Chapter 06

246 30 2
                                    


WARNING 

! suicide attempt !


________


Langit malam itu berselimut kabut tipis menghalangi bintang-bintang yang bersinar. Tak ada yang peduli, masing-masing sedang berselimut tebal terlelap dalam mimpi, tidak dengan Taehyung.

Lembut Czardas melantun dari piringan hitam—menampilkan pesona indah biola dari seorang komposer Italia bernama Vittorio Montio. 

Taehyung menatap bintang yang bersembunyi, diam ditengah pekikkan biola. Ada sebilah cutter di genggam, darah setitik demi setitik menetes dari pergelangan tangan. 

Darah menyarungi tangannya, nampak seperti sarung merah berkilau yang cantik.

Kosong—hampa dibawa pergi jiwa Taehyung. Tenggelam ia dalam kekosongan itu. Dadanya sesak sebelum ini, berangsur membaik saat mata pisau mencaruk pergelangan tangan.

Sudah bosan ia berbicang, menyuarakan isi hati pada langit malam yang sunyi. Tak pernah ada jawab, tak pernah ada yang peduli. Terkadang dalam lamunan, pikiran akan kematian terdengar lebih baik.

Andai mencabut nyawa semudah mencabut rumput liar ditaman, sudah sedari dulu ia melakukan kepada diri sendiri.

Kematian tidak pernah menjadi kawan bagi Taehyung.

Ibu Taehyung, sudah lebih mengerti kebiasaan ini. Ada kamera kecil yang terpasang di kamar—tersembunyi. Ketika terpantau kebiasan Taehyung yang selalu berusaha memeluk kematian, mereka akan datang. Menyelamatkan jiwa Taehyung agar tak pernah dibawa pergi.

Hidup ini sulit, tapi berusaha mati pun lebih sulit lagi. Jarang yang mengajari hal ini, bahwa ketika kamu menyerah dan hendak meninggalkan segala yang sudah kamu perjuangkan sampai titik ini, walau itu adalah kegagalan, tidak mudah meninggalkannya. Tidak mudah mengorbankan segala hal ini untuk menjadi bukan apa-apa.


***

Kamar Taehyung kini ramai dengan seorang dokter dan beberapa suster yang sibuk memeriksa keadaan Taehyung. Kesadaran Taehyung terambang-ambang karena tubuh yang kehilangan banyak darah, namun uluran tangan begitu cepat merangkul Taehyung. 

Ibunya berbincang dalam ponsel, mengabari seorang pisikiater muda yang beberapa waktu ini berhubungan baik dengan Taehyung pada sesi-sesi konsultasi mereka. Urat kepala sang ibu meninggi karena emosi, nada tinggi melayang-layang disekitar.

Taehyung mencoba mengerjapkan mata, namun yang didapatkan dirinya hanya pandangan hitam gelap yang menyelimuti. Tidak ada cahaya yang tertangkap korean mata, hanya percakapan-percakapan samar yang simpang siur tertangkap telinganya.

Ada suara sang ibu yang nyaring terdengar di ruang tertangkap oleh Taehyung walau tidak jelas percakapan apa yang dikatakan sang ibu, mungkin sedang meluapkan emosi kepada angin.

Air mata Taehyung rebas di sudut mata, pedih karena gagal dalam percobaannya. Sudah sering hal ini terjadi, sudah hampir mati rasa. Setelah ini, mungkin tidak ada hal lain yang dapat ia lakukan kembali.

Harapan yang tersisa bagi Taehyung hanyalah, cepatlah jemput aku Tuhan... Aku rasa sudah tidak akan pernah sanggup lagi menghadapi semuanya. 

Tapi doa itu tidak juga diijabah oleh yang maha kuasa, mungkin belum. Walau begitu tetap berdoalah karena akan selalu ada rencana lebih baik lagi. 


***

W/N ;

Singkat? I know hehehe

Sorry next chapter mungkin ya





Stockholm Syndrome | KOOKVWhere stories live. Discover now