Switch

2.6K 225 30
                                        

Renjun sudah merasakan perubahan itu. Sejujurnya. Sifat Jaemin menjadi jauh berbanding terbalik dibandingkan ketika SMP dan tahun pertama di SMA. Memasuki kelas 11, walaupun masih sering manja dengan Renjun, masih sering merengek dengan Renjun, perubahan itu tidak bisa Renjun abaikan.

Jaemin yang lebih tinggi, suara Jaemin yang lebih berat, dan sikap Jaemin yang jadi sedikit pendiam, serta tatapan Jaemin yang lebih tajam. Itu semua sangat jauh berbeda dengan Jaemin saat awal Renjun kenal. Jaemin yang imut, Jaemin yang suka malu-malu, bahkan Jaemin yang masih sering merona ketika dia goda.

Bukannya Renjun tidak terima dengan perubahan Jaemin baik fisik maupun sikapnya, tapi, ugh~ Renjun bahkan merasa Jaemin lebih gentle darinya sekarang.

"Kamu berangkat jam berapa?" tanya Renjun memecah keheningan di antara mereka.

"3 jam lagi."

Kan?

Entah Jaemin yang bingung ingin bicara apa kepada Renjun, atau memang hanya itu yang ingin dikatakan Jaemin.

Hening lagi.

Sebenarnya, Jaemin sangat ingin menangis sekarang. Dia masih belum rela berpisah jauh dengan Renjun.

"Renjun-- kamu kapan ke China?" Jaemin menatap Renjun di sampingnya. Renjun balas menatap, bisa Ia lihat gurat kesedihan yang kentara di wajah Jaemin.

Renjun tersenyum teduh melihatnya. Hanya untuk meyakinkan dirinya untuk tidak ikut bersedih. "Minggu depan. Baba yang bakalan jemput."

Wajah Jaemin semakin murung mendengarnya. Dia benar-benar masih tidak rela harus berjauhan dengan Renjun. Rasanya dia benar-benar ingin menangis sekarang.

"Jangan sedih gitu lah, Jaem. Entar aku sedih juga nih. Senyum dong?" ucap Renjun sambil mengelus pipi Jaemin yang sekarang lebih tirus.

Bukannya senyuman yang Renjun dapat, melainkan sebuah pelukan erat dari Jaemin. Pemuda Na itu menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Renjun. Dan bisa Renjun rasakan kalau Jaemin sedang menangis walau tanpa isakan.

Yang bisa Renjun lakukan hanyalah membalas pelukan Jaemin dan mencoba menenangkan kekasihnya ini. Renjun menghela nafas pelan. "Kamu ini gimana sik? Kan aku bilang jangan sedih. Kita bakalan ketemu lagi kok, Jaem. Cuma 5 tahun."

"Ung~.. gak mau~ kelamaan~"

"Jaem--"

"Ung~~~"

Renjun kembali menghela nafas pelan. Menghadapi Jaemin yang sedang merengek seperti ini memang agak sulit. 'Seperti perempuan saja' batin Renjun.

Akhirnya Renjun hanya bisa mengusap bahu lebar Jaemin saja.

Eh?

Bahu lebar?

"Renjun harus janji pokoknya, jangan tinggalin Jaemin."

Renjun terkekeh mendengar penuturan Jaemin. "Iya~ Renjun gak bakalan ninggalin Jaemin."

"Sebisa mungkin harus bales chat dari Jaemin, kalo gak sibuk kasih tau Jaemin biar kita bisa skype, pokoknya Renjun harus kasih kabar ke Jaemin apapun itu, ya?"

Haish.. kenapa keadaannya jadi terbalik begini. Seolah-olah Renjun yang akan pergi. Padahal mereka sama-sama akan pergi.

"Iya, Jaemin. Iya~"

"-sniff- janji?" Jaemin melepaskan pelukannya pada Renjun dan menyodorkan kelingkingnya.

'Pinky promise?' batin Renjun. Ia tersenyun geli melihat kelakuan Jaemin. Tapi akhirnya, Ia mengaitkan kelingkingnya ke milik Jaemin. "Janji."

Switch! | JaemrenDove le storie prendono vita. Scoprilo ora