3. War

4.3K 379 24
                                    

Awas Typo bergentayangan


***

Hari itu adalah hari dimana Julianne begitu ketakutan, istana menjadi sangat sepi, ratu sedang memeriksa keadaan rakyatnya, Julianne sedang berada di perpustakaan berusaha berkosentrasi membaca beberapa buku yang ada disana, dengan beberapa pengawal yang sedang mengikutinya sedari tadi, saat ini raja memang melipat gandakan penjagaannya dan juga ratu. Usahanya untuk fokus dalam buku yang dia baca sangatlah percuma karena dia tidak akan pernah fokus, tidak ketika ayah dan kakaknya sedang berperang, tidak juga dengan Blaire yang masih berada di gereja dan menolak untuk kembali keistana.


Beberapa saat kemudian raja dan pangeran telah kembali, Julianne memeluk mereka secara bersamaan ketika mereka memasuki istana, sang raja tersenyum, tapi Julianne tahu senyuman itu hanyalah senyuman yang dipaksakan untuk menenangkannya saja, semuanya seolah dipaksakan saat itu, mereka bersikap seolah semuanya baik-baik saja, padahal semuanya berjalan semakin buruk dan buruk setiap harinya.


"Putriku yang paling cantik, bagaimana harimu?" tanya sang ayah lembut


"Baik ayah, apakah ayah terluka parah?" tanya Julianne cemas


"Tidak, ayah baik-baik saja, tapi kakakmu sedikit terluka"


"Benarkah, coba kulihat" Julianne memeriksa keadaan kakaknya, lalu menemukan luka gores di pelipis, leher, dan perut bagian kanan kakaknya.


"Astaga, banyak sekali, ayolah aku akan mengobatimu" Julianne memapah Daniel menuju kamarnya.


Setelah mengambil beberapa obat, Julianne perlahan melepas baju besi yang masih melekat sejak tadi hingga Daniel bertelajang dada, Julianne melihat kakaknya meringis kesakitan ketika Julianne mulai membalut luka sang kakak.


"Bagaimana perang hari ini?" tanya Julianne sambil menyeka darah yang masih keluar dari luka Daniel menggunakan kain berwarna putih tulang.


"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, semuanya akan baik-baik saja" hibur Daniel sambil tersenyum dan mengelus rambut adik kesayangannya.


"Kita akan baik-baik saja?" tanya Julianne polos, Daniel mengangguk menjawab pertanyaan Julianne.


"Kemarilah" Daniel beranjak memeluk adiknya dengan erat.


***


"Kemenangan untuk Norsthland!!!" Daniel berseru dibarisan pertama, suaranya disambut oleh pasukan dibelakangnya dengan serempak, lalu yang terdengar hanyalah suara gemuruh dari langkah kaki, pedang yang saling beradu, dan ringkihan kuda perang. Suasana menjadi sangat mengerikan ketika pasukan berkuda dari pasukan lawan semakin membabi buta menebas apapun yang ada dihadapan mereka, tanah yang subur lama kelamaan menjadi berwarna merah karena darah yang tertumpah begitu banyaknya, langit telah diselimuti awan gelap, petir terus menyambar liar dilangit, diikuti dengan gemericik air hujan yang lama-kelamaan berubah menjadi badai yang hebat.


Daniel hampir putus asa ketika menatap para pasukannya yang semakin menipis hingga akhirnya jendral perang mereka meneriakkan kata 'Mundur' dimedan perang ini, semua tampak seperti mimpi tapi inilah kenyataannya, ketika mereka harus berlari mundur dalam perasaan hancur mengaku kalah, sementara sorakan dari kerajaan Cormwell menjadi-jadi.

Violet CormwellWhere stories live. Discover now