"Hmm," Yuta hanya berdehem pelan meresponnya, ia kembali memejamkan matanya.

Yuna tersenyum lega, kemudian sebuah ide random kembali mendesaknya.

Yuna takut melakukannya, tapi ia sangat ingin melakukannya sekarang.

"Y-yuta maafkan aku, tapi ini yang terakhir, aku janji!" setelah mengucapkannya dengan cepat, Yuna mengecup sekilas pipi Yuta, dan kemudian langsung membalikkan tubuhnya.

Yuta kembali membuka matanya, ia menatap Yuna yang sudah berbalik memunggunginya itu.

Nah, kalau begini salah siapa?

"Yuna,"

Yuna tidak merespon.

"Hei, jangan pura-pura tidak dengar."

Yuna masih tidak merespon.

Yuta membalikkan tubuh Yuna dengan paksa, ia bisa melihat dengan jelas kalau wajah cantik itu sudah merona sepenuhnya sekarang.

Ia yang berbuat, ia yang malu sendiri.

Yuta tersenyum miring, "Kau sudah masuk dalam zona bahaya sekarang,"

...

Yuta tampak berdiri dengan gelisah di dalam ballroom gedung perusahaannya yang sudah didekor dengan begitu mewah.

Para tamu sudah mulai berdatangan, dan acara pesta perayaan keberhasilan proyek antara perusahannya dengan perusahaan asal Prancis itu sudah akan dimulai, dan tentu saja ia yang paling berperan penting disini.

"Istrimu masih belum datang?" Seseorang menghampiri Yuta, dan Yuta hanya berdehem malas menanggapi pertanyaan seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Lee Taeyong itu.

Taeyong menyenggol iseng lengan Yuta, "Jangan-jangan dia diculik,"

"Kau gila."

"Cih, sudahlah. Aku akan menyapa para tamu penting kita. Kau juga, cepatlah kesana."

Yuta mulai kesal, sudah hampir dua jam ia menunggu Yuna, istrinya itu bilang dia akan datang bersama Momoka, tapi sekarang kedua wanita itu tidak kelihatan sama sekali.

Yuta merasakan ponselnya yang bergetar, ia membukanya.

Taeyong yang mengirim pesan.

Kau berandal, cepat kesini. Ayahmu sudah menunggu.

Yuta mendengus, dan saat ia mulai melangkah menjauh, sebuah suara lembut yang begitu familiar itu menghentikannya.

"Yuta,"

"Hai, adik!"

Yuta menyipitkan matanya melihat dua orang wanita yang sedang berjalan kearahnya itu.

Dan sekarang, ia terpaku melihat penampilan salah satu diantara mereka.

Nakamoto Yuta yang terhormat sudah resmi kehilangan kewarasannya karena tertegun  melihat istrinya sendiri.

Yuna tampak begitu menakjubkan dengan gaun berwarna hitam tanpa lengan itu, dan belum lagi rambutnya yang digelung keatas menyisakan poni dan sedikit rambut samping yang jatuh, menjadi penyempurna penampilannya sekarang.

Urusan wajah, itu hal lain lagi, Yuna memang cantik dari sananya, sangat. Dan bodohnya, Yuta baru saja menyadarinya.

Yuta menarik Yuna mendekat, ia sedikit tidak rela sebenarnya melihat Yuna yang didandani seperti itu.

Alasannya? Tentu hanya Yuta dan tuhan yang tahu.

Yuta melirik pelaku tersangka utama yang membuat Yuna seperti itu.

Momoka, wanita itu tampak menaik turunkan alisnya dengan raut wajah angkuh.

"Kau-" Yuta menggeram tertahan, ia memberikan kakaknya itu tatapan membunuh.

"He? Apa salahku?"

Yuta tidak mempedulikan kakaknya lagi, fokusnya sekarang hanya tertuju pada Yuna.

"A-apa aku sungguh harus memperkenalkan diri? Aku gugup sekali, apa saja yang harus kukatakan?"

Yuna dibuat heran karena Yuta tidak menjawab pertanyaannya, sedari tadi yang dilakukan lelaki itu hanyalah memandanginya lekat dengan ekspresi yang tidak dimengerti.

"Yuta?"

"Hm? Ya?"

"Aku gugup sekali, bagaimana jika aku melakukan kesalahan? Acara ini penting sekali, kan?"

"Tidak usah cemas, kau hanya perlu menyebutkan namamu, sisanya aku."

"E-eh, baiklah."

"Ayo kesana, yang lain sudah menunggu."

Yuna mengangguk pelan.

...

Acara inti sudah selesai, kedua pihak perusahaan telah meresmikan adanya kerja sama diantara keduanya, dan sekarang saatnya berbaur dengan tamu yang lain.

Yuta terus menggiring Yuna agar tetap berada disampingnya, ia terus merasa risih karena sejak datang, Yuna selalu menjadi pusat perhatian banyak orang.

Tentu saja, bagaimana tidak? Semua orang penasaran dengan sosok menantu keluarga Nakamoto yang begitu terpandang itu.

Dan ya, sosok Yuna yang seperti itu, tentu melebih ekspektasi mereka.

Yuta melirik Yuna, lihatlah istrinya itu. Selalu menebarkan senyum manisnya.

Yuta meringis dalam hati, muncul ide gila, haruskah ia memasangkan topeng ke wajah Yuna?

Sungguh, ia ingin sekali membawa pulang saja istrinya itu.

"Yo, bro!"

Yuta cukup terkejut karena seseorang yang tiba-tiba merangkulnya.

Kenta.

"Oh, kau datang?"

"Tentu lah! Pihak perusahaanmu yang mengundangku, jadi aku turut merasa terhormat haha,"

Yuta mulai merasakan atmosfir tidak nyaman saat melihat Kenta yang mulai mengalihkan atensinya pada Yuna.

"Wah, wah, wah. Siapa ini? Kau Choi Yuna?"

Yuna hanya tersenyum canggung menanggapi Kenta, ia sendiri mulai merasa risih, karena Kenta yang dengan jelas memperhatikannya dari atas sampai bawah.

"Menakjubkan, memang." Kenta tersenyum lebar, "Cantik, cantik sekali."

Kenta melirik Yuta, "Aku jadi ingin mengambilnya darimu,"

Rahang Yuta mengeras, ia tidak menganggap ucapan Kenta itu sebagai candaan.

Apa Kenta itu sudah gila?

"Haha, hanya bercanda, bung."

Yuta tidak menggubris, ia segera membawa Yuna pergi menjauh.

"Nikmati pestanya,"

Sementara Kenta, memandangi Yuta yang membawa Yuna menjauh dengan tatapan yang sulit dimengerti.

To Be Continued.

Jangan lupa vote + comment seperti biasa, ya? Ilysm!

Thankyou

and

See You

-vioneee12
















































Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Where stories live. Discover now