"Maaf, ini siapa?"

"...."

"Oh? Kak Kenta? Ada ap- Ya ampun!" Yuna begitu terkejut saat ponselnya direbut tiba-tiba.

Yuna menoleh pada pelaku perampasan (?) ponselnya itu.

Yuta.

Yuna terbengong melihat Yuta yang langsung membawa ponselnya menjauh, berbicara dengan Kenta.

Yuna mengikuti Yuta yang membawa ponselnya kebalkon kamar.

Tunggu, Yuta tidak akan membuang ponselnya, kan?

Terdengar suara lelaki itu yang tampak dingin menanggapi suara tertawa Kenta diseberang yang entah apa yang ia bicarakan, Yuna tidak begitu jelas mendengarnya.

Tak lama, pembicaraan keduanya terhenti, terdengar jelas Yuta yang mendengus kesal, membuat Yuna menjadi agak takut.

Dan sekarang, suaminya itu berjalan kearahnya dan menatapnya tajam.

"Jangan terima telepon darinya, dan lebih baik blok saja." ucap Yuta tegas.

Yuna mengambil ponselnya dari tangan Yuta dengan hati-hati.

"T-tapi kenap-"

"Kau tidak mengerti?"

Bibir Yuna terkatup rapat karena Yuta yang tampak begitu menakutkan itu.

Ia menunduk, "Mian," ucapnya pelan.

Yuna masih menunduk sambil menautkan jari-jari tangannya, ia terlalu takut untuk bertanya, meski ia sebenarnya penasaran.

Yuna merasakan Yuta yang tiba-tiba menyentuh dagunya, mengangkatnya agar ia bisa melihat wajah itu.

Syukurlah, setidaknya Yuna tidak terlalu takut lagi karena tatapan lelaki itu sudah tidak semengerikan tadi.

Meski ekspresi datar itu masih bertahan disana.

Yuta menyentuh bibir Yuna dengan ibu jarinya, mengusap benda lembut itu pelan.

Tidak terlalu takut, tapi krisis detak jantung itu menyerang lagi.

Perubahan Yuta yang begitu tidak tertebak itu sangat membahayakan.

Poor Yuna.

"Kenta itu pembuat onar, jangan tertipu."

Yuna menatap Yuta yang juga sedang menatapnya, tidak. Lebih tepatnya, mata lelaki tampan itu tertuju pada bibirnya.

Dan ya, Yuta menciumnya, lagi.

Yuna diam saja membiarkan Yuta melakukannya, hingga saat Yuta yang mulai menggiringnya ke tempat tidur. Alarm peringatan alami dari tubuh Yuna (?) mulai bereaksi.

Ia menepuk-nepuk punggung suaminya itu agar berhenti.

"Apa?" tanya Yuta dingin, tak suka diinterupsi.

"Itu... Osaka, k-kita harus pergi, kan? Tiketnya.. satu jam lagi waktu-"

"Tidak peduli, beli lagi saja."

....

Setelah menempuh penerbangan hampir dua jam, keduanya tiba ditempat kelahiran Yuta, Osaka, kota yang terkenal dengan kuliner dan kebudayaannya yang beda dari kota lain.

Yuna berjalan mengikuti langkah panjang Yuta dengan susah payah, ia berjalan sambil terus memijat bagian leher dan bahunya yang pegal.

Hari ini adalah hari yang begitu melelahkan.

Yuna berhenti sebentar untuk mengikat rambutnya, ia merasa gerah, dan lebih memilih untuk menggelung rambutnya keatas.

Baru saja ia selesai menggelung rambutnya dengan rapi, betapa kagetnya ia gelungan rambutnya itu langsung dirusak oleh seseorang, dan rambutnya kembali tergerai.

Yuna menatap Yuta kebingungan.

"Jangan gelung rambutmu seperti itu,"

"Eh? Kenapa?"

Yuta memutar bola matanya malas, "Kalau kubilang jangan, berarti jangan lakukan."

"Tapi aku gerah, rambut ini mengganggu,"

"Kau ingin memamerkan bahumu?"

Yuna membengong. Pamer bahu? Ia melirik bahunya sendiri, apa ada yang salah? Bahunya memang agak terbuka karena model dress yang dipakainya memiliki model lengan yang agak turun.

Yuta menghela nafas kasar, "Harusnya kutinggalkan sesuatu disana," setelah mengucapkan itu, Yuta kembali melanjutkan jalannya, meninggalkan Yuna yang masih kebingungan dengan otak polosnya itu.

"Nakamoto-san, tunggu aku!!"

...

Keduanya tiba disebuah rumah mewah namun masih dengan interior tradisional yang masih terlihat jelas dalam desain rumah tersebut.

Yuna berlari kecil saat melihat sosok wanita yang sudah hampir menginjak umur 70 tahun namun masih tetap terlihat cantik dan bugar itu.

"Nenek!" serunya riang, Yuna memeluk nenek Yuta dengan erat.

"Ya ampun, cucu menantuku yang cantik, lama sekali tidak melihatmu,"

Sementara Yuta terlihat sibuk menyapa kakeknya yang masih sama bugarnya dengan sang nenek.

Seorang pelayan menghampiri untuk membawakan barang-barang yang dibawa dua sejoli itu kedalam rumah.

"Yuna-chan, kau pasti akan kaget melihat siapa yang ada didalam,"

"Eh? Siapa?"

Yuta mendekati Yuna dan neneknya, pandangan mereka terfokus pada pintu utama rumah itu.

"Kenapa hawanya jadi tidak enak?" Yuta bergumam pada dirinya sendiri.

Benar saja, seorang wanita cantik dengan perut buncit, keluar dari sana.

"HAI-HAI!! KALIAN PARA ADIK! KEMBALI LAGI BERTEMU DENGAN MOMOKA SI CANTIK!"

Yuta membelakakan matanya, kemudian menatap neneknya tidak percaya.

"Kenapa dia ada disini?"

To Be Continued.

Jangan lupa vote dan comment sebanyaknya supaya author makin semangat updatenya! Ilysm!

Thankyou

and

See You

-vioneee12



























Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Where stories live. Discover now