Posisi wajah keduanya sedang berhadap-hadapan, sampai-sampai dahi keduanya saling menempel. Jeno berusaha melepaskan pelukkan erat yang dilakukan Jaemin. Jujur saja, dirinya kesusahan bernafas karena Jaemin terlalu memeluknya begitu erat.
“Jaem...” panggil Jeno, tidak ada respon dari Jaemin. Ia berusaha membangunkan lelaki itu, agar Jaemin melepaskan pelukkan nya.

Jeno mencari akal, lalu muncul lah sebuah ide dalam kepalanya. Ia menutup lubang hidung saluran pernafasan Jaemin. Akhirnya laki-laki itu bergerak tidak nyaman karena tidak ada udara yang bisa ia hirup.  Dengan terpaksa Jaemin membuka matanya untuk menyingkirkan tangan Jeno pada hidung mancung miliknya.

“Kenapa? Masih malam, ayo tidur lagi.”

“Malam lambehmu! Ini sudah jam delapan. Aku mau mandi, kau tahu bukan kalau aku belum mandi dari kemarin lalu.” Balas Jeno. Jaemin tertawa pelan, ia semakin merapatkan tubuhnya dengan Jeno.

“Terus? Mau mandi bersama? Hm..” Goda Jaemin dengan tempo nada suara yang rendah. Suara Jaemin membuat Jeno merasakan sebuah getaran anomali. Tangan nakal Jaemin turun untuk menyentuh bongkahan kenyal Jeno. Meremasnya dengan amat pelan, berniat menggoda Jeno. Bukannya tergoda, Jeno langsung mencubit pinggang Jaemin kuat-kuat.

Setelah itu ia langsung melompat menuju kamar mandi dan segera menguncinya agar Jaemin tidak ikut masuk kedalam bersamanya. Di rasa sudah terkunci dengan benar, Jeno melepaskan seluruh pakaiannya sampai tanpa sehelai benang tak menutupi tubuh mulusnya. Selesai membuka seluruh pakaiannya, Jeno bergerak menuju bath up kemudian mengisinya dengan air hangat, menuangkan sabun cair beraroma terapi.

Sudah siap persiapan untuk merelaksasikan fikiran dan meregangkan otot-otot tegang tubuhnya. Jeno memasuki dirinya kedalam bath up, kepalanya ia biarkan bersandar pada ujung bath up. Akhirnya tubuhnya sedikit meregang dari sebelumnya. Memejamkan kedua matanya sebentar, Jeno menatap langit-langit kamar mandi. Berarti kini dirinya hidup bersamanya?

Ia jadi takut jika suatu hari ia akan menikah. Entah dengan siapa, ia takut akan kehilangan pasangan hidupnya. Ajal memang tidak ada yang tahu, tetapi kematian terasa begitu menakutkan bagi semua orang. Bagai monster yang siap menerkam dirimu kapan saja, dan dimana pun. Tidak peduli pada kondisi dirimu. “Terimakasih sudah melahirkanku, ibu. Terimakasih sudah mau mengandungku selama 9 bulan 10 hari, ibu. Terimakasih sudah mau memberikanku asi hingga aku bertumbuh sebesar ini, ibu. Terimakasih yang sebanyak-banyaknya, semoga Tuhan memberikan surga yang sangat amat lapang untuk kebahagiaanmu disana. Jasamu memang tidak akan pernah terbalas, namun terkenang. Sebagai wujud terimakasih, aku akan membuatmu bangga atas sebuah prestasiku. Tenanglah disana, ibu. Kini tidak ada sakit yang siap membelenggu nyawamu kapan saja. Aku menyayangimu, ibu...”

Selesai berucap kalimat panjang yang penuh makna kepada Ibu yang sudah berada diatas pangkuan sang Maha Kuasa. Jeno beranjak untuk menyabuni dirinya, dimulai dari lehernya, sampai ujung-ujung jari kaki. Mencium muka, menggosok gigi. Sudah selesai semua mengenai urusan pembersihan diri. Jeno mencari boxer yang biasa ia gantung dikamar mandi. Anak itu menjadi pada setiap ujung kamar mandi hingga laci kecil. Namun hasil yang ditemukan, Nihil.

Jeno ragu untuk keluar dari kamar mandi. Ia yakin Seratus persen Jaemin akan menganggunya. “Ouh bagaimana ini, aku bingung sekali..” monolog Jeno bingung. Berpikir panjang, akhirnya Jeno menyerah untuk bergelut dengan pikirannya.

“Huft, baiklah. Aku akan mengambil boxer itu, semoga saja Jaemin tidak ada didalam kamar.” Baru saja mengintip saat menarik knop pintu, pemandangan yang ia tangkap pertama kali ialah Jaemin yang berdiri dengan tatapan songong. Tangan kiri lelaki itu menjinjing boxer berwarna abu-abu milik Jeno.

“Jaemin, kembalikan boxer ku!” Pinta Jeno. Ia berusaha untuk merampasnya dari genggaman Jaemin. Namun sayang disayang tinggi mereka yang sedikit berbeda membuatnya kesusahan. 

“Kembalikan boxerku!” Jaemin tidak mengindahkan permintaan Jeno. Laki-laki itu mendorong Jeno masuk kembali kedalam kamar mandi, lalu membuat Jeno terpojok. Jeno meronta meminta dilepaskan, namun seolah pendengarannya tuli. Jaemin semakin membuat Jeno terpojok.

“Jaemin, hentikan..” Hanya diam, Jaemin semakin lancar untuk menjelajahi tubuh mulus Jeno yang sudah ia damba-dambakan. Jeno menahan tubuh besar nan kekar Jaemin agar tidak menghimpit dirinya.

Bibir Jaemin mendarat pada Collarbone Jeno yang sangat menggoda untuk digambari. Dikecupnya pelan dan sesekali menjilatnya dengan penuh goda.

'Tidak! nghh jangan tergoda pada setan ini, Jeno..'

Jeno berusaha mati-matian untuk menahan desahan. Tangan Jaemin semakin bergeriliya untuk mengusap paha Jeno yang tidak berbalut apapun didalamnya. Hanya sebatas handuk saja.
“Ssshh.. mhh ahh..” Jaemin tersenyum miring disela-sela kegiatannya menjamahi tubuh Jeno.

Jaemin turun untuk mengecupi paha sampai selangkangan Jeno. Jeno, ia meremat bahu lebar milik lelaki kelahiran agustus itu. Sesekali mendesah saat Jaemin menyentuh titik sensitifnya.

Sangking nikmatnya cumbuan Jaemin, Jeno tidak sadar jika Jaemin sudah berada dihadapannya kembali dengan tatapan penuh nafsu dan menggoda. Nafas Jeno naik turun, tubuhnya mendadak merasa panas. Ditambah dada nya yang sangat menggoda untuk diberi sebuah tanda.

Jeno membuka matanya perlahan, “Menikmatinya, huh?” Ia mengangguk. Jeno tidak ingin munafik, sentuhan Jaemin benar-benar sangat memabukkan.

“So, can we do it?”







[ Bersambung ]

Gatau, suka bgt update malam malam:(
Sorry for typo's

Gatau, suka bgt update malam malam:(Sorry for typo's

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa tinggalkan jejak! See u! Love!

HOMOPHOBIC - JAEMJENWhere stories live. Discover now