К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
Jika kau mencintai seseorang, katakan padanya. Katakanlah padanya walau hal tersebut menyebabkan hidupmuterbakar menjadi abu, katakanlah sebelum terlambat.
YEON HANA pernah mendengar hal itu dari seseorang, bertahun-tahun yang lalu, jauh sebelum dia menaiki Menara.
Awalnya dia hanya menganggap itu sebagai angin lalu, kata-kata penuh angan yang dilontarkan seorang pengelana, agaknya terlalu lelah meniti perjalanan.
Tetapi, bagaikan pepatah yang mengatakan 'kau tidak akan mengerti jika belum merasakan', Hana juga begitu.
Karena sekarang ini, dia sedang merasakannya. Perasaan yang membuat dentum jantungnya bergerak dengan ritme yang tidak wajar.
Guratan kupu-kupu di perut tidak membantu sama sekali karena hal itu hanya membuatnya semakin gugup ketika berada di dekatnya.
Tapi Hana menyukainya, perasaan ini...
Cinta?
Entahlah, Hana belum bisa memastikannya.
🌸
Penduduk Menara memanggil mereka sebagai Irregular, orang-orang yang berasal dari luar Menara.
Hana ingat saat pertama kali bertemu Jahad, dia merupakan sosok yang pendiam dan penuh karisma.
Surai pirang dan iris oranye, terlihat begitu indah diterpa oleh cahaya. Hana sedikit menyayangkan dia sering menutup matanya.
Karena memangnya siapa yang tidak terpesona?
Kalau ada, Hana akan mendatangi orang itu dan bertanya 'bagaimana rasanya menjadi buta dan punya selera rendah?!'
Ah, tidak. Hana hanya bercanda, sungguh!
Walau jauh di dalam lubuk hatinya, dia ingin membakar orang yang tidak setuju dengan pendapatnya.
"Apa kau ingin mendaki Menara? Kalau begitu temanilah aku sebagai rekanmu, yang kelak akan menuntunmu sampai ke puncak Menara.''
Jahad menghampirinya saat itu, di lantai dua Menara, bersama beberapa orang yang tidak dia kenali.
Hana tahu, Jahad menjadikannya rekan karena kebolehannya yang mengangumkan dalam memanipulasi api. Hana pun begitu, dia setuju mengikuti Jahad karena dia pantas menjadi seorang pemimpin yang akan menuntunnya sampai ke puncak Menara.
Dengan itu, pertemanan pun terjalin, walau Jahad tetap konsisten bahwa dia dan yang lain hanyalah sebatas rekan.
Tapi Hana tahu, jauh di dalam lubuk hatinya, Jahad menganggap mereka sebagai teman.
