𝐇𝐢𝐬 𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐨𝐝𝐝𝐞𝐬𝐬 × Ø11

Mulai dari awal
                                    

Aku menoleh ke arah Ally.

"Aku? No."

Ally tersenyum miring, "kita berdua tau, bahwa kau berbohong, Ara."

Aku menunduk memperhatikan langkah kakiku.

"Rasa penasaran terkadang bisa membawamu pada bahaya dan ketidakberuntungan. Sebagai sahabat, just be careful.  Kau sendiri yang mengatakan dia seperti forbidden chapter yang penuh adrenalin bahaya."

"But, Ara. Aku merasa senang melihat perubahanmu." Lanjutnya.

Aku kembali melihat Ally yang tersenyum.

"Kau terlihat berbeda. Lebih terkesan hidup."

Aku menatapnya datar, "jadi, selama ini aku ga hidup?"

Ally menampilkan cengirannya, "bukan gitu. Gimana ya jelasinnya." Gadis itu menggaruk kepalanya. "Pokoknya, lo itu seperti zombie."

"Sekarang berubah jadi zombie. Tadi bilangnya lebih terkesan hidup."

Ally menghela nafasnya, "kayaknya susah deh jelasin sama orang pinter."

"Makanya jelasin yang lebih teliti."

"Seperti kejadian tadi di kelas. Aku melihat semuanya. Interaksi kalian berdua sampai kau berteriak tiba-tiba di kelas." Ally menampilkan senyum puasnya.

Aku memalingkan pandanganku ke arah lain. Saat itu aku terkejut, tidak ada satupun orang yang melakukan seperti yang Judah lakukan jadi aku kaget.

He is rude boy but that's just show me he doesn't take an order from someone.

"Kau tidak pernah seperti itu. Tenang dan tidak peduli adalah dirimu, Ara. Kau keluar dari duniamu yang membosankan dan nyaman. Hanya ada dirimu dan memikirkan dirimu saja. Itulah yang aku maksud dengan lebih terkesan hidup."

Benarkah? Mungkinkah itu yang membuatku merasakan sesuatu perbedaan.

"Maybe you are right." Ucapku.

"Tapi, Ara. Kalo beberapa hal di luar kontrol. Run. Menjauh. Aku tidak ingin menghakimi. Terkadang kau perlu waspada."

Aku mengangguk, "yes, ma'am!!"

Ally tersenyum lalu memelukku, "I'll see you later. Besok jadi hangout kan?"

"Of course!"

"Good! Bye, bestie!!"

"Bye, cutie!!"

Aku berjalan ke mobil penjemputanku dan tersenyum pada driverku.

"Kali ini kita langsung aja ketempat kelas ballet saja ya."

"Baik, nona."

Perjalanan awalnya baik-baik saja sampai mobil harus berhenti di sisi jalan. Aku dan driverku keluar dari mobil dan driverku mengeceknya dengan membuka kap mobil.

Dari wajahnya, aku mengerti ia pasti tidak mengerti dengan mesin mobil atau alasan masalah mobil bisa mogok.

"Non, maaf mobilnya harus mogok." Ucapnya begitu menyesal.

Aku tersenyum, "tidak apa-apa, pak. Tenang saja."

"Bagaimana jika nona memesan taksi dan saya akan memanggil tukang derek lalu menunggu disini saja."

"Tidak usah, pak. Aku yang akan memanggil tukang derek dan menunggu disini bersama."

"Jangan nona. Saya tidak ingin anda terlambat ke kelas ballet anda."

"Kan saya bilang tenang saja, pak. Lagipula selama ini bapak telah mengantarkan saya on time kesana, sesekali tidak apa-apa kan telat." Aku menaikkan kedua bahuku.

𝐇𝐢𝐬 𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐨𝐝𝐝𝐞𝐬𝐬 [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang