Setibanya didepan wanita itu, Jaemin langsung menghampiri wanita itu dan memeluknya seperti ibunya sendiri. "Bunda Huang! Lama sekali tidak bertemu, kau masih bugar seperti pertama kali aku bermain kesini."

Wanita yang disebut Jaemin dengan sebutan 'Bunda Hwang', membalas pelukkan Jaemin dengan sayang seperti anaknya sendiri. "Bunda masih sama Nana, cuman nambah ubannya saja, hahaha." Jaemin tertawa mendengar penuturan itu.

Renjun yang seperti dianggap angin lalu berdehem hingga membuat kedua wanita dan pemuda yang tertaut usia beda jauh mengalihkan antensinya, lalu tertawa. Lucu sekali Renjun. "Omo-omo, anaknya bunda ada dibelakang ternyata. Kirain bunda nyangkut digardu tiang listrik."

Renjun menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal, "Bunda jahat sekali berkata begitu. Padahal aku tidak sependek itu, tinggiku normal bunda!" Walaupun kesal, ia masih tetap memberi salam pada punggung tangan ibunya.

"Iya bunda tahu kok. Yasudah, ayo sekarang kita masuk kalian berdua pasti lapar. Bunda sudah menyiapkan hidangan yang sangat lezat dan spesial."

"Benarkah?" Ucap Renjun dan Jaemin bersamaan. Kemudian tertawa, entah hal apa yang lucu.







"Wah, itu sangat keren. Aku jadi ingin mencobanya juga." Lucas berucap sambil menatap layar ponselnya. Ia sedang melihat isi beranda dari aplikasi TikTok miliknya. Disana menampilkan seorang wanita dengan pakaian seperti pelayan di-anime tengah berjoget seksi.

"Kau ingin mencoba apa Lucas?" Tanya Jungwoo penasaran disela-sela makannya. Ia memilih fokus memakan makanannya, ketimbang makan sambil bermain ponsel. Ibunya melarang keras melakukan itu.

Lucas menunjukkan ponselnya kehadapan wajah milik Jungwoo, ponselnya masih memutar video tadi. Bola mata Jungwoo melebar, "Hey! apa kau sudah gila Lucas? Cepatlah tobat. Kau semakin hari semakin gila."

"Kenapa aku harus tobat?" Tanya Lucas polos, matanya masih asik menonton video tadi.

"Tidak waras sialan! kau itu laki-laki. Bagaimana bisa kau ingin mencoba hal gila seperti itu?" Tegas Jungwoo setengah kesal.

"Aku hanya penasaran Jungwoo."

"Tapi rasa penasaranmu itu tidak wajar Lucas! Tubuhmu itu tinggi, dan berbadan atletis. Kau mau dipandang rendah sesama kaummu, atau lawan jenismu kalau kau berjoget dengan gemulai seperti itu?"

Lucas terdiam, "Ya, aku tidak akan melakukannya."

Pemuda berdarah china-hongkong itu menekan tombol pause pada ponselnya lalu menaruhnya pada meja makan. Ia melanjutkan makannya yang tertunda dalam diam. Kecanggungan terjadi lagi.










Dua pemuda dan satu wanita kini tengah duduk bersama dimeja makan. Diatas meja itu tersaji beberapa makanan kesukaan kedua pemuda itu. “Wah, ini sangat nikmat pastinya. Ugh, aku jadi semakin lapar~” Ucap Renjun.

“Caaah, makanlah sekarang. Jika perlu habiskan ya, Jaeminnie, Renjunnie~” Lalu mereka bertiga makan dengan nikmat. Ah masakkan ibu Renjun benar-benar memanjakkan lidahnya, Jaemin jadi merindukan masakkan ibunya juga.

Sesi makan sudah selesai tanpa dirasa-rasa, “Bunda nanti Jaemin bantu cucikan bekas makannya ya.” Alis ibu bertaut bingung.

“Untung apa Jaemin? Bunda masih bisa kok, kamu temenin Renjun saja tuh. Masa iya tamu yang ngeberesin, ada-ada saja kamu ini Jaemin.” Jaemin yang tertawa pelan sambil mengusak rambut belakangnya.

Jaemin melangkahkan kaki panjangnya kesamping rumah Renjun, tempat dimana Renjun sedang memberikan wortel ke-kelincinya. Jaemin meletakkan bokongnya pada pondok-pondokkan agar terhindar dari terik matahari. “Renjun-ah.” Panggil Jaemin. Renjun hanya berdehem sebagai respon, ia terlalu asik bermain dengan kelinci kesayangannya.

“Kau terlalu asik dengan axel, sampai aku diabaikan. Menyebalkan sekali.” Jaemin berpura-pura merajuk pada Renjun, iapun merebahkan tubuhnya dengan posisi kaki menjuntai kebawah. Tangannya ia tumpuk sebagai ganti bantal. Renjun terkikik lucu melihat tingkah Jaemin.

“Ouh lihatlah, kelinci besarku merajuk. Aiguuu, berhenti merajuk akanku berikan satu karung wortel nanti biar kau tidak merajuk lagi~” Keduanya tertawa bersama. Sudah jarang sekali mereka begini semenjak memasukki dunia perkuliahan.

Jaemin berdehem, “Jadi kau ingin tahu siapa Jeno itu?” Renjun menatap Jaemin yang sedang berbaring, dan kebetulan sekali Jaemin tengah menatapnya juga.

“Kalau kau tidak mau menceritakannya tidak apa-apa.” Jaemin bangkit dari baringnya, merubah posisinya menjadi duduk bersandar dengan kaki bersila. Ia menarik nafas, lalu membuangnya dengan kasar.

“Jeno, ia pria yang aku sukai sejak awal pertemuan. Aku tidak tahu rasa itu dari mana, dan mengapa begitu cepat. Ia sebelumnya tidak mengetahui kalau aku seorang gay, tapi sore itu ia mengetahuinya. Entah dari siapa, tatapannya dan senyumnya yang dulu selalu aku lihat langsung terganti dengan tatapan kebencian.” Jaemin mengambil jeda sebentar, sementara Renjun menunggu kelanjutannya.

“Setelah ia tahu kalau aku seorang gay, ia memintaku pindah kamar. Bahkan tidak sudi sekamar denganku, sekarangpun ia masih berusaha membuatku tidak betah sekamar dengannya. Aku tidak tahu penyebabnya membenci gay, menurutku gay juga masih seorang manusia. Hanya saja ia memiliki orientasi sexsual yang berbeda dan tidak wajar.” Keheningan terjadi sebentar, Jaemin menundukkan kepalanya lalu mengangkat kembali menatap kedua mata Renjun yang sipit itu.

Menghembuskan nafas gusar, “Seburuk itukah seorang gay dimata straight?” Renjun menggeleng sebagai Jawaban. Ia memajukan duduknya lebih dekat ke Jaemin. Renjun menepuk pelan bahu lebar itu, “Benci itu pasti ada penyebabnya, dan penyebabnya yang paling jelas adalah masa lalunya. Jangan pernah mengira bahwa menjadi gay itu sebuah hal yang sangat menjijikkan, itu hanya ada dipikiran orang yang tidak berpendidikkan.”

“Kau sudah bertanya mengapa alasannya membenci gay?” Renjun berusaha menguatkan dirinya, ia harus mendukung sahabatnya. Dan itu harus, meski terpaksa.

“Belum, aku yakin ia tidak mau memberitahukannya. Terlebih, aku bukan siapa-siapanya.” Balas Jaemin dengan nada putus asa.

“Kau bahkan belum menyobanya sialan!” Renjun memukul kepala Jaemin geram. Jaemin hanya cengengesan.

“Baiklah, aku akan mencoba menanyakannya.” Putus Jaemin.

'Mengapa aku malah mendukungnya, bodoh sekali kau Huang!' Maki Renjun dalam hati.







[ Bersambung ]

Jangan lupa tinggalkan jejak, see u.

HOMOPHOBIC - JAEMJENWhere stories live. Discover now