PART 2 AWAN MENDUNG KEDUA

7 6 3
                                    


Inilah aku Alina Felisha. Gadis pendiam dan selalu diliputi rasa insecure. Orang yang menjadi sahabatku bisa dihitung jari. Entalah mungkin karena penampilanku yang jauh dari kata menarik. Hal itu membuat orang lain tidak tertarik padaku.

Usiaku 14 tahun. Aku kelas VIII sekolah menengah pertama. Tak ada yang spesial pada dunia sekolahku. Tak ada yang spesial pada dunia remajaku. Malah terkadang hal mengejutkan menghapiriku. Seperti yang terjadi saat ini. Saat aku sedang berjalan memasuki kelas. Tiba-tiba salah satu geng cantik itu mendorongku. Alhasil, tubuhku tersungkur ke lantai.

Hal yang menyakitkan adalah hanya ada riuh tertawa melihat keadaanku terjatuh. Rasa malu dan ingin menangis kutahan sekuat tenaga. Aku berusaha tegar dan mulai beranjak berdiri.

“Keberataan badan sih kamu, hahaha” ucap Kiran salah satu anggota geng cantik dan disambut gelak tawa yang lainnya.

Aku hanya menunduk dan mulai berjalan menuju kursiku. Rani mulai memasuki ruang kelas. Rani heran dengan riuh tertawa dari geng cantik itu. Rani duduk disampingku. Ia menatapku dengan menyipitkan matanya. Memberi isyarat kejelasan kepadaku. Sepertinya Rani sudah merasakan bahwa ada hal yang baru saja menimpaku.

“Kamu diapakan lagi sama mereka?” ucap Rani sambil melirik geng cantik itu masih tertawa-tawa kecil.

Aku langsung menggeleng cepat. Aku tak mau sahabatku ini kembali membuat masalah dengan geng itu. Rani mengerutkan dahinya. Sepertinya ia tak percaya dengan ucapanku.

“Kamu tidak bohong kan?” tanya Rani.

“Aku tidak apa-apa Ran,” ucapku berusaha meyakinkan Rani.

Bunyi bel istirahat mulai terdengar. Waktu istirahat telah tiba. Para siswa mulai berhamburan keluar. Di sekolah ini banyak jajanan yang dijual. Namun, hari ini perhatianku tertarik pada siomay di depan gerbang sekolah.

“Ran beli siomay, yuk” ajakku pada Rani. Ia pun menggeleng. Manik matanya sudah mengarah pada penjual cakwe yang sedang sibuk menggoreng cakwe.

“Aku mau cakwe, Fel” ia sudah berjalan mengarah ke pedagang cakwe.

“Ya sudah aku beli siomay dulu ya” Rani hanya melambaikan tangan. Aku berjalan mengarahkan ke gerbang sekolah di mana penjual siomay itu berada.

Setelah selesai membeli siomay. Tiba-tiba terdengar bunyi yang cukup keras dari jalan raya. Ya, sekolahku memang dipinngir jalan raya. Terlihat sebuah kecelakaan motor telah terjadi. Aku melihat dua motor dan pengendaranya sudah tergeletak di jalan.

Ada rasa ngeri, deg degan, kaget, dan khawatir melihatnya. Ini adalah kecelakaan ketiga yang aku lihat dengan mata kepala sendiri. Entah mengapa akhir-akhir ini aku sering melihat beberapa kecelakaan motor. Jujur aku cemas. Firasatku tak enak. Sebenarnya ada apa?

-o-

Akhirnya waktunya pulang sekolah. Hari ini Rani akan menginap di rumahku. Hari ini dan besok juga tidak ada PR yang harus diselesaikan. Acara menginap ini akan kami manfaatkan untuk menonton film.

Cemilan dan minuman bersoda sudah kami sediakan. Kami duduk manis menyaksikan film tersebut. Kadang ada gelak tawa, terharu, dan menyedihkan saat menyaksikan film tersebut. tak terasa waktu menunjukkan pukul 12 malam. Kami harus tidur karena besok pagi masih harus pergi sekolah.

Keesokan harinya. Kami terlambat masuk sekolah efek begadang tadi malam. Kami bergegas pergi ke sekolah dengan angkutan umum.

Setelah sampai kami pun turun dari angkutan umum dengan tergesa-gesa. Sekolah berada di sebrang jalan raya sana. Kami harus menyebrang jalan raya yang cukup ramai ini,
Waktu sangat cepat terjadi. Entah mengapa tubuhku sudah tergeletak di tengah jalan. Penglihatanku masih samar. Namun, kulihat orang-orang mulai berkerumun mengelilingiku.

Aku mendengar isak tangis Rani.
Penglihatanku makin lama makin jelas. Kerumunan orang makin terlihat jelas. Terlihat ada Rani dan beberapa guruku memandangku pilu. Ada yang aneh dengan kakiku.

Kenapa kakiku tidak bisa digerakkan. Aku melihat tulang keringku menonjol. Apa itu? Ya Tuhan aku kenapa? Apakah aku habis mengalami kecelakaan?

“Permisi pak, bu, perimisi ya,” terlihat dua orang petugas rumah sakit menerobos kerumunan dengan membawa tempat tidur berroda. Dua laki-laki petugas rumah sakit itu bergegas mengangkat tubuhku.

Saat tubuhku sudah berada di tempat tidur berroda itu. Sorot matahari sangat silau terkena manik-manik mataku. Petugas rumah sakit mulai mendorong tempat tidur berroda itu dengan cukup cepat. Rumah sakit memang tidak jauh dari tempat kecelakaanku terjadi. Terlihat Rani mengikuti dari belakang. Aku masih bisa mendengar samar-samar isak tangisnya.

Aku hanya bisa terdiam. Aku masih bingung dengan apa yang menimpaku. Aku mulai memasuki rumah sakit. Aroma khas rumah sakit mulai menyentuh hidungku. Aroma yang tidak aku sukai. Lampu-lampu rumah sakit mulai terlihat oleh manik-manik mataku. Kepalaku terasa pusing dan tubuhku lemah. Serta aku tak bisa merasakan kakiku sedari tadi.

Suster mulai mengobati luka yang berada di pelipisku dan ditanganku. Anehnya aku tak merasa perih atau sakit. Perhatianku teralihkan ketika salah satu suster lainnya sedang membungkus kakiku dengan gips dan perban. Kakiku masih tak bisa digerakkan.

Terdengar suara tangisan mamaku di luar ruangan. Dokter sepertinya sedang berbicara kondisiku pada mama. Aku bisa mendengarnya dari pintu yang sedikit terbuka itu. Aku mendengar tangis mama. Seketika hatiku perih. Ada apa sebenarnya denganku? Apakah kondisiku parah? Ada apa dengan kakiku?

Mama mulai memasuki ruangan tempatku terbaring. Mata mama sudah sembab karena air mata. Aku melihat kea rah mama. Entah mengapa perasaanku sedikit lebih tenang setelah melihat orang yang telah melahirkanku itu. Di belakang mama terdapat dokter yang mengikuti. Dokter langsung mendekatiku untuk mengecek perban kakiku.

“Mah, aku kenapa?” tanyaku lirih.

“Tidak apa-apa sayang. Sabar ya.” Mama mendekat ke arahku dan mengusap kepalaku lembut.

Melihat sorotan mata mama perasaanku mengatakan bahwa kecelakaaan ini akan menjadi awan mendungku. Entah apa yang terjadi selanjutnya setelah awan mendung ini menghampiri. Tuhan, semoga aku tabah menjalaninya.
-o-

Dunia FeliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang