Chapter 2

4.4K 279 9
                                    


Lagi kedua anak dan ayah itu bertengkar pagi ini, keduanya masih meributkan hal yang sama. Namun kali ini sang ayah tak tinggal diam, ia benar benar memaksa putranya untuk menuruti perjodohan yang ia buat dahulu.

"dengar Felix Princeton! Kamu akan papa coret dari pewaris tunggal keluarga ini jika kamu masih membantah!." ancam pria 57 tahun itu, ia tahu dimana kelemahan putranya. "kita lihat, jika kamu bukan lagi pewaris tunggal keluarga Princeton, apakah wanita murahan itu masih mau dengan mu atau tidak?!." lanjutnya menatap tajam iris hitam itu, kesabarannya sudah habis melihat penolakkan dari putranya.

Felix diam, ia berpikir jika papanya benar benar melakukan hal itu, apa yang akan terjadi dengannya di masa depan. Ia menatap tajam iris hitam yang sejak tadi menatapnya garang, ia tahu jika papanya benar benar serius tentang hal ini. Ia memalingkan pandangannya kemudian menghela nafas sebelum kembali menatap iris hitam di depannya. "akan ku pikirkan." jawabnya singkat.

Mr. Princeton menyeringai penuh kemenangan, sementara sang istri hanya menggelengkan kepala melihat perdebatan yang entah sudah berapa jam keduanya lakukan. "pikirkan baik baik, papa tunggu jawabanmu malam ini." Mr. Princeton berjalan pergi meninggalkan ruang makan itu.

"sayang pikirkanlah baik baik, mama takut papa kamu serius dengan ucapannya." Mrs. Princeton mengusap lembut bahu sang anak, ia tahu karakter suami dan putranya yang sama sama keras. Dan dengan perkataan suaminya tadi, ia yakin jika ancaman suaminya itu serius. Felix hanya mengangguk, "aku pergi dulu ma." pamitnya. Ia kemudian pergi dengan mobil sport miliknya menuju ke kantor.

.

Brak! Suara pintu dibanting kasar. Sekertaris wanita yang berada tak jauh dari ruangan itu kaget mendengarnya.

"pria tua sialan!." umpatnya, ia berjalan dengan kesal kearah meja kerjanya, menghempaskan tubuhnya ke kursi. Ia menarik nafas dalam dalam kemudian memijat pelan pelipisnya, mencoba menenangkan pikirannya. Ia benar benarperlu berpikir keras sekarang. Ia mau tak mau harus menerima perjodohan ini.

Tak lama seorang wanita masuk tanpa permisi ke ruangan itu. wanita yang terlihat sebaya dengannya itu memasang senyum indahnya dan berjalan kearahnya. "sayang...." ucapnya manis, ia sedikit berlari kearah si pria kemudian memeluknya dari samping. "aku kangen...." ia mencium pipi Felix, membuat pria itu menoleh kearahnya.

"hey, babe. Apa yang kamu lakukan disini?." tanyanya mengelus pipi mulus si wanita. tanpa aba aba si wanita duduk di pangkuan Felix dengan rok mininya yang jauh diatas lutut, membuat pria itu reflex mengelus paha mulusnya. "aku kangen." manjanya dengan kepala yang ia sandarkan di dada bidang Felix. Felix sendiri hanya tersenyum mendengarnya.

Tiba tiba moodnya kembali berubah, ia menghela nafas berat bagaimanapun ia perlu memberi tahu kekasihnya itu. "Gea." panggilnya, wanita itu menoleh membuat kedua wajah mereka berdekatan.

"ada sesuatu yang ingin ku bicarakan." lanjutnya membuat wanita itu menegakkan posisi duduknya. "aku akan menikah." ucapnya sontak wanita itu tersenyum. Ia berharap jika kekasihnya itu melamarnya sekarang. "kamu ngelamar aku babe?!." ia tersenyum tak percaya.

"bukan." Felix menjeda, ia melihat ekspresi binggung kekasihnya. "orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman mereka." jawabnya dengan nada tak suka. Algea diam ia berdiri dari pangkuan kekasihnya itu, menatap tak percaya dengan ucapan pria 29 tahun itu.

"jangan bercanda deh babe! Nggak lucu tau." rengeknya kesal. Felix menghela nafas, berdiri kemudian menraih sebelah tangan wanita itu. "apa aku kelihatan seperti bercanda, Gea." ia menatap iris hitam wanita itu.

"kalau gitu tolak dong! Kan kamu pacar aku! Punya aku!." bentaknya, "aku nggak bisa Gea, pak tua sialan itu mengancam akan mengeluarkanku dari Keluarga ini." jelasnya. Algea terdiam.

my brother-in-law is my husbandTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon