Suara Jungkook kian tajam, sinis dan dingin. Ia bahkan tertawa kecil setelah kalimatnya.

"Apa kau pernah melihat orang lain yang lebih gila dari kau dan keluargamu?" tanya Jungkook yang semakin mendekati Namjoon.

Setelah berdiri tepat di sebelah Namjoon, Jungkook menumpukan tubuhnya dengan meletakkan kedua tangannya di atas meja. Tubuhnya ia bungkukkan sedikit agar bisa semakin dekat dengan telinga Namjoon.



"Kau sungguh—" Kalimat Jungkook terpotong oleh Seokjin yang tiba-tiba hadir dan menegur Jungkook dengan tegas.


"Cukup, Jungkook!" ujar Seokjin dengan tegas. Ia membawa kakinya untuk melangkah dan mendorong tubuh Jungkook agar sedikit menjauh dari Namjoon.


"Kau gila?!" Seokjin sedikit meninggikan suaranya, yang tentu saja masih dapat didengar oleh Namjoon.

Jungkook kemudian berdecak sebal dan mengacak rambutnya.



"Aku hanya membantunya mengingat kesalahannya agar dia tidak lagi melakukan hal serupa pada siapa pun."

Seokjin dibuat geram. Ia mengarahkan telunjuknya tepat ke dada bidang Jungkook.


"Semua sudah berlalu! Dia sudah sadar dan mengakui semua kesalahannya! Bukankah aku sudah mengatakannya padamu?!"

Jungkook mengerutkan keningnya karena Seokjin sekarang mengarahkan telunjuknya tepat ke wajahnya. Ia mendengus sebal.


"Ke mana saja kau? Kau menghilang, bahkan tidak hadir saat ayahku dimakamkan!"

Jungkook memutar bola matanya, ia terlihat sangat kesal sekali. Seokjin menyadari hal itu, tapi ia tidak peduli.

"Ada urusan."

Jawaban dengan nada menyebalkan itu menyulut amarah Seokjin. Ia kemudian mendorong pelan kedua pundak tegap milik Jungkook.




"Urusan apa yang lebih penting dari pemakaman ayahku, bajingan?!"

Nada suara Seokjin sedikit meninggi. Namjoon agak terkejut dan panik ketika memikirkan bagaimana jika anak-anak Seokjin terbangun karena suaranya.




"Aku sedang berduka! Lalu kau pergi tanpa memberi kabar seharian ini! Kau bahkan membiarkan aku terbebani mengurus anakmu yang terus menangis sendirian!"



"Kau terbebani mengurus anak itu sekarang, hyung?" Air muka Jungkook semakin masam. Ia melangkah, membuat Seokjin tanpa sadar berjalan mundur. "Apa aku yang meminta kau mengurusnya?! Apa aku yang meminta untuk mempertahankannya?! Apa aku yang mau dia tetap hidup sampai sekarang?!"

Tamparan keras langsung mendarat di pipi kiri Jungkook. Seokjin tampak kesulitan mengatur napas sebab terlalu marah. Air mata Seokjin bahkan telah mengalir deras.

Sementara Namjoon, ia telah berdiri karena terlalu terkejut memikirkan bagaimana bisa Jungkook mengatakan kalimat-kalimat seperti itu.

"Bajingan …," lirih Seokjin. Ia masih mengatur napasnya, terlihat dari dadanya yang bergerak cepat. "Kukira kau tidak sama seperti ibunya. Kupikir kau tulus mencintai Jeongsan."



Ibu? batin Namjoon bertanya.



Kemudian hening sesaat. Seokjin masih mengatur napasnya yang memburu, ia marah sekali pada Jungkook yang berani berujar seperti itu.

"Tsk!"

Decak sebal Jungkook barusan membuat Seokjin dan Namjoon menatap ke arahnya dengan alis yang hampir bertaut.


My Fabulous Slave 🔞Where stories live. Discover now