Seharusnya Seungmin menuruti perkataan yang lebih tua untuk tidur duluan. Namun tetap saja itu tidak akan cukup membuatnya segera tidur, karena ia terlanjur horny.

Sekarang Seungmin paham kenapa dulu orangtuanya selalu melarang untuk begadang, karena semakin larut malam maka pikirannya akan semakin macam-macam. Ada benarnya juga apa yang dikatakan orangtuanya. Seungmin tengah merasakannya sekarang.

Padahal hanya sederhana saja, Seungmin diam-diam melirik ke lengan berurat milik Chan dan tidak pernah menduga akan terangsang dengan mudah. Sekarang Seungmin tidak dapat mengatasinya sendirian, dia perlu bantuan Chan dan malu untuk mengatakannya.

"Kajja! Kamu punya waktu dua jam buat tidur." tutur Chan.

Seungmin benar-benar dalam posisi serba salah, yang bisa ia lakukan hanya terdiam. Kakinya hanya bisa menciptakan rasa ngilu saat digerakan.

"Seungminie, kenapa diam? Ayo pergi dari sini." tegur Chan sambil menepuk-nepuk bahunya.

Seungmin meringis dan agak menjauh dari sentuhan Chan. Lalu pria yang menenteng laptopnya itu berdiri dari kursi, secara refleks Seungmin tersentak dan itu membuat Chan mengernyit heran.

"Kamu kenapa Minnie?" tanya Chan.

Seungmin menggeleng-geleng. "Gak apa-apa hyung."

"Ya udah yuk. Kamu perlu tidur." Chan hendak menyentuh punggung Seungmin dengan lengannya.

"J-jangan sentuh aku, hyung. Aku lagi sensitif." ucap Seungmin.

Chan melongo, gagal paham. "Maksudnya?"

"Hyung bisa pergi duluan kan? Aku gak mau hyung tau." ujar Seungmin.

"Loh? Loh? Emang apa yang kamu sembunyiin?" tanya Chan.

Seungmin memalingkan wajah, tidak mau sampai Chan melihat ekspresi wajahnya.

"Hei! Lihat sini coba." pinta Chan.

"Nggak ah, kantung mata aku hitam. Malu." elak Seungmin.

"Sejak kapan Minnie gak mau lihat hyung lagi?" tanya Chan.

"B-bukan gitu hyung. Aku ... "

Tanpa sepengetahuan Seungmin, Chan berjalan ke belakang dan melihat wajahnya dari sisi lain. "Wajah kamu kenapa merah-merah gitu?"

"A-anu itu, hyung.."

Seungmin menunduk sambil meringis, celananya terasa sesak dan berdenyut-denyut. "Ng-nggak bisa jalan. Aku h-ho-horny."

"Hah?!"

Chan menaruh laptopnya di meja dan bertanya dengan nada cemas. "Sejak kapan?"

"Sejak jam dua tadi." jawab Seungmin.

Chan ingin pingsan rasanya. "Kamu nahan selama itu?"

Kepala Seungmin semakin menunduk. "M-malu ngomongnya. Ya udah aku tahan aja."

Sang leader hanya mampu menepuk jidat. "Ya udah, hyung bantuin."

Seungmin semakin tergeragap, denyutnya semakin membuat ngilu. Isi kepalanya sudah terlalu kotor untuk bisa berpikir jernih. "Sesek, pengen buka celana."

Chan terlanjur tahu, tidak ada gunanya Seungmin menutup-nutupi. Urat malunya mungkin sudah putus sejak tadi, terpenting sekarang bagaimana caranya untuk mengatasi ketegangan di bawahnya.

"Jangan buka di sini!" untung Chan berhasil mencegah tangan Seungmin yang hendak menurunkan celana training-nya. "Ikut ke kamar hyung ya. Changbin pasti udah bangun."

The Wolf and his Lil PuppyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang