Bab 57 - Apep the Great Snake

Începe de la început
                                    

Bahkan namanya sendiri Amen-ra juga mengandung nama sang dewa matahari. Dia adalah dewa pencipta kehidupan, pemelihara dan kelahiran.

Namun bukan gelarnya sebagai dewa Ra yang membuat Mena merasa ingin mendengarkannya. Dia pernah bertemu banyak dewa. Seperti Anubis, Ma'at serta Horus. Namun mereka semua berfisik layaknya manusia.

Ra yang berwujud hologram adalah tampilan yang paling mendekati dari bayangan mena sebelumnya tentang dewa. Dia lebih meyakinkan sebagai dewa ketimbang dewa Mesir lain yang pernah dia jumpai.

"Kau ingin aku meramal lagi? Bukankah aku benar tentang Hermes yang akan mengajakmu ke Memphis dan bertemu temannya Esara?" Dia menyeringai.

"Aku butuh diyakinkan lebih dari itu, dewa Ra. Kau sendiri yang bilang sudah ribuan tahun ikut dalam tongkat Thoth yang dibawanya. Wajar kalau kau hafal kebiasaan Hermes." Mena tidak mau kalah.

"Jadi aku belum cukup meyakinkan sebagai dewa Ra?" Tanyanya sedih.

"Belum, maafkan aku. Aku tidak mau salah memutuskan," sahut Mena teguh.

Dewa Ra tampak berpikir. Dia awalnya mengira kalau Mena mudah dipengaruhi. Ternyata dia sangat waspada. Ra memang hanya sebuah program dengan ingatan dewa Ra yang asli.

"Baiklah, bagaimana kalau begini. Sebentar lagi, tanah akan bergetar, kemudian seisi penginapan panik karena mengira terjadi gempa Bumi," katanya kalem.

"Kapan itu terjadi?"

"Sekarang, 3,2,1—"

Mena pun melihat mangkuk gerabah berisi air yang dia letakkan di jendela beriak. Kemudian tidak lama seluruh tanah yang dipijaknya bergetar.

Dia bahkan tidak sempat berteriak melainkan lari sekuat tenaga keluar kamarnya. Dia melihat semua orang yang menginap panik berteriak karena merasakan gempa.

"Apa kau sudah percaya?" Ra bertanya.

"Bisa saja kau lebih dulu melihat air di mangkuk airku tadi bergejolak, kau hanya menebak!" Mena masih mau menguji dewa Ra. Dia melihat pohon kurma dan meyakini kalau itu tempat yang aman. Dia berteduh di bawah daunnya yang rindang berharap langit tidak akan runtuh menimpanya.

"Astaga! Baiklah, kali ini kau tidak bisa membantah kebenaranku lagi. Gempa ini bukan satu-satunya yang akan kuramalkan. Sekarang lihatlah ke arah Utara. Ke belakangmu!"

Mena segera menuruti kata-kata Dewa Ra.

"Sekarang kau akan melihat Apep, musuh bebuyutanku keluar dari retakan di bawah tanah. Lalu—anakku Seth akan menunggangi kepalanya." Ra berkata yakin.

Tidak sampai semenit, gempa lokal bertambah kuat. Kemudian berhenti berganti dengan keheningan yang mencekam. Seperti yang dikatakan Ra tadi, tanah yang kering retak. Kemudian hawa panas yang lebih terik ketimbang sengatan matahari di siang musim panas terasa darinya.

Awalnya Mena mendengar suara desisan ular yang berbaur tidak alamiah dengan nada serupa gesekan tembaga. Lalu lidah reptil raksasa terlihat muncul pertama kali seolah mengecap udara. Mena merasa kakinya lemas begitu melihat mata besar serupa kristal kuning berkilau berkedip ke arahnya.

Dia adalah Apep alias Apophis, monster ular raksasa yang dalam legenda diceritakan kerap bergelut dengan dewa Ra. Seorang dewa bertubuh gagah dengan topeng serupa campuran hewan keledai dan anjing Jackal terlihat menungganginya. Mena tahu kalau dia adalah Seth.

Apep merayap dengan gesit di permukaan tanah berpasir. Membuat warga memphis berlarian karena panik. Dia sangat besar dengan sisik serupa logam seakan dia tengah mengenakan baju zirah. Wujud Apep mengingatkan Mena pada ular Derik, hanya saja jauh lebih buruk dan berbahaya.

Kendati tadi Mena sempat mengira Apep menatapnya—tampaknya itu hanya kebetulan. Monster itu dan penunggangnya tampak tidak berminat pada sang Firaun yang saat ini tidak ubahnya warga Mesir biasa yang ketakutan.

"Apa yang kau lakukan Amen-Ra? Kalau kau diam saja, mereka akan mencurigaimu. Larilah seperti rakyat jelata lainnya!" Ra mengingatkan.

Rasa takut yang menderanya perlahan luntur berganti dengan ketenangan yang terpaksa. Dia harus lari. Tapi tidak ada tempat yang terlihat aman. Kemana Hermes dan baba ketika dia membutuhkan mereka?

"Aku harus kemana?" Mena menggumam seraya terengah berlari tidak tentu arah.

"Sekarang kau percaya padaku?" Ra bertanya dengan suara tanpa wujudnya.

"Entahlah," sahut Mena bimbang tidak terlalu fokus.

"Kau tahu, Seth mencarimu dan Hermes. Kalau dia tidak ada, mereka pasti akan mengincarmu. Kau bisa saja mati, karena tidak ada Hermes di sini untuk melindungimu. Apakah kau akan mati dengan tenang mengetahui Mesir dipimpin ahmose? Atau lebih buruk lagi—dikuasai oleh Seth?" Ra bertanya lagi, menguji sang Firaun.

"Tidak, tentu saja tidak!" Mena berteriak sambil berlari semampunya. Tapi dia bukan prajurit, tubuhnya tidak terlatih untuk itu. Nafasnya terasa hampir habis dan jantungnya berdebar cepat.

Apep menoleh ke arahnya. Dia menyadarinya. Mungkin dia tidak benar-benar melihat Mena karena dia berbaur dengan ratusan warga lainnya yang sama paniknya. Tapi tetap saja itu membuatnya cemas.

"Baiklah! Aku percaya padamu! Bawa aku ke tempat aman, dewa Ra!" Seru Mena panik.

"Kau seharusnya mengatakannya lebih cepat. Aku hanya bisa memandumu. Sekarang pergilah ke kuil Ra, letaknya tidak terlalu jauh dari Memphis. Apa kau bisa menunggang kuda?"

"Kuda katamu? Tidak bisa!"

"Ada satu kuda yang cukup jinak untuk kau tunggangi, Amen-Ra,"

"Yang mana?"

"Pelops, kuda Sembrani milik Hermes,"

"Apa!?"

"Kau tidak punya pilihan lain, Firaun,"

Mena berhenti berlari, dia masih belum terlalu jauh dari penginapan Esara. Di sana dia bisa melihat kandang kuda dan Pelops ditambatkan di sana. Punggungnya diselimuti untuk menutupi sayapnya. Hermes berpergian tanpa Pelops.

Entah keberanian seperti apa yang merasuki Mena. Mungkin keyakinan kalau dewa Ra bersamanya telah menguatkan dirinya. Mena berlari ke arah Pelops dan melepaskan talinya. Pelops mendengus karena mengenalinya. Mena baru sekali menungganginya dan enggan mengulanginya. Tapi dia kini membuka kain penutupnya dan menaiki punggungnya dengan sudah payah. Mena pun memasang tali pengaman dan menepuk leher Pelops pelan.

Dia meringkik dan melebarkan sayapnya yang menakjubkan. Peristiwa itu unik dan memantik perhatian Apep. Ular raksasa itu berdesis marah dan merayap cepat ke arah mereka berdua.

"Oh ya ampun, aku lupa kalau pelops terlalu mencolok. Suruh dia terbang Amen-Ra!" Kata Ra memerintah.

Mena layaknya nahkoda yang diminta mengambil alih kapal. Dia tidak tahu bagaimana mengendalikan kemudinya dan hanya mengandalkan instingnya.

"Terbanglah Pelops!" Mena menggunakan bahasa Yunani yang sempat dia ingat diucapkan oleh Hermes ketika mereka terbang.

Apep meludah cairan asam yang membakar ke arah mereka, namun Mena beserta kuda sembraninya telah melompat terbang dengan cepat ke atas awan.

The Queen Of EgyptUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum