𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄

319 56 7
                                    

Waktu telah selang berlalu, namun keheningan yang berada diantara keduanya belum juga berakhir. Salah satunya merasa gugup, didepannya ada seorang remaja ber-hoodie hitam yang hanya diam saja sedari tadi tanpa mengatakan satu patah katapun.

Manik hitam gelapnya menerawang jauh pada pria yang lebih tua. Yang membuat pria malang itu semakin bergetar dalam rasa gugup dan ketakutan.

Dari awal, tidak ada satupun dari mereka berdua yang ingin memulai percakapan, keduanya hanya diam dalam keheningan. Yang lebih tua tidak tahu harus berkata apa, karena rasa gugup terus menyelimuti dirinya saat remaja bersurai hitam legam itu terus menatapnya dengan tatapan kosong tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun.

Mata hitam gelap itu mengamatinya seakan-akan dia adalah sasaran empuk yang siap untuk diterkam kapanpun remaja itu menginginkannya.

Dan itu cukup menakutkan, untuk seorang anak seusianya.

Tak ingin membuang waktu yang sudah cukup terbuang, yang lebih tua memutuskan untuk berbicara terus terang. "Ja-jadi, apakah kau sudah memutuskan untuk bergabung? Te-tenang saja, aku tidak akan memaksa."

Sang penasihat klub voli itu bertanya, mencoba untuk tidak menatap ke arah mata hitam gelapnya.

Dikarenakan remaja itu belum bergabung ke klub manapun, saat beberapa minggu yang lalu Takeda pun berinisiatif untuk membuatnya bergabung dalam klub yang ia tangani.

Namun, siapa sangka jika dilihat lebih dekat remaja itu memang terlihat lebih menakutkan sesuai dengan rumor yang beredar. Tapi, itu tidak membuat Takeda untuk mundur karena dia telah memantapkan niatnya pada pemilik surai hitam legam itu.

Takeda mengencangkan tinju pada celananya, dengan ragu-ragu dia mengangkat sedikit kepalanya ke atas memberanikan diri untuk menatap mata ke mata dengan remaja yang duduk diam tanpa bergerak satu inci itu.

Dia siap dengan apapun jawaban yang akan diterimanya : tidak atau iya. Itu tidak masalah, bergantung kemana keberuntungan akan berpihak.

'Tapi mungkin dia memilih untuk tidak—'

"Tentu."

Huh?

Pria bersurai raven itu mengedipkan matanya beberapa kali, terkejut dengan jawaban yang tidak terduga sebelum merasakan kedua sudut bibirnya tertarik keatas mengembang dan membentuk sebuah senyuman.

"A-ah, baiklah kalau begitu. Sepulang sekolah aku akan mengenalkanmu pada tim." Entah kemana perginya rasa takut dan kegugupan itu, Takeda hanya merasa puas dan lega dengan jawaban yang dia terima.

Karena dia bisa melihat potensi yang datang dari remaja bersurai hitam legam tersebut.

Benar atau salah soal penilaiannya itu bisa kita lihat nanti.

Yang terpenting sekarang, dia telah mendapatkannya dalam genggamannya yang tak ingin dia coba untuk lepaskan.

"Kalau begitu selamat datang, [Last Name] [Name]-san."

































Uhuk—gabut aja.y

Haha, see you in the next year~/dihajar para readers

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 06, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐄𝐌𝐎𝐓𝐈𝐎𝐍𝐋𝐄𝐒𝐒 ; 𝙝𝙖𝙞𝙠𝙮𝙪𝙪Where stories live. Discover now