Momoka mengulum senyum, "Tapi kau tetap mencintainya?"

Yuna mengangguk sambil ikut tersenyum, "Tidak pernah berhenti,"

"Terimakasih, Yuna. Karena kau-"

Momoka menghentikan ucapannya saat melihat sosok Yuta yang berpakaian formal dengan rapi itu berjalan kearah mereka.

Ketiganya sedang berada didaerah pemakaman, Momoka dan Yuna menunggu diarea luar, membiarkan Yuta agar bisa meluapkan perasaannya dengan bebas, karena seperti yang diketahui, seberapa besar ego lelaki itu.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Yuta dengan nada tidak suka, karena ia menangkap basah Momoka yang menghentikan ucapannya tepat saat melihatnya datang.

Momoka memasang wajah angkuhnya, "Tidak ada,"

"Kau jelas mengatakan sesuatu padanya tadi!"

"Kenapa memangnya?! Ini urusan wanita, kau tidak boleh ikut campur,"

Yuta mendengus, kemudian berjalan meninggalkan kakak dan istrinya itu, dan lebih dulu masuk kedalam mobil.

Momoka tersenyum melihat adiknya, "Aku sangat bersyukur, kau tahu? Seberapa susahnya menyuruhnya kesini? Tapi kau hanya menyuruhnya sekali dan ia langsung mau, memang ajaib."

Yuna menggeleng, "Itu karena dia sendiri yang sudah berubah, kak."

Kemudian keduanya tersentak dengan bunyi klakson mobil yang tiba-tiba.

"Kalian ingin tinggal disini?!"

"Well, tidak sepenuhnya berubah, si bodoh itu tetaplah galak."

Setelah mengantar Momoka pulang kerumahnya, Yuta melirik Yuna yang tampak tersenyum sambil memandangi kearah luar kaca mobil, wanita cantik itu tampak bersenandung kecil.

"Apa yang Momoka bicarakan tadi?"

Yuna menoleh kearah suaminya itu, "Membicarakanmu,"

"Tentang apa?"

Yuna tersenyum manis, "Kak Momoka sangat bersyukur karena kau yang akhirnya mau pergi mengunjungi makam ibu dan adikmu,"

"Berlebihan,"

Yuna mengulurkan tangannya, menepuk-nepuk pelan puncak kepala Yuta.

"Aku bangga padamu,"

Yuta berdehem sejenak, "Kau juga berlebihan,"

Yuna masih tersenyum, ia merasa sangat bahagia hari ini.

"Aku mencintaimu, Nakamoto-san!"

"Hentikan jika tidak mau aku menabrak sesuatu."

...

Yuna sedang menikmati pemandangan bulan sabit yang terlihat begitu jelas melalui balkon kamar.

Hal itu membuatnya teringat dengan sebuah frasa yang biasa didengarnya dari berbagai film.

"Tsuki ga kirei desu ne?!" serunya senang, sampai ia terkejut karena tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang.

Siapa lagi kalau bukan Yuta.

"Aku juga,"

"Eh?"

"Aku juga." ulang Yuta lagi, ia membalikkan tubuh Yuna agar menghadapnya.

Yuta menatap Yuna dengan tatapan datarnya.

Yuna mengerutkan dahinya bingung, berpikir keras mengapa Yuta tiba-tiba mengatakan 'aku juga'

"A-ah, kau mengira itu, ya?" gumam Yuna yang akhirnya paham.

Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Where stories live. Discover now