"Seingatku belum." ujar Taeil.

"Aku jadi ingat pembicaraan saat di mobil." ujar Haechan, yang ingat Jaemin membahas dana tunjangan masa tua, dana pensiun, dana pendidikan untuk anak mereka kelak.

"Ayo bahas itu sekarang, untuk membunuh waktu." dan apa yang bisa mereka lakukan selain menuruti perkataan Jaemin?

Pertama mereka membahas uang tabungan di masa tua, alasan Jaemin tidak memiliki uang saat ini adalah karena sebagian uangnya sudah ia tabungkan. Jaemin meminta mereka untuk menyisihkan gaji bersih mereka sebagai tabungan di masa yang akan datang.

Kedua mereka membahas uang untuk pendidikan anak mereka.

"Jika kalian menikah denganku, kalian pasti ingin anak juga kan? Sebagai penerus? Karena tidak mungkin kalian akan selamanya memegang kendali atas usaha yang kalian miliki saat ini." ujar Jaemin.

"Tapi aku memang berencana tidak memiliki anak." ujar Yuta, Jaemin menoleh pada pemuda Nakamoto satu itu.

"Aku memang akan menikahimu tapi aku tidak menuntut anak darimu, aku memang tidak berencana memiliki anak. Aku tidak bisa mengurus diriku dengan baik, daripada aku menelantarkan mereka, maka jalan yang aku pilih adalah lebih baik tidak memiliki anak. Lagipula anak kalian anakku juga nanti." ujar Yuta, Jaemin tidak memberikan respon, dia diam berpikir, hingga-

"Baiklah, aku hargai keputusanmu hyung." ujar Jaemin dengan senyuman, Yuta berterimakasih atas itu.

"Aku juga sama dengan Yuta hyung, aku tidak berencana memiliki seorang anak." ujar Shotaro, Jaemin mengangguk paham.

"Aku dan Hendery, kami mandul, kami sudah cek ke dokter dan memang itu yang terjadi. Aku mandul karena saat SMA hingga kuliah aku terlalu sering mengonsumsi alkohol." ujar Ten.

"Dan jika aku karena aku stres berat, aku juga tidak berencana punya anak, ketiga kakak perempuanku sudah lebih dari cukup memberikan cucu kepada kedua orang tuaku. Dan lagi, seperti kata Yuta hyung, anak kalilan adalah anakku juga nantinya." ujar Hendery, Jaemin yang baru pertama kali mendengar masalah Ten dan Hendery terdiam.

"Keluargaku menerima dengan lapang dada, mereka justru mengkhawatirkan pasanganku nanti, apakah mereka bisa menerimaku atau ti-"

"Aku bisa" ujar Jaemin memotong ucapan Ten, Ten tersenyum dan mengangguk. Tentu saja, Na Jaemin bisa menerima dirinya apa adanya.

"Ten hyunggg~" Jaemin berdiri dan memeluk Ten, Ten tertawa dibuatnya, tingkah Jaemin sangat manis. 

"Begitu juga keluargaku, sama dengan keluarga Ten hyung, mereka justru mencemaskan pasanganku nanti." Jaemin menatap Hendery, matanya berkaca-kaca.

"Jangan menangis!" cegah Dejun saat melihat si manis hendak manis. Jaemin menatap kesal Dejun sebelum dia menghapus air mata yang sempat menetes.

"Aku sedih gege!" Dejun hanya menepuk kepalanya karena kebetulan dia ada di sebelah Ten.

"Jadi, selain Shotaro, Yuta, Ten, dan Hendery, siapa lagi yang berencana tidak ingin memiliki anak?" tanya Doyoung.

"Aku, aku terlalu muda untuk itu, jadi aku tidak ada kepikiran untuk memiliki anak. Untuk sekarang sih tidak, tapi tidak tahu ke depannya bagaimana." ujar Jisung, mereka semua mengangguk maklum.

"Aku sih mau punya anak, tapi mau aku tunda dulu, maksudku, aku ingin punya anak tapi tidak dalam waktu dekat-dekat ini." ujar Chenle, Jaemin mengangguk paham.

"Tapi aku tetap akan menyisihkan uang untuk pendidikannya kelak." lanjut Chenle. Jaemin tersenyum kecil mendengar itu.

"Aku juga begitu, aku belum siap memiliki anak, jadi mungkin aku menundanya atau malah tidak ingin, aku masih bimbang, untuk jangka dekat aku tidak ingin menimang bayi lebih dulu." ujar Sungchan.

"Aku tidak ada rencana memiliki anak dalam waktu dekat, entah di masa depan nanti." ujar Dejun, Jaemin menatap pemuda Xiao itu.

"Kenapa gege tidak ingin punya anak dalam waktu dekat?" tanya Jaemin.

"Hanya tidak ingin, lagipula anak kalian nanti juga aku rawat." jawab Dejun, Jaemin tahu Dejun berbohong, tapi dia memilih diam dan mengiyakan saja penuturan pemuda satu itu.

"Masih ada lagi?" tanya Kun.

"Aku rasa sudah tidak ada lagi." ujar Taeil saat melihat satu per satu adiknya yang sudah  tidak ada yang angkat tangan lagi.

"Jadi kalian yang memang tidak ingin memiliki anak atau kalian yang menunda untuk memiliki anak, silakan pilih mau tetap menyisihkan atau tidak." Jaemin menatap orang-orang yang tadi berkata tidak berencana memiliki anak dan yang menunda untuk memiliki anak.

"Kami tetap akan menyisihkan, sebagai uang kebutuhan mendesak untuk anak-anak nanti." jawab Yuta.

"Calon ayah yang baik." puji Jaemin, Yuta hanya tersenyum bangga mendengar itu.

Mereka kembali berdiskusi untuk hal-hal lain, seperti tunjangan untuk para pelayan, dan Jaemin juga mengingatkan para tuan  muda itu untuk mulai menyiapkan tunjangan pensiun bagi para pekerja mereka.

Di tengah-tengah perundingan itu, Jaemin tiba-tiba bertanya-

"Hey, kalian benar-benar akan menikahiku? Kalian semua?"

***

_31_

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINWhere stories live. Discover now