"Sialan, sialan, sialan" Yibo hanya bisa memaki dirinya sendiri dalam hati. Ia pikir kenapa ia bodoh sekali dengan menyetujui hal gila itu.

Dengan perasaan kesal ia kembali melajukan sepeda motornya meninggalkan arena balap yang masih ramai.

"Yak! Yibo kau mau kemana?" teriakan Haoxuan mengundang semua orang menatap kepergian Yibo dan juga dirinya yang sedang menatap kepergian Yibo.

Sedangkan Xiao Zhan malah terlihat acuh, tidak perduli kemana Yibo akan pergi. Karena yang terpenting ia adalah pemenangnya.

"Ayo pergi minum! Aku yang teraktir kali ini"

"Apa kepalamu terbentur? Tumben sekali" ujar Zhuocheng merasa heran karena tidak biasanya Xiao Zhan akan melakukan hal itu.

"Mau atau tidak?"

"Tentu, tap--"

"Oke! Aku anggap kau menolak" Zhan memotong ucapan Zhuocheng dengan cepat, yang mengakibatkan ia mendapatkan geplakan sayang di kepalanya.

"Aku belum selesai bicara idiot" sungut Zhuocheng kesal.

"Kau terlalu lama"

"Ak--yak! Kau mau kemana?" Zhuocheng memicingkan matanya saat melihat Zhan sudah mengenakan helemnya, dan bersiap untuk pergi.

"Menemui kekasihku" Balas Zhan tanpa melihat Zhuocheng.

"Kekasih? Zhao Liying?" tebak Zhuocheng yang langsung mendapat gelengan kepala dari Zhan.

"Bukan dia, tapi kekasih yang lain" balas Zhan dengan terkekeh pelan. Ntah kenapa ia malah membayangkan Wajah kesal Yibo yang sedang menatapnya. "Sudahlah! Aku pergi dulu" Zhan menepuk bahu Zhuocheng, dan setelahnya berlalu begitu saja dari keramayan di sana.

.
.
.
.
.
.
.

Wang Yibo menghentikan laju sepeda motornya di sebuah jembatan yang terlihat sepi, mengingat jam sudah menunjukan pukul 03:45 Pagi. Hanya ada beberapa orang di sana, orang-orang yang asik duduk di pinggir jalan dengan sebotol minuman beralkohol yang menjadi temannya.

Ia menghela nafas kasar. Tangan kanannya merogoh saku celananya untuk mencari sebuah benda pintar miliknya. Terlihat banyak sekali notifikasi pesan dari kekasihnya tapi ia tidak tertarik untuk membalas semua pesan itu. Ia malah kembali memasukan ponselnya, dan kembali melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak ingin pulang ke apartemen dan berakhir bertemu Xiao Zhan. Jadi ia memutuskan untuk pulang ke rumah tempat ia dan Haikuan tinggal.

Hanya butuh waktu 20 menit untuk Yibo sampai di rumahnya. Ia belum turun dari atas motornya, ia hanya mengamati rumah yang terlihat sepi, dan menyeramkan dengan hanya lampu depan yang menyala, yang membuat rumah itu lebih mirip rumah hantu. Wang Yibo jadi merinding sendiri jika harus tinggal di tempat itu sendirian.

"Lebih baik aku menghadapi Xiao Zhan yang seperti setan, daripada melihat setan asli" dan Yibo memutuskan untuk kembali ke apartemen Xiao Zhan.

.
.
.
.
.
.
.
.

Xiao Zhan membuka pintu apartemen dengan perlahan. Semua lampu mati, dan ia pikir Yibo belum pulang. Zhan berjalan santi memasuki apartemennya, langkah kakinya membawa ia menuju kamarnya tanpa berniat untuk menghidupkan lamu di ruangan tamu terlebih dulu.

Zhan masuk kedalam kamarnya. Keadaan kamar sama gelapnya tanpa pencahayaan satupun, tapi lagi-lagi Zhan tidak ingin menghidupan lampunya.

"Ah lelah sekali rasanya" ia melemparkan jaketnya asal. Dan dengan santainya ia membuka kaos yang ia kenakan sehingga kini ia bertelanjang dada, setelahnya ia membuka celana hitam panjangnya, dan menyisakan celana boxer saja. Lagi pula ia sudah terbiasa tidur seperti ini. Ia merangkak naik ke atas tempat tidur tapi suara langkah kaki menghentikan gerakannya, dan ia tahu itu pasti Yibo.

Two Crazy PeopleWhere stories live. Discover now