Chapter 2

10.4K 491 0
                                    


     Cintaku padanya bukan terjadi begitu saja. Aku tak ingin seperti ibuku yang pergi meninggalkan aku dan ayahku begitu saja, merasa tak punya ibu dan melihat kesedihan ayahku karnanya. Seperti rumah yang dulunya indah perlahan menjadi tua dan lapuk karena ditinggalkan.

     Saat aku berusia 7 tahun, ibuku pergi. Dan saat itu yang aku rasakan adalah pedihnya kehilangan yang tak tergantikan. Seharusnya diumur segitu aku masih bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, seperti teman-temanku waktu dulu. Tapi entahlah~

     Mungkin ibuku tak menginginkan aku lahir atau dia benci dengan keberadaanku. Melawan rasa sakit hati,aku tenggelamkan diri dalam hal-hal buruk. Aku kecanduan minuman keras.Menurutku mabuk sangat menyenangkan saat itu. Obat-obatan terlarang juga jadi teman akrabku. Aneh memang seorang perempuan yang berkelakuan seperti itu. Tetapi semua itu seakan kenikmatan sesaat yang bisa menyenbuhkan rasa sakit.

     Lambat laun aku baru menyadari,betapa aku tega sudah membuat ayah tambah sedih. Meskipun demikian ia tetap menjadi seorang pria yang tabah meski kelakuanku yang benar-benar buruk.

     Saat ayahku mengingatkan ku untuk salat aku kabur,disekolahkan disekolah yang bagus dan mahal,aku malah banyak membolos. Tapi cinta ayah padaku tak pernah berkurang. Aku salut sama ayahku seorang pria yang mengurus anaknya sendiri tanpa dibantu oleh seorang istri. Aku pernah membujuk ayah untuk menikah lagi tetapi ayah selalu menolaknya. "Sudahlah,ayah ini sudah tua. Lagipula ayah masih mampu mengurusimu." Ucap ayahku. Hmmm...selalu itu kata-kata yang ia lontarkan ketika aku menyuruhnya menikah lagi.

     Hai..hai gue upload lagi nih. Hmmm...walaupun masih dikit yang baca,bukan dikit dehh gak ada mungkin HAHA

Vote and commentsnya yaaa..

Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang