"Maaf tidak mau menyinggung Haechan, tapi sepertinya appa dan eommamu terlalu terburu-buru membuka cabang, dan salah target pasar." ujar Jaemin, Haechan mengangguk.

"Aku juga berpikir begitu, memang benar usaha kami sangat besar, tapi saat dulu appa dan eomma berusaha mengembangkan bisnis aku sudah mencegahnya karena tahu itu langkah yang terburu." Jaemin mengusap punggung Haechan.

"Sudah merasa lebih baik sekarang?" Haechan mengangguk.

"Terimakasih Jaemin-ah" Jaemin mengangguk.

"Kalau boleh jujur, keluargaku sebenarnya berbeda dengan keluarga yang lain, kami bisa dikatakan kaya, itu juga tidak kaya-kaya juga, aku bisa masuk ke mansion ini karena berteman dengan Renjun dan Jeno, mereka yang mengajakku kemari karena tahu potensi, begitu katanya." Jaemin mengangguk paham.

"Tapi kau memang berpotensi, sekarang menjadi salah satu petinggi perusahaan IT dan Game bersama Jeno di usia yang paling muda, kan?" Haechan tersenyum.

"Sekarang pergilah mandi dan setelah itu aku akan obati lagi lukamu." Haechan mengangguk dan bangun dari duduknya lalu pergi ke kamar mandi.

"Hati-hati dengan lukanya, Haechan!"

"NE!" Jaemin tersenyum, dia menyiapkan pakaian santai untuk Haechan. Sembari menunggu dia memainkan lagu ceria menggunakan piano Haechan. Haechan yang mendengar itu tidak bisa tersenyum.

Sepuluh menit kemudian, Haechan keluar dari kamar mandi dan melihat pakaian di atas kasurnya, dia segera mengambilnya dan pergi ke kamar mandi untuk memakainya.

"Aku sudah selesai" Jaemin berbalik.

"Duduklah, biar aku obati lukamu." Jaemin pun meraih kotak P3K yang memang sengaja ia letakkan di meja nakas Haechan. Dengan telaten Jaemin mengobati luka Haechan dan mengganti perbannya dengan yang baru.

"Haechan, kau harus minta maaf pada kedua orang tuamu dan membelikan meja baru, sebagai meja yang kau hancurkan." Haechan mendengus dan mengangguk.

"Nanti kalau amarahku pada mereka sudah redam." ujar Haechan.

"Ne Haechan-ah, saran yang aku berikan padamu itu tidak tahu akan berhasil atau tidak, karena aku tidak pandai dalam hal bisnis." Haechan mengangguk.

"Aku juga akan bicara pada hyungdeul nanti kalau mereka sudah kembali dari rumah mereka." Jaemin mengangguk kecil.

"Ne, karena ini masih hari ulang tahunmu, kau ingin apa? Karena aku tidak ada uang untuk memberikanmu sebuah kado." ujar Jaemin, Haechan bahkan lupa kalau ini masihlah hari ulang tahunnya.

"Ayo temani aku nanti, kita akan makan malam di luar, karena mereka semua akan kembali setelah makan malam bersama keluarga mereka." Jaemin mengangguk paham.

"Kalau begitu aku akan pergi mandi sekalian memberitahu pada koki mansion agar tidak usah memasak untuk kita nanti, biarkan mereka memasak untuk makan malam mereka sendiri." Haechan mengangguk, Jaemin pun pamit undur diri. Haechan tertawa melihat tingkah Jaemin.

"Nah, dia memang cocok menjadi Nyonya Muda mansion NEO." Haechan menatap ke arah jendela kamarnya.

"Tidak ada satu pun yang cocok menjadi Nyonya Muda mansion NEO selain Jaemin."

***

Haechan dan Jaemin keluar tanpa penjaga atau pengawal. Jaemin yang menyetir mobil, Haechan duduk tenang di sebelah sembari melipat kedua tangannya dan meletakkannya di belakang kepala.

"Kita akan kemana?" tanya Jaemin.

"Coba tanyakan pada Dora, kita akan pergi kemana." jawab Haechan asal, Jaemin yang kesal memukul paha Haechan yang hanya tertawa geli.

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINWhere stories live. Discover now