Prefix

150 17 0
                                    

Biru dari langit memberi manja pada iris sehijau dedaunan, begitu nyaman menelusuri hati. Hiruk-pikuk aktivitas warga desa sudah menjadi hal biasa bagi gadis itu, sangat damai dan tenang. Menoleh ketika suara langkah kuda memasuki Indra pendengaran, sedikit memberi tanda tanya pada diri. Kendati telah memiliki kemungkin siapa yang datang menghampiri, terjawab dengan jelas saat suara berat itu mulai terdengar. Ini bukan pertama kali pemuda dengan surai silver tersebut datang kemari. Bahkan ia tak tahu kenapa seorang ksatria Raja sepertinya datang kemari, apalagi yang dia lakukan hanya menggerutu atau memarahi gadis itu.

"Konnichiwa, Sena–san."

Dia menyapa pemuda tersebut walau hanya dibalas dengan kata "ya", lantas sang gadis menunduk sebagai bentuk tanda perpisahan. Sedikit berharap semoga kali ini ia tak dicegat, lalu dipaksa mengikuti kemauan sang ksatria. Izumi Sena—pemuda itu— hanya melirik sekilas, sebelum akhirnya melangkah menuju toko bunga yang berada tak jauh dari tempat gadis tersebut berdiri tadi. Membeli setangkai bunga mawar putih, membayar sebelum berlalu pergi. Melangkah perlahan menuju ke tempat gadis itu berada, mengekor seakan tak berniat menyapa sama sekali. Izumi mulai berjalan dengan langkah cepat, telapak tangan menyentuh lembut bahu sang gadis. Lantas berhenti sebelum menoleh ke arah pemuda itu, mendapati setangkai bunga mawar putih di depan mata. Terdiam, berpikir apa gerangan maksud dari perilaku sang ksatria?

"Ada apa?" Ia bertanya, sembari netra beralih fokus ke arah Izumi. Wajah pemuda tersebut terlihat begitu kikuk, mengalihkan pandangan. Beberapa kali bibir bergerak, ingin berbicara tapi tertahan untuk kesekian kali. Berpikir bahwa mungkin saja ia tengah malu, hanya bisa memandangi sambil menunggu kata jelas terucap.

Masih dengan beralih pandang dia berucap, "Ingin kupasangkan mahkota bunga?"

Gadis itu berkedip beberapa kali sebelum menjawab, "Eh?"

=

Ensemble stars!! ©Happy Elements
Plot/story ©Rinezy Skyzen
Original Character ©Rinezy Skyzen

=

N

etra perlahan terbuka, terasa tak nyaman kendati silau tak begitu menusuk lantaran sore hari telah menjadi waktu sekarang. Sedikit melirik sekeliling guna mencari tahu diri berada dimana, kemudian teringat beberapa waktu lalu ia tertidur setelah dibawa ke UKS lantaran demam tiba-tiba mendatangi.  Terdiam beberapa saat sebelum bangkit, memposisikan tubuh untuk duduk. Memilih tak langsung pulang karena pusing masih cukup terasa.

"Udah sore?!"

Berteriak cukup kencang kala sadar bahwa langit jingga telah datang, sempat merutuk diri sedikit ketika tahu sudah tertinggal banyak pelajaran. Memilih untuk meminjam catatan teman nanti, kendati rasanya agak tak nyaman. Bangkit dari duduk, meregangkan tubuh agar tidak terasa begitu kaku. Sebenarnya, badan masih terasa cukup lemas. Perlahan melangkah menuju kesal, mengambil tas sebelum berjalan pergi ke arah gerbang sekolah. Iris seperti rerumputan miliknya mengedar, mendapati siluet seorang pemuda. Warna rambut yang sangat ia kenal, sejenak berpikir apa yang dia lakukan sebelum netra menyadari kehadiran sebuah kamera.

Lagi.

Spontan kata itu muncul dalam relung hati, sedikit jengah perihal perilaku pemuda tersebut pada saudara kembarnya.  Berlebihan, begitu jelas memberi rasa muak dalam hati sang gadis. Derap sepatu kembali terdengar, melangkah mendekati pemuda dengan surai seindah perak. Sedikit melirik dari arah belakang, sebelum tangan menjulur guna berniat mengambil kamera milik Izumi Sena—pemuda itu. Tersenyum miring saat tangan mungil berhasil mengambil kamera tersebut tanpa cepat disadari, untuk yang kesekian kali menatap jengah pada hasil foto. Makoto Yuuki, saudara kembar Mayashi—gadis tersebut.

Restart ›› Izumi SenaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora