Mammon menepuk keningnya sendiri. "Demi Goldie-ku yang masih disita Lucifer..." gumamnya, menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan. Menjaga agar emosinya tidak meledak. Dibutuhkan stok kesabaran  lebih jika ingin beradu mulut dengan si demon wibu itu. "...karena itu memang Dosaku! Aku diharuskan--tidak, diwajibkan menjadi serakah!" Mammon lalu memberikan Leviathan lirikan sinis. "Kau hanya iri karena aku selalu menjadi pusat perhatian, bukan? Akuilah. The Great Mammon selalu menjadi topik panas setiap generasi di Devildom."

"Iuuuuuuhhh, kehidupan Normieesss," Leviathan mengibaskan tangan jijik. Membayangkan setiap pasang mata tertuju padanya saja sudah mampu membuat tubuhnya bergidik. "Aku paling membenci hal itu dan kau pun tahu, Mammon. Jangan jadikan aku tameng atas kesalahanmu!"

"Mulai lagi... kutipan dari anime mana yang kau gunakan itu?"

"Oh, itu Shoujo manga! Ketika MC pada akhirnya memilih untuk memutus Toxic Relationship-nya dengan second lead male, dan bergerak mengejar cinta sejatinya pada first lead male. Lalu mereka dikaruniai anak, dan plot twistnya ternyata keduanya adalah--oi Mammon! Kenapa kau pura-pura tidur?!" Kesal telah diacuhkan, Leviathan mendorong tubuh Mammon.

Tak terima, Mammon membalasnya.

Kini... pertengkaran adu mulut mereka berubah menjadi aksi yang sedikit lebih brutal.

Gaduh.

Mendorong tanpa peduli sekitar, membuat keduanya menubruk tubuh Asmodeus.

"Mouuuu!!" Asmodeus melirik sinis dua saudaranya. Satu tangan sibuk mengarahkan maskara pada bulu matanya, dan tangan lainnya menadah cermin kecil. "Jangan menggangguku! Aku sedang membenarkan riasan wajahku sebelum bertemu dengan Lord Diavolo! Aku harus terlihat sempurna," Asmodeus mengerling manja. "Meski aku memang sudah sempurna." Demon yang gemar bersolek itu lalu menendang Mammon dan Leviathan bersamaan. "Terlebih, Solomon juga ada di sana. Aku tidak ingin ia menertawakanku lagi karena maskaraku terlalu tebal! Menjauh kalian!" Aksi itu justru membuat tubuhnya ikut terdorong dan menghantam Satan di belakangnya.

"Uhh," Satan meringis ketika perutnya tersikut Asmodeus. "Hello, Satan! Darling!!" Demon dengan honey brown eyes itu mencolek hidung Satan jahil.

Menggeram kesal, Satan mendorong Asmodeus menjauh. "Oooppsieeee! Jangan kasar, Satan!" protesnya, lengkap dengan gerutuan. Sisi pipinya tergembung menahan emosi. Tak terima mendapat perlakuan kasar yang dapat membuat wajah cantik The Avatar of Lust itu mengkerut.

Satan berdecak, "Kalian, bisakah untuk tidak berbuat gaduh sebentar saja? Setidaknya hingga kaki kita menapak di dalam Demon Castle, menyapa Lord Diavolo dengan normal, menyantap hidangan, merayakan ulang tahun si bodoh ini--" Mammon mengepalkan tangan kearah Satan. Memberikan ancaman lewat gerakan, jika perkataannya menyinggung hati kecil demon berkulit cokelat itu. "--sebentar, lalu kembali pulang dan kalian diperbolehkan menghancurkan rumah sesuka hati. Aku tidak peduli."

"Termasuk kamarmu?" Mammon dan Leviathan mendengus. Seakan menantang pernyataan Satan.

Satan memicingkan mata kearah mereka. "Dekati. Bukuku. Maka. Kalian. Hancur." Demon pirang itu menunjuk tegas kedua saudaranya. Aura hitam pekat sudah menguar darinya. seringai seram suskes membuat Mammon dan Leviathan meringkuk di belakang Beelzebub yang tengah menggendong Belphegor pada punggungnya.

"Satan! Jangan lepas kendali hari ini!" Sahut Mammon dari balik tubuh Beelzebub. "Aku ulang tahun!"

"Hah..." Satan menghela nafas panjang. "...kenapa aku lahir ditengah-tengah badut seperti kalian."

Beelzebub berdehum. Mengemut tiga lolipop sekaligus sebelum merespon perkataan Satan. "Apa itu termasuk Lucifer?" ujarnya santai, sembari membenarkan posisi Belphegor yang sedikit terturun pada punggungnya.

Happy B'Day... Baby Mammon?! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang