Time loop back...

"Kenapa berhenti?"

"Lagu ini akan berlanjut ketika kau sudah menjadi milikku."

"Tapi itu sepertinya tidak pernah terjadi.." Sambung Jaemin sendu. Jaemin menundukkan kepalanya, tangannya bermain dengan jari-jari Jeno.

"Kau bahkan belum mencobanya." Jaemin mendongak, menatap Jeno yang sedang menatap dirinya juga. Ada sedikit kebingungan Jaemin setelah mendengar ucapan Jeno. Apa itu berarti ia diberi pintu masuk? Jaemin tidak ingin berharap terlalu berlebihan. Akan tetapi, hatinya senang. Sangat-sangat senang hingga rasanya ingin terbang menuju langit ke tujuh.

Bukankah Jeno membenci gay seperti Jaemin? Kebencian itu sangat tidak baik, bahkan yang awalnya hanya satu orang yang kita benci. Bisa menjadi bertambah. Maka berusahalah menerima seseorang meskipun ia memiliki kekurangan. Sesungguhnya Tuhan tidak suka hambanya yang membenci sesama.

Walau masalah orientasi seksuality itu bukan perkara ringan, tetapi kembali ke awal tadi. Kebencian itu sangat tidak baik. Terimalah kekurangan yang ada pada dalam dirinya, dan dia akan menerima kelebihan kita.

Dewasa itu bukan tentang usia. Dewasa itu tentang fikiran. Jika usiamu jauh lebih dewasa daripada fikiran, tiada artinya. Semuda atau setua usia tidak menjadi sebuah masalah untuk memiliki pola fikir yang dewasa.

Dan inilah Jeno yang sekarang. Ia berusaha menerima Jaemin dihidupnya, terasa berat? Tentu ini baru awalan kisah dimulai. Ibarat kita baru saja membuka cover buku. Belajar dari sebuah kecelakaan dimasa lalu yang membuatnya trauma dengan seorang gay, Jeno ingin membuat sebuah kisah dalam hidupnya.

"M-maksudmu? Apa kau...?"

"Ya, aku.." Menarik nafas, Jeno berusaha menetralkan kegugupannya.

"Aku menerimamu."

"Aku akan melupakan masa lalu kelamku, dan aku jadikan sebagai pelajaran kehidupan. Tidak pernah lagi membenci gay sepertimu. Aku akan menerima semuanya yang ada padamu,"

"Tanpa terkecuali." Jaemin menatap Jeno dengan tidak percaya. Apa ini mimpi? Kalau mimpi, tolong jangan bangunkan Jaemin.

Mencubit lengannya, ia lagi-lagi masih tidak percaya. Kemudian menepuk-nepuk kedua pipinya. "Ternyata ini benar bukan mimpi!" Menarik Jeno kedalam pelukkannya. Ia mengucap rasa syukurnya. Jaemin bahagia, sangat sangat bahagia. Jika ada alat pengukur sebuah kebahagiaan, maka Jaemin akan menjadi orang yang paling bahagia didunia sepertinya.

Mengecupi kening Jeno berkali-kali, Tuhan masih menjabah do'a nya disetiap malam ternyata. Sebuah keajaiban yang mengejutkan, "Terimakasih Jeno. Terimakasih sudah mau menerimaku. Juga, terimakasih Tuhan karena sudah mau menjabah do'a ku disetiap malam. Aku, aku sangat bersyukur sekali. Aku tidak akan menyia-nyiakan seseorang ini yang sudah engkau berikan untukku. Aku tidak tahu lagi bagaimana akan mengungkapkannya, aku sangat- akh tidak bisa dideskripsikan lagi."

Jaemin menitihkan airmata bahagianya, rasanya seperti mereka baru saja bertengkar kemarin.

Hening sebentar, Jaemin masih setia memeluk Jeno dengan posisi duduk diatas ranjang. "Jaemin." Panggil Jeno.

"Kenapa?"

"Katanya kau akan melanjutkan lagunya.." Jaemin melepaskan pelukkannya, lalu kembali menatap Jeno. Ah menggemaskan sekali.

Mencubit hidung Jeno dengan penuh kegemasan, Jaemin berdeham sebentar. "Sebelum itu ada persyaratannya. Mau?" Jeno menimang-nimang, sedikit kesal. Tidak apa, semoga bersyaratannya ringan saja.

Jeno mengangguk mengiyakannya, "Jadilah kekasihku. Kau mau kan?"










































































































































































































































Mereka; Jaemin dan Jeno, sudah tiba distasiun kereta. Keberangkatan kereta Jeno pukul 04.30 AM. Jeno harus menunggu sekitar lima belas menit. Jaemin menemani sampai kereta itu tiba. Jaemin telah memberikan nomor telponnya, takut jika terjadi apa-apa pada Jeno.

Sambil menunggu, Jaemin menggenggam tangan Jeno. Membantu mengurangi kekhawatiran Jeno yang masih belum berkurang sama sekali. Jeno sangat takut kalau ibunya akan pulang ke sang kuasa. Ia belum sempat membuat kedua orang tuanya bangga atas usahanya sendiri.

"Nanti kalau keretanya sudah sampai, jangan lupa terus berdo'a." Jaemin menasihati Jeno penuh kelembutan. Tangannya kini sudah berpindah untuk mengelus rambut laki-laki bermarga Lee itu. Jeno mengangguk mengerti.

"Kalau sudah sampai, kabari aku ya?" Jeno mengangguk.

Limas belas menit berlalu begitu cepat, tidak terasa keberangkatan kereta yang mereka tunggu sudah tiba. Jaemin mengecup kening Jeno lama sebelum laki-laki itu masuk kedalam kereta. Melambaikan tangan perpisahan, hingga kereta itu hilang dari pandangan Jaemin. Jaemin pergi dari sana menuju parkiran.

Pukul tujuh pagi, Jeno sudah memberi kabar pada Jaemin. Ya, ia sampai dengan baik-baik dan sudah berada dirumah sakit sekarang. Jaemin turut senang Jeno sampai dengan selamat. Selesai menerima pesan itu, Jaemin mendapat pesan dari Renjun.

Renjun huang✌🏼
Jaemin, apa kau ada waktu luang? Aku ingin mengajakmu bermain sepatu roda hari ini, heummm °^°


[ Bersambung ]

Hai!!! Maaf ya pendek, jari jari lebih sering pegal akhir akhir ini:(

Eh tadi saya mau ngasih gif jeno buat bonus, tpi gamuat krna mb pdahal Jeno gemes banget☹️

Agak ga nyambung ga si pas awal tadi? Menurut saya sih dikit hehe. Bantu koreksi kalau ada typo sama kalimat yang kurang pas ya

Ini ga gantung kan?

Ini ga gantung kan?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa tinggalkan jejak! See u, love!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa tinggalkan jejak! See u, love!

HOMOPHOBIC - JAEMJENWhere stories live. Discover now