PEMUJA

133 12 1
                                    

“Duh, dia gagah banget sih. Emang tipe aku banget.”

Mala sedang memperhatikan laki - laki pujaannya dari meja kasir, tempat dia bekerja.

Ting,

“Selamat datang, selamat berbelanja, ” sapa Mala, pada pujaannya yang baru saja memasuki toko.

Laki - laki itu mengambil dua botol soda dingin dari kulkas. Segera dia membawanya ke kasir untuk di bayar.

Senyum Mala langsung terkembang, manakala laki – laki itu hanya berjarak dua jengkal dari hadapannya.

“Baru mau ke kantor?” tanya Mala basa – basi.

“Hemp”

Tit. Bunyi mesin kasir saat Mala menghitung belanjaan si laki – laki itu.

“Total nya 12 ribu”

Laki – laki itu memberikan selembar uang lima puluh ribuan.

“Terimakasih,” ujar Mala sambil memberikan kembalian dan kantong belanjaan.

Laki - laki itu pergi dengan menenteng dua botol minumannya yang di tempatkan di kantong plastik putih susu. Mala terus memperhatikan sampai pujaannya masuk ke dalam mobil.

“Incaran lu masih enggak mau respon!,” ejek koh Akiang, bos Mala di toko.

“Belum”

***

Pria itu bernama Dude. Dude Satyasa. Sudah lama Mala menyukainya, namun tidak pernah ada respon sama sekali dari Dude.

Mala dan Dude mempunyai perbedaan status sosial dan ekonomi yang mencolok. Dude lahir di dalam keluarga yang sangat cukup untuk menjamin kehidupannya, tanpa harus membuatnya repot berpikir harus kerja dimana nanti. Sedang Mala berasal dari keluarga yang pincang. Ayahnya meninggal sejak dia menginjak sekolah menengah pertama. Sejak remaja Mala sudah harus pontang - panting, kerja serabutan hanya untuk melanjutkan sekolah. Tapi, sayangnya SMA pun dia tidak sampai lulus. Dia meninggalkan sekolahnya di semester terakhir, karena harus bekerja keras untuk mencari biaya pengobatan adiknya yang baru saja meninggal dua bulan lalu.

Karena latar pendidikan yang minim, membuat Mala harus menjadi pegawai setia di sebuah toko modern yang dimiliki oleh tuan keturunan Tionghoa, bernama Akiang. Yang padahal gajinya kadang tak cukup untuk menghidupi anggota keluarganya.

“Beban lu kan sudah tumbang satu, kumpulin duit lu buat ujian setaraan. Lo pinter jangan di sia – siain,” tutur koh Akiang.

“Iya, koh. Lagi nabung sedikit – dikit”

Biarpun tak lulus SMA, tapi hampir semua buku yang koh Akiang punya sudah di baca dan di pelajari oleh Mala. Mala sangat mudah memahami pelajaran, tanpa koh Akiang mengajarinya berkali - kali.

***

Larut malam tiba, Mala menurunkan rolling door besi untuk menutup toko. Dia berjongkok untuk mengunci gemboknya.

“Beres”

Setiap hari Mala selalu pulang tengah malam. Karena jarak rumah yang tidak terlalu jauh, Mala selalu berjalan kaki sambil mendengarkan radio lewat Hp jadulnya.

“Ada kabar dari dunia kpop”

Sambil menelusuri jalan, dengan kedua tangan yang di masukkuan ke kantong hoodie, Mala mendengarkan DJ radio.

“Apa nih ?”

“Kabarnya management terkenal di sana akan mendebutkan sebuah Boy group, yang katanya mereka itu badai semua! Ganteng, multitalent”

“Wah serius ?”

Mala memindahkan frekuensi radionya, dia lebih memilih mendengarkan lagu - lagu sendu, di bawah langit malam.

***

Judul dari cerita ini diganti. Karena aku rasa ini judul yang cocok untuk buku ini.

Cerita ini sedang aku rapihkan.
Dan....
Ada kejutan....

DANDELION (Tersedia di Playstore)Where stories live. Discover now