28. PEMBENARAN SITUASI

Start from the beginning
                                    

Meskipun, dia sempat goyah pada awalnya. Dia berupaya menepis pikiran itu dan terus berada di pihak sekolah agar semua murid tidak ikut terpengaruh terhadap ucapan Rafka tadi.

"Rafka gak akan bertindak tanpa alasan, apalagi Danu adalah sahabatnya," jawab Nola lagi, gadis dengan rambut panjang diurai yang memiliki bibir merah ranum itu melipat kedua tangannya di dada, sesekali melirik ke arah Sena yang berdiri di samping mereka dengan wajah menunduk.

Sena selalu berkumpul bersama mereka bertiga agar mudah untuk dimanfaatkan. Tidak pernah sekalipun Sena bisa lepas dari perlakuan buruk Gretta. Bahkan, belakangan ini dia tampak sedang tidak sehat dan selalu menampilkan wajah pucat serta ketakutan. Di dalam kelas duduk paling belakang dan hanya mendengar semua penjelasan guru, dia tidak berbaur dengan orang lain.

Nola terdiam sejenak memikirkan perkataan Rafka tadi serta berita dan postingan yang sudah tersebar kemana-mana, menjadi topik panas pembicaraan dari mulut ke mulut. Bahkan, disaat Nola berangkat sekolah tadi, di dalam bus antar jemput juga membicarakan keburukan sekolahnya sendiri.

Terakhir kali, Nola mengingat atas apa yang terjadi kepada Mahesa. Anggota klub renang itu tampak aneh disaat menyebut ada pembunuh di sekolah. Dia seperti orang ketakutan mengatakan jika pembunuhnya ada di sekolah. Membuat Nola semakin kuat jika perkataan Rafka ada benarnya jika Mahesa adalah orang yang telah merekam video aksi penyiksaan Danu beberapa minggu lalu.

"Gue rasa kita harus bantu Rafka," ujar Nola lagi dengan wajah serius, sedikit memiringkan duduknya agar menatap jelas kedua temannya itu.

"Maksud lo?" tanya Gretta cepat sambil bangkit dari duduknya. Dia masih tidak bisa menerima dengan penyangkalan Nola tentang kasus Danu.

"Setelah gue pikir-pikir lagi, sebagai teman sekelas seharusnya kita bela Rafka untuk mencari tau kebenaran ini. Kita harus mengusut tuntas siapa dalang dibalik kematian Danu. Hanya diam seperti ini ngebuat kita semua terlihat jahat kepada Danu," jelas Nola dengan tatapan sendu disaat menyebutkan nama Danu.

Nayla mengangguk setuju saat itu juga, membuat Gretta menatap tidak percaya kepada kedua temannya ini. Padahal, dari awal mereka terus menyangkal jika Danu beneran bunuh diri dan mereka tetap berada di pihak sekolah untuk tidak membuka suara apapun yang merusak citra SMA DS.

Namun, sepertinya mereka berdua sudah goyah karena perkataan Rafka tadi. Apa yang terjadi sebenarnya mereka enggan untuk ikut campur dan tidak peduli dengan hal-hal yang ditutupi oleh sekolah, karena petinggi sekolah juga tidak pernah memberikan konfirmasi apapun selain kasus Danu murni di tutup.

"Terlebih pihak sekolah juga diam aja, gak mau speak up apa yang terjadi. Meski sudah ditangani oleh pihak yang berwajib, tetapi menutupi jika Danu bunuh diri bukannya bisa jadi sebuah kejahatan upaya melindungi pelaku?" sambung Nola lagi kini sambil bangkit dan menatap jauh ke gedung yayasan, dimana kantor kepala sekolah dan para guru lainnya berada.

Mereka tidak menyangkal jika tidak pernah dekat dengan Danu, sebab dia hanya berkumpul bersama Rafka, Damar, dan Reno. Mereka berempat tidak pernah sekalipun bersosialisasi dengan teman kelas yang lain, semuanya sibuk dengan urusan sendiri.

Jadi, keputusan yang tepat sejak awal jika ada yang tidak mau speak up dan tidak mau peduli. Karena Danu bukanlah suatu kebanggan di dalam kelas inti, sebagian murid bahkan iri dengan prestasi Danu. Sempat salah satu dari mereka menyebut jika apa yang diperoleh oleh Danu, mulai dari prestasi, kepopuleran, itu murni karena pemilik yayasan Papanya sendiri.

"Biasalah, orang dalam bakal dapat banyak koneksi." Begitulah perkataan semua murid setiap melihat Danu dibangga-banggakan oleh seluruh murid.

Nola memutar tubuhnya sambil memasukkan tangan ke saku almamater biru tuanya, menelisik wajah kedua sahabatnya. "Bagaimana jika memang benar Danu dibunuh dan sekolah menutupi itu semua? Apa yang dikatakan oleh Rafka semuanya masuk akal, kalau pelakunya masih berkeliaran di sekolah, bisa saja ada korban selanjutnya."

Mendengar hal tersebut membuat Gretta tersenyum miring sambil menggelengkan kepala, dia mendekat ke arah Nola.

"Nola, yang benar aja lo. Kebanyakan nonton drama thriller makanya otak lo dicuci sama preman kelas itu! Kalaupun ada pembunuh di sekolah, apa alasan dia ngebunuh coba, gak logis!" Elak Gretta tidak terima sambil menodorkan kepala Nola, membuat gadis itu mundur ke belakang beberapa langkah.

"Gak ada salahnya kita ikut membela," imbuh Nola lagi masih tetap pada pendiriannya.

"Lo mau sekolah kita dipandang jelek sama orang lain? Minggu depan turnamen olahraga akan dimulai, jangan nyari gara-gara deh!" Gretta berdecak cepat sambil duduk kembali dengan wajah kesal.

"Sekarang juga sekolah kita udah di cap jelek sama orang lain karena berita yang disebar Rafka. Jadi, gue rasa gak ada alasan lagi buat kita tetap diam. Kita harus bantu usut kasus ini. Siapa pembunuhnya dan alasan kenapa Danu dibunuh! Kita harus cari tau itu."

Nayla melirik cepat ke arah Nola, dia tampak mengangguk cepat dan setuju dengan perkataan temannya itu. Padahal gadis berambut panjang terurai ini berada di pihak Gretta sejak awal, itu dia murni lakukan karena tidak tau harus membela siapa.

"Ya, gue rasa Nola ada benarnya. Melihat luka tusukan diperut Danu udah bikin gue kasian dan merinding, siapa yang berbuat sekejam itu sampai berani menyiksa tanpa perasaan," potong Nayla yang sejak tadi diam.

Gretta akhirnya tidak menjawab lagi, melawan kedua temannya yang memiliki pikiran yang berbeda akan membuat dia kalah telak. Dia hanya menatap kecut dengan napas memburu.

***

Jangan skip setiap narasi dan pahami setiap perkataan setiap tokoh. Jangan terjebak dan jangan tertipu. Setiap perkataan dipertanggungjawabkan, berarti setiap perkataan memiliki makna, meski tersirat.

Pandai-pandai menemukan clue, biar tidak kaget.

Oke, itu aja sedikit pemberitahuan. Komentar, dan spam ayo. Tinggalkan jejak kalian, jangan pergi tanpa memberi kesan.

Tengkyu, pren, yang sudah baca chapter ini.

DANGEROUS SCHOOLWhere stories live. Discover now