Kolosal

29 3 2
                                    

Armin tersenyum, ia tak ingin teman-temannya merasakan betapa panas Titan Kolosal. Ia menunjukkan cengirannya pada para kawan.

"Aaaaaah.... Bodoh sekali, aku lupa kalau Titan Kolosal sangat panas!" Connie mengumpat diri sendiri. Sahabatnya yang sudah menyadarinya, ikut melemparkan pujian, bukan, celaan.

"Tuh, kan, kau juga bodoh."

"Dasar botak!"

"Bukan hanya itu," Eren akhirnya ikut bicara. "Makhluk laut dibawah sana akan terinjak habis dan hangus. Kita tidak tahu apakah titan kami bisa berenang atau tidak."

Sasha, Connie, dan Jean memasang pose berpikir. Keindahan bawah laut yang mereka kagumi akan jadi hancur. Kata Onyankopon, terumbu karang di bawah laut membutuhkan ratusan tahun untuk tumbuh kembali. Kejam sekali kalau mereka menjadi penghancur tempat indah yang baru saja mereka kunjungi setelah sekian lamanya terkungkung dalam dinding.

"Dan juga, aku tidak ingin kalian ikut hangus saat kalian hinggap di punggung atau kepala Titan Kolosal. Hahaha." Armin yang menambahkan tawa canggung di belakang kalimatnya membuat kelima sahabatnya memasang ekspresi duka. Sebenarnya cowok blonde pewaris Titan Kolosal ini yang paling merasakan kesedihan.

"Armin...." Mikasa menatap sahabat kecilnya sedih.

Ya, hari hangusnya Armin itu menjadi tragedi mereka bersama.

"Ah, lupakan saja ide ini."

"Ya. Bodoh sekali."

"Kalian berdua memang bodoh."

"Diam kau, muka kuda. Kau juga sama."

Jean dan Connie membuat keributan kecil, sementara Sasha sibuk menengahi mereka. Armin menatap kedua sahabat kecilnya, mencoba menerka isi kepala Eren dan Mikasa, lalu tersenyum. Berharap mereka ikut merasakannya—rasa penasaran akan bawah laut.

"Kalian sedang membicarakan apa?" Hange muncul di tengah-tengah mereka secara tiba-tiba. Yang ditanya kaget bersamaan.

Enam orang saling bertatapan, melempar isyarat wajah tentang jawaban; Sasha bertanya dengan matanya, Jean mengerutkan alis dan menggeleng, Connie menaikkan satu alis kebingungan, Armin mendelikkan mata sembari menggeleng, Mikasa hanya melirik mereka, dan Eren menatap datar mereka. Levi yang berdiri di sebelah Hange mengumpat pelan, "Dasar!"

"Tidak ada, kok, kami tidak membicarakan tentang—" belum selesai bicara, mulut Sasha sudah ditutup Jean.

"Hanya obrolan payah."

"Oh..." Hange manggut-manggut. "Kudengar kalian membicarakan tentang Titan dalam laut."

Rupanya Hange dan Levi sudah menguping sejak tadi.

Keenam pasukan kembali bertatapan, Gawat! Kita akan diuji coba?

Hange tersenyum misterius dengan wajah serius. Levi membuang muka, memasang ekspresi seakan berkata 'mulai lagi'. Mata sang komandan mengeluarkan kilat. "Aku penasaran."

Tuh, kan.

"Haaah...," kegilaan mantan peneliti titan itu akhirnya mereda. "Tak ada waktu. Kita punya hal yang lebih mendesak." Ia berjalan ke arah tenda. "Ayo, Levi, Eren, semuanya!"

Para Pasukan Pengintai menuruti perintah komandan mereka. Ada pertemuan antara mereka dan para Prajurit Marley malam itu.

NIKUWhere stories live. Discover now