Bab 1

458 38 9
                                    

Rasa-rasanya, tidak akan ada hari tenang ketika makhluk bernama Wei Wuxian sudah terjaga dari tidur panjang. Tentu saja dalam konteks yang berbeda. Namun ....

*
*
*

Tunggu! Tiba-tiba berubah hening. Universitas Gusu terlihat serupa tanah pemakaman. Tidak ada lagi kegaduhan, teriakan memekakkan telinga, ataupun sepatu merah hitam melayang-layang ketika pagi menyapa.

"Di mana Wei Wuxian?" satu dua orang mulai bertanya, melirik satu sama lain, berbisik sekaligus menatap ke sekitar, mengharap kemunculan si biang onar yang tidak juga menampakkan batang hidung meskipun hari sudah beranjak siang.

Rasa aneh dan tidak biasa, membuat beberapa mahasiswa merasa tidak nyaman. Mereka mendengkus kesal, memerhatikan mata kuliah secara asal-asalan, rasa rindu secara perlahan merayap pada hati hingga beberapa orang mulai kehilangan fokus.

"Hua-Hua sialan! Kembalikan kesayanganku!" Wei Wuxian, si pemilik iris abu, seolah-olah baru saja mendapatkan anugerah panjang umur ketika harap sebuah kehadiran baru saja mendarat pada pemikiran beberapa orang.

"Cobalah untuk mengurangi makanan pedas, A-Xian. Apa kamu tidak takut perutmu tiba-tiba terbakar?" Bersandar pada tepian pembatas emperan gedung universitas, menenteng satu bungkus bubuk cabai yang terdapat angka dua lima, Hua Cheng tersenyum miring bersama pikiran jahil yang tiba-tiba melintas di kepala.

"Bagaimana jika kesayanganmu mencoba terjun payung?" Jemari mula melonggarkan jepitan pada bungkus bubuk pedas satu demi satu, Hua Cheng mengabaikan tatapan membunuh seorang Wei Wuxian hingga makian panjang terlontar dan nyaris menusuk telinga.

"Hua-Hua!" Terjadi keributan yang cukup serius. Wei Wuxian mengulurkan tangan, mencoba mengambil apa yang ia miliki, mengabaikan tatapan beberapa mahasiswa yang tiba-tiba menjadi penonton gratis bersama mulut terbengong-bengong.

"Kira-kira, siapa yang akan menang?" Jin Zixuan mencubit kecil perut Jiang Yanli seraya menatap pasangan aneh bersama keributan yang tiba-tiba terasa panas.

"Semoga Lan Wangji tidak melihat. Semoga, semoga, semoga." Nie Huaisang merapal mantra, mengahadap pada koridor panjang yang tentu saja berseberangan dengan tempat dua pemuda berisik itu tengah berebut kesayangan Wei Wuxian.

Beberapa menit berlalu dan berakhir kian panas ketika Hua Cheng berhasil mengunci tubuh Wei Wuxian dalam pelukan erat, tidak memberi celah untuk melarikan diri seraya memberi tatapan mengancam pada si pemilik iris abu pada dekapan.

"Omong-omong, aku penasaran dengan reaksi Lan Wangji ketika melihat kita tengah berpelukan." Hua Cheng berbisik dan nyaris membuat beberapa orang kehilangan kesadaran ketika jarak dua pemuda itu begitu dekat dengan posisi ambigu.

"Maaf, Tuan Muda Hua," Asisten dosen sekaligus putra pertama sang pemilik universitas, mendekat bersama senyuman kecil meskipun sorot mata tengah memperlihatkan hal yang sebaliknya, "saya rasa, cara bercanda yang Anda lakukan terlalu berlebihan untuk kali ini. Bisakah saya membawa Tuan Muda Wei ke perpustakaan untuk mencari beberapa buku yang sekiranya saya pelukan?" Tidak menunggu jawab, Lan Xichen menarik Wei Wuxian hingga terlepas dari pelukan seorang Tuan Muda Hua, membawa pergi bersama senyuman miring hingga membuat beberapa orang merinding ketika aura mencekam tiba-tiba menguar, seolah-olah mampu mencekik leher siap saja yang berani untuk mendekat.

"Wei Wuxian, kamu milikku."

TBC.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang