Kedatangan Aldi

652 24 3
                                    


(Namakamu) POV

Aku kira setelah menjadi istri sah nya dan memiliki anak dengannya akan membuat rumah tangga kami akan menjadi damai dan tidak ada masalah apapun,
Nyatanya aku salah dalam hal itu.

10 bulan setelah aku melahirkan, selama 10 bulan itu tidak ada masalah apapun yang datang kedalam rumah tangga kami.

Rupanya semakin kuat kita menghadapi sebuah rintangan, maka rintangan yang lebih berat akan datang menghampiri.

"Ilham, jangan lari-lari nanti jatuh!" Kataku sembari berteriak pada Ilham.

Ilham, Atau Ilham Diafakhri Ramadhan. Itu adalah nama anak pertama kami yang kini sudah berusia 10 bulan. Dia sangat mirip dengan ayahnya.

Nampaknya Ilham tidak mendengarkan ocehanku itu yang pada akhirnya ia pun terjatuh karena lantai licin.

"undaaaaaaaaaa huwaaaaaaaa!!!"teriak tangisannya dari depan rumah.

"Ilham!! Udah bunda bilang kan jangan lari-lari!"

Aku memaklumi hal itu, dia masih kecil. Dia akan melakukan apa yang dipikirannya.

Akupun menghampirinya dan menggendongnya menuju sofa. Huft, untung saja tidak ada luka, kalaupun ada aku bisa dimarahin Iqbaal.

"Huwaaaaaa,"tangisan Ilham semakin lama semakin kencang.

"Cupcupcup anak bunda gaboleh nangis loh, nanti kalo nangis gantengnya ilang diambil papa,"kataku sembari mengelus-ngelus bagian kaki Ilham yang sepertinya sakit.

Tok...Tok...Tok...

Pandangankupun mulai tertuju pada pintu.

"Bentar ya sayang, bunda buka pintu dulu ya. Kamu disini dulu jangan Kemana-mana,"kataku yang kemudian berjalan kearah pintu.

Sebelum membuka pintu firasatku mulai tidak enak, perasaanku mengatakan bahwa akan terjadi sesuatu setelahnya. Namun, aku harus tetap membukanya.

Krek..

Akupun membuka pintu.
Mataku pun melotot terkejut dan jantungku berdebar-debar sangat kencang.

Apa ini? Bukannya dia sudah tidak ingin mengganggu hidupku lagi?

Terlihat Aldi berdiri tepat pada hadapanku. Entah apa maksudnya ia datang kemari. Ku beranikan diri untuk menanyainya walaupun jelas-jelas aku terlihat gemetar dihadapannya.

"Hai,"sapanya dengan senyuman miliknya yang dulu merupakan senyuman terindah bagiku.

Terbenak diotakku masalalu kami yang menghantui secara tiba-tiba, sungguh manis pada saat itu. Sejujurnya aku masih tidak percaya akan semua ini, dulu ku berharap jika Aldi lah orang terakhirku. Namun nyatanya tidak. Tetapi hatiku terus saja menuntut Aldi akan menyangkal semua perbuatannya pada waktu itu walaupun ia memberikan bukti hampir setahun kejadian itu berlalu.

"A-ada apa?"tanyaku dengan ekspresi ketakutan.

"Gausah takut, aku Gamau nyulik atau ngebunuh kamu,"katanya dengan smirk pada bibirnya.

Bagaimana tidak takut? Aku saja sudah ngeri melihatnya dengan tatapan tajam seperti itu. Apalagi kejadian-kejadian sebelumnya yang membuat aku semakin was-was terhadap apa yang akan terjadi nanti.

Ku mencoba untuk tenang menghadapinya.

"Aku Engga takut kok, cuma sedikit terkejut aja,"

Aldipun terlihat melihat-lihat kesekeliling dalam rumah.

"Ada apa?"tanyaku.

"Iqbaal dimana? Kok ga ada?"tanyanya.

"Lagi pergi ada urusan, ada apa nyari Iqbaal?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 04, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pilihan S2 (18+) Iqbaalx(Namakamu)Where stories live. Discover now