Tak.

Yuta meletakkan sumpitnya, ia memberikan Yuna tatapan dinginnya.

"Apa kau memang selalu minta maaf karena hal-hal begitu? Apa kau tidak tahu kalau bisa saja orang terganggu karena kau selalu- ah sudahlah, lupakan."

Yuna menundukkan wajahnya, takut tentu saja dengan tatapan lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu.

"Ta-tapi, gara-gara aku-"

"Cukup, kau tidak perlu membahasnya lagi, Yuna. Lanjutkan makanmu,"

Yuna tidak berani membahas lagi, ia mengangguk patuh dan melanjutkan makannya.

"Dan aku ingin mengoreksi ucapanmu,"

Yuna menatap Yuta bingung sambil mengunyah sushinya.

"Aku tidak membencimu."

Dan Yuna mematung, tidak hanya karena pernyataan Yuta yang tiba-tiba itu.

Tapi sekarang, lelaki itu mengulurkan tangannya, mengusap noda saus yang menempel disudut bibir istrinya itu.

...

"Kau harus mengembalikan sandal itu ke pelayannya,"

Yuna melirik sandal yang dipakainya itu, "Ah, aku hampir lupa." ucapnya, kemudian Yuna berjalan menuju pelayan yang dimaksud.

Kemudian gadis itu tiba-tiba menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Yuta polos.

"Lalu bagaimana caranya aku berjalan ke parkiran mobil?"

Yuta menghela nafas berat lagi. "Kembalikan dulu sandalnya,"

Yuna mengangguk saja, meski sebenarnya ia bingung, apa ia memang harus jalan telanjang kaki?

Yuna mengembalika sandal tersebut kepada pemiliknya, dan setelah berterimakasih, Yuna ingin mencoba memakai heels-nya yang sudah patah sebelah itu.

"Kau ingin membahayakan kakimu?" tanya Yuta tidak habis pikir dengan Yuna.

"L-lalu bagaimana?"

Yuta berjongkok membelakangi Yuna.

"Naik,"

"Huh?"

"Aku bilang naik, aku akan menggendongmu."

Yuna mengerjapkan matanya beberapa kali, sementara Yuta yang mulai risih karena orang-orang mulai melihatnya dengan aneh.

"Yuna!"

"A-ah baiklah!" jawab Yuna gagap, kemudian memposisikan diri untuk naik kepunggung suaminya itu.

...

Sampai dirumah, dikamar, Yuna yang sedang duduk dikursi rias sambil mengeringkan rambutnya, terus menepuk-nepuk pipinya yang terus memanas.

"Sadar Choi Yuna, sadar!"

Meski sudah berapa kali berusaha untuk meredakan perasaan itu, tetap sia-sia.

Sudut bibirnya terus tertarik membentuk senyuman.

Hatinya berbunga-bunga.

Apa ini bisa dibilang kencan? Mungkin tidak, tapi bagi seorang Choi Yuna, hal ini adalah hal yang pernah ia anggap tidak mungkin, namun sekarang ia baru saja mengalaminya.

Sikap Yuta yang mulai melembut padanya, entah itu hanya perasaannya saja atau bagaimana, tapi sikap lelaki itu jauh lebih baik memperlakukannya sekarang.

Apa Yuta sudah mulai terbiasa dengan kehadirannya?

Membayangkannya membuat Yuna hampir gila sendiri.

Let Me Be Your Healer, Mr. Nakamoto! | NAKAMOTO YUTA (Completed)Where stories live. Discover now