Pikirannya benar-benar kosong sekarang.

Yuna berjalan disamping Kenta dan tangannya masih digenggam oleh lelaki itu.

"Kak, maaf. Tapi bisa kau melepaskan tanganku?"

"Kalau kulepas, kau bisa hilang nanti. Tempat ini sangat ramai,"

Yuna tidak mengucapkan apapun lagi setelah itu, ia menarik nafas panjang, dan mencoba mengumpulkan lagi semangatnya.

Selagi Kenta tidak melakukan sesuatu yang berbahaya, maka bukan ide buruk ikut dengan lelaki itu untuk sementara.

Membiarkan Yuta bersama Aiko, menikmati waktu mereka.

"Wah, Yuna-chan, lihat itu!"

"Hm?" Yuna mengikuti kearah yang ditunjuk Kenta.

Sebuah pertunjukan api dari beberapa kelompok orang.

"Mau kesana?" tawar Kenta.

Yuna mengangguk.

...

Menonton pertunjukan api selama hampir sepuluh menit itu lumayan membuat suasana hati Choi Yuna membaik.

Masih bersama Kenta, keduanya kembali berjalan menelusuri jalan area festival itu.

"Apa lagi yang ingin kau lakukan setelah ini?"

Yuna menatap Kenta dengan perasaan gelisah, ia ingih bertemu Yuta.

"Bisa kita kembali ke kedai ramen yang tadi? Mungkin Yuta dan Aiko-san sudah sele-"

"Tunggu. Temani aku kesana sebentar,"

Yuna mengerutkan dahinya, dan Kenta membawanya ke sebuah kerumunan kecil, sebuah stand permainan.

Orang-orang itu tampak mengelilingi sebuah meja berukuran sedang, dan ada papan rolet disana.

"Ini apa?" tanya Yuna bingung, ia tidak pernah melihat permainan seperti ini sebelumnya.

"Ini permainan, kalau kau melemparkan panah rolet dengan benar, maka kau akan dapat hadiah yang ada disana, jika tidak, maka akan mendapat hukuman."

Yuna mengangguk-angguk mengerti, ia melihat deretan barang yang disebut akan menjadi hadiah itu.

Boneka, voucher belanja di festival gratis, daging sapi segar, dan masih banyak lagi.

Setelah cukup lama mengantri, akhirnya giliran Kenta tiba, setelah membayar ia mulai bersiap melemparkan panah kecil ke papan rolet itu.

"Yuna, kau mau coba?"

Yuna menggeleng, "Kakak saja,"

Kenta tersenyum, dan kemudian melemparkan panahnya dan ia tidak beruntung kali ini.

Panahnya mengenai angka dizona merah, dan itu artinya ia mendapat hukuman.

"Hukuman angka 20, wah ini sepertinya bukan hukuman, ya? Hahaha," tawa sang pemilik stand itu, membuat Yuna dan Kenta saling pandang karena bingung.

"Apa itu?"

"Berikan ciuman kepada pasanganmu,"

Seketika orang-orang yang ada disana langsung bertepuk tangan dan bersorak dengan riuh, karena mengira Kenta dan Yuna adalah pasangan.

"Ciuman! Ciuman! Ciuman!"

"Ah... bagaimana ini?"

Yuna menggeleng kuat, "Ka-kami bukan-"

Namun suara orang-orang yang semakin antusias itu membuat suara Yuna teredam.

Yuna menatap Kenta dengan panik, "Kak, bagaimana ini?!"

"Lakukan saja, bagaimana?" respon Kenta dengan santainya, seolah hal itu sama sekali bukan masalah baginya.

"A-apa maksudmu?"

Kenta tersenyum penuh arti, "Tinggal lakukan, kemudian pergi, mudah saja."

"Ti-tidak, kau tidak bisa-"

"Jangan begitu naif, Yuna-chan." ucap Kenta lagi, nada berbicara lelaki itu berubah mengerikan sekarang.

Kenta menarik Yuna mendekat.

Sementara Yuna mulai ketakutan, ia tidak mau ini terjadi, ia berusaha melepaskan genggaman Kenta dari lengannya, namun tenaganya tidak seberapa jika dibandingkan dengan lelaki itu.

"J-jangan, kumohon!"

Kenta hanya tersenyum miring, kemudian benar-benar mendekatkan wajahnya, dan..

BUK!!

Yuna membelalak kaget melihat Kenta yang jatuh terduduk ke tanah, bersamaan dengan orang-orang disekitar yang mulai ikut heboh melihat kejadian itu.

Seseorang memukulnya dengan sangat kuat.

"Kalau kau berani menyentuhnya sedikit saja, maka aku tidak akan segan untuk menghabisimu!"

Yuna membalikan tubuhnya, dan menemukan Yuta dibelakangnya, wajah lelaki tampan itu tampak begitu mengerikan dengan tangan yang terkepal kuat.

Melihat Yuta yang seperti ingin menyerang Kenta lagi, Yuna segera bergerak untuk menahannya.

"Y-Yuta! Yuta! Sudah cukup! Kumohon, jangan lagi! Jangan!"

Yuta mendengus kesal, emosinya benar-benar memuncak, ia tidak menyangka kalau Kenta benar-benar akan senekat itu.

Yuta melirik Yuna, kemudian langsung menarik istrinya itu pergi menjauh dari sana.

Sementara Kenta berusaha bangun dengan bantuan orang-orang disana. Ia tampak meringis dengan luka disudut bibirnya.

Seorang gadis berjalan menghampirinya, Aiko.

"Menyerah saja. Kau tidak akan berhasil mendapatkan Yuna."

"Bodoh, kenapa tidak menahannya lebih lama?!"

Aiko memutar bola matanya jengah, "Sudah kucoba, tapi sudah jelas, tidak berhasil. Mengecewakan,"

Aiko menepuk pundak Kenta, mencoba menghibur temannya itu. "Kau sudah kalah telak."

To Be Continued.

Jangan lupa vote + comment, ilysm!

Thankyou

and

See You

-vioneee12































Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Where stories live. Discover now