18. Dokter

9 1 0
                                    

Next!
.
.

"Aku ikut!!" Tangan ku langsung meraih  tongkat golf dan bangun berdiri.

Abil menatapku datar. "Ann sebaiknya kau di sini."

"Tidak mau!! Aku bosan di sini." Tolakku.

"Anna, jangan jadikan rasa bosanmu menjadikan kau bertaruh nyawa."Ucap Abil, aku menatapnya kesal.

"Kau hanya bermodal empati dan rela turun ke bawah mencari obat, kenapa aku tidak? Bukannya kita satu tim?"

Abil mendengus kesal, lalu mengangguk kecil, yess aku tersenyum sumringah lalu menatap kak Julie dan Ray bergantian.

"Kalian tunggu di sini oke."

"Hati-hati kalian,"ucap Ray dan kak Julie bersamaan, aku mengangguk kecil lalu bergerak mendekati Abil yang menatapku kesal, aku yakin ia merasa dongkol.

Dasar Abil!!

"Tapi kita tidak bisa turun melalui pintu ini, kita tidak tahu berapa banyak mereka menjaga tangga." Abil bergerak mundur dari pintu, aku mengimbanginya untuk menjauhi pintu.

"Lantas?"tanya kak Julie saat mendengar ucapan Abil barusan, aku menatap kak Julie sesaat lalu kembali memfokuskan pandanganku pada Abil.

Abil bergerak mencari sesuatu, aku hanya ikut bergerak meski sebenarnya tak tahu apa yang dia cari.

"Nah ini dia." Ia meraih tali tebal menggunakan tangan kanannya. Ku tebak kali ini dia pasti memiliki ide yang gila.

"Turun ke lantai enam menggunakan tali?"tebakku, Abil tersenyum mengangguk sambil bergerak mendekati pinggir rooftop.

"Ini gila tapi tidak ada pilihan." Ucapnya, aku menatap Abil yang mulai mengikat tali tambang itu pada besi penyangga rooftop.

Berkali kali ia melilit lalu mengikat tali itu hingga terlihat kuat dan kokoh. Aku menelan salivaku sulit, tindakan gila.

"Emm selesai." Abil menepuk-nepuk tangannya membersihkan debu-debu yang melengket.

Abil menatap ku dengan senyuman smirknya, aishhh dia ini.

"Jika tak berani tunggulah di sini, serahkan padaku." Ucapnya lalu mengikat tali melingkar pada pinggangnya, pistolnya ia tempelkan pada saku cela belakang dengan kayu berukuran lengan di tangan kirinya.

Perlahan, ia bergerak melangkahi besi penyangga, sementara zombie-zombie yang ada di bawah terus mengeram, aku tak bisa membayangkan jika Abil terjatuh.

Sudah ku pastikan, ia mati tak tersisa tenggelam di tengah lautan zombie yang sangat sangat kelaparan.

Aishh, bulu tanganku semuanya merinding membayangkan hal yang terdengar sangat sadis.

"ANN!!" aku terhentak saat mendengar teriakan Abil dari bawah, aku merapatkan tubuhku pada besi penyangga. Hah secepat itu?

Abil melambaikan tangannya saat berada di jendela, aku menelan salivaku sulit. So, aku juga akan mengikuti hal gila dari ide gila cowok itu? Aku menoleh ke arah belakang menatap Ray yang semakin pucat dengan kak Julie yang mengobatinya.

"Jadi atau tidak?" Teriak Abil lagi, membuatku menarik nafas dalam-dalam lalu menarik tali tambang yang sudah terjulur bebas di bawah.

Tanganku bergerak mengikat pinggangku pada ujung tali tambang itu. "Hati-hati Ann!" Teriak kak Julie, aku mengangguk dan tersenyum kecil lalu bergerak melewati besi penyangga rooftop. Tangan kiriku memegang erat tongkat golfku. Dengan perlahan ditemani jantung ku yang berdebar sangat kencang aku perlahan turun mundur dengan kedua tangan sambil memegang erat tali tambang, tak lupa juga ku selipi tongkat golfku.

TRAPPED ZOMBIE'S (COMPLETED)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum