"Dengar," penyihir itu memaksa manik terang Mammon berpapasan dengannya. Menangkup dagu mungilnya dan mendongakan kepala Mammon. "Kalian hanyalah kumpulan makhluk rendahan--!!"

--Dinding salah satu gedung tua itu tiba-tiba hancur seketika.

Tiga sosok tegap muncul dari balik reruntuhan.

"Mammon!!"

Lucifer, Diavolo dan Barbatos adalah demon yang berhasil menemukan posisi Mammon.

"Luciiii!" Mammon menggeliat lega dalam duduknya. Air mata sedih berganti senang melihat kehadiran Lucifer yang langsung membawa ketenangan pada batinnya.

Penyihir di depan Mammon mengatupkan mulut tak percaya. Terbelalak sesaat nama 'Lucifer' terlontar dari bibir Mammon. "L-Lucifer...?!!"

Lucifer dengan tegas berjalan mendekati penyihir itu. Tangannya gatal untuk memberi pukulan meski yang dihadapannya saat ini adalah seorang wanita.

Tidak ada--makhluk atau ras manapun--yang diperbolehkan untuk mengusik adik-adiknya.

Satu pun.

...atau akan berurusan dengannya langsung.

"Satu-satunya Lucifer di Devildom ini. Apa siap menanggung segala resiko yang kau perbuat? Manusia sampah?"

Penyihir menciptakan garis pembatas berupa api antara dirinya dan Lucifer. Menghentikan langkah demon yang masuk dalam 7 dosa itu. "Kalian licik! Jangan melawan dengan cara mengepungku seperti ini!" Penyihir itu lalu menunjuk orang di samping Lucifer. "Aku tidak ingin melawan Lucifer! Aku memilih dia!"

"Heh..." demon yang ditunjuknya menyunggingkan bibir tinggi. "...kau ingin langsung melawan Demon Prince?" tanya Diavolo menunjuk dirinya sendiri. Penyihir itu kembali dibuat tercekat. "Baiklah..."

"H-Huh...?! Demon P-Prince...?!"

Sebelum Diavolo melangkah, penyihir itu kembali menahan pergerakannya. Memperbesar sihir apinya."K-Kalau seperti itu, a-aku akan melawan yang disampingmu saja!"

"Ah, pilihan tepat," Barbatos tersenyum penuh arti. "Saya hanya butler."

Penyihir itu menyengir lebar penuh kemenangan. Mengangkat tangan untuk melontarkan serangan, namun...

"...uhk!!!"

Barbatos lebih dulu mengunci pergerakannya dengan membanting tubuh penyihir itu ke bawah.

Mencengkram kedua tanganya ke belakang dengan satu tangan dan mengikatnya.

Penyihir itu pun mengumpat kasar dan meronta untuk dilepaskan.

"Hanya manusia bodoh yang ingin melawan Barbatos," dengus Lucifer dan segera berlari kearah Mammon. Melepas tali yang mengikat tangannya, lalu membiarkan adik dalam wujud kecilnya itu memeluk tubuh Lucifer.

"L-Luci... Mon pikil, tidak akan ada yang bisa menemukan tempat ini." Mammon mendusel pada bahu Lucifer.

"Itu tidak mungkin, Mammon," sahut Diavolo sembari mengacak surainya. "Aku mengetahui Devildom di luar kepala."

Lucifer mendorong perlahan tubuh mungil Mammon untuk dapat melihat jelas wajahnya. Dan mendelikan mata ketika melihat lebam pada pipinya. Manik ruby Lucifer  tertutup oleh kilatan amarah. "Ada apa dengan wajahmu, Mammon???"

"H-Huh..." Mammon berusaha menutupi pipinya dengan hoodie, namun tenaga Lucifer ketika menahannya lebih kuat.  "...a-ah, Mon ba-baik-baik saja Luci... he he he..."

Beberapa saat lalu, Lucifer masih dapat menahan emosinya. Tetapi melihat adiknya terluka karena orang lain... ia tak mungkin tinggal diam.

Bangkit dengan tanduk dan sayap kebanggaan khas penghuni dunia bawah itu terbuka lebar. Keempat sayap Lucifer menegang ketika ia berusaha menahan darahnya yang telah mendidih.

Happy B'Day... Baby Mammon?! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang