Bab 9 : Kenyataan Yang Begitu Menyakitkan

3.7K 713 62
                                    

Kita harus menerima bahwa tidak semua harapan yang indah bisa menjadi kenyataan. Dan yang kita butuhkan adalah keberanian untuk mengikhlaskan. Walaupun sangat berat dilakukan, tetapi Tuhan mempunyai rencana yang lebih baik untuk hidup kita.

-Tentang Rindu-
@nurhoiriah16_

🕊🕊🕊

Semenjak kejadian semalam, pagi ini Rindu enggan keluar kamar. Mendengar fakta bahwa dirinya anak haram sangatlah menyakitkan ketimbang dulu dia selalu diledek oleh teman-temannya tidak mempunyai Ayah. Inikah alasan Sinta---Ibu kandungnya menyembunyikan aib tersebut? Dulu dia selalu bertanya mengenai Ayahnya kemana? Sinta selalu menjawab Ayahnya telah meninggal saat Rindu dalam kandungan. 

Namun,  sebuah fakta mengejutkan Rindu pada saat kondisi Sinta kritis di rumah sakit karena kecelakaan lalu lintas. Sinta memberitahu kepada Rindu kalau Ayahnya masih hidup dan dia tinggal di Jakarta. Pada saat itu Rindu berumur 18 tahun, kelas tiga SMA. Antara senang dan sedih mendengar fakta dari Ibunya itu. Senang, karena Ayahnya masih hidup, tetapi sedih karena selama 18 tahun hidupnya, Rindu tidak pernah merasakan kasih sayang dari Ayahnya itu. Pada saat itu juga sebelum Sinta pergi meninggalkan Rindu selama-lamanya, Ibunya itu memberi amanat kepada Rindu untuk pergi ke Jakarta, mencari keberadaan Ayahnya, dan menyuruhnya untuk tinggal dengan Ayahnya itu. Sinta hanya memberi kartu nama dan alamat kantor Ayahnya itu.

Setelah kelulusan SMA dan seminggu kepergian Ibunya, Rindu yang hanya tinggal seorang diri di Surabaya dan tidak mempunyai keluarga. Akhirnya memutuskan untuk pergi ke Jakarta seorang diri menaiki kereta dan diantar pergi ke stasiun dengan tetangganya bernama Ibu Salamah dan Bapak Joko yang sudah menganggap Rindu seperti anaknya sendiri. Walaupun mereka keluarga muslim, tetapi mereka sangat menghargai perbedaan dengan Rindu dan Sinta. Bahkan mereka yang membelikan tiket kereta serta uang untuk bekal di Jakarta nanti. Kehidupan Rindu saat tinggal bersama Ibunya memang sederhana, namun kehidupannya merasa tenang dan damai. 

Pada saat pertama kali bertemu Bima di kantornya. Rindu sangat senang karena Bima menerima dan mengakui kalau Rindu anak kandungnya, akan tetapi ketika Bima membawa Rindu ke rumahnya, Rindu dikejutkan dengan kehadiran Laras dan Angel. Rindu sempat sedih mengetahui kalau Laras istri pertamanya, dan dia pikir saat itu kalau Sinta adalah istri kedua Bima. Dan Rindu tidak habis pikir dengan Angel, saudara seayahnya itu sangat membenci dirinya sejak pertama kali bertemu.

"Rindu," panggil Bima sembari mengetuk pintu kamar Rindu dari luar.

Rindu tidak menggubris panggilan Bima. Bahkan Bi Arum yang sudah beberapa kali mengetuk pintu kamarnya dan menyuruhnya keluar kamar, gadis itu bersikukuh tidak ingin keluar kamar. Dia hanya duduk di dekat jendela kamarnya menatap sang mentari dengan tatapan kosong.

"Rindu, ini Ayah Nak, sarapan pagi, yuk! Mama sama Angel sudah menunggumu di bawah." Bima berkata sedikit teriak supaya Rindu mendengar.

Tetes demi tetes air matanya membasahi kedua pipinya, akan tetapi pandangannya masih terlihat kosong sembari menatap sinar mentari yang memantul ke arah kaca jendela kamarnya.

"Rindu, buka pintunya, Nak!" Bima menggedor pintu kamar Rindu dengan keras, dia khawatir jika Rindu kembali depresi. Karena semalam Bima mengetahui dari Bi Arum kalau Angel marah kepada Rindu.

Rindu pun menghapus air matanya kemudian beranjak dari tempat duduknya, lalu dia membuka pintu kamarnya. 

Bima pun tersenyum senang menatap Rindu. "Kita turun yuk, Nak, sarapan pagi."

"Rindu lagi pengin di kamar, Yah. Rindu pengin sendiri, dan soal makan, suruh Bi Arum saja taro di kamar," ucap Rindu sembari tersenyum tipis.

"Kamu kenapa? Trauma kamu kambuh lagi?" 

Tentang Rindu [SUDAH TERBIT]Место, где живут истории. Откройте их для себя