6

1.8K 306 10
                                    

Y/N memainkan cangkir teh yang beruap hangat di hadapannya, mengusap mulut cangkir dengan ujung jari. Harum chamomile lembut memenuhi cuping hidungnya melalui sulur kekuningan, sesuatu yang akan sangat menenangkan kalau dia tidak duduk di depan Profesor Trelawney, menjawab pertanyaan-pertanyaan memalukan dan menghindari kontak mata.

"Dearie, aku tahu kau mungkin tidak mau berbagi cerita, tapi ini sangat sangat penting demi mempercepat proses penyembuhan. Jauh lebih penting dari ramuan dan bahkan ramalan daun teh."

"Er...saat aku pertama kali tidur, mimpi-mimpiku cuma tentang memori yang sudah lalu. Sete –"

"Sebentar," Trelawney mengangkat satu tangan sementara tangan yang lain menulis di kepala perkamen. "Kalau kau ingin baikan, kau harus menceritakan sedetail-detailnya. Memori apa? Tentang apa?"

Y/N menelan ludah, melempar tatapan ke langit-langit. "Erm...saya melihat Malfoy. Draco Malfoy." Nafasnya tertahan sementara alis Profesor di depannya bertaut. Tiba-tiba cangkir teh ditangannya serasa panas membakar. "Aku mimpi ingatan saat kami patroli bersama. Saat kami bertemu cermin, itu saja."

"Cermin apa?"

"Cermin Tasrah."

Trelawney mengangkat alis - gerakan spontan yang tidak sepenuhnya sederhana. "Menarik. Sangat, sangat menarik memang. Teruskan."

"Saya melihat kami...bersama. Saya pikir itu bukan cermin spesial sampai setelahnya karena saya melihat yang sama. Kami...uhm...bersama."

Perlu beberapa detik tatapan dari mata gila Trelawney sebelum Y/N menyadari dia baru saja mengulang perkataannya.

"Dan setelah itu..." Y/N mencubit batang hidungnya, mencoba mengingat sisa ingatan dari mimpinya. "Saya tidak ingat yang lain lagi. I'm sorry. Mimpinya hanya tentang semua yang saya ingat tentang Malfoy...seperti, saat pertama kali saya melihatnya, bagaimana rasanya saat pertama saya bicara padanya, minggat dari dia di ruang bawah tanah Slytherin waktu malam itu saya harus mengerjakan tugas ramuan sampai larut...itu saja."

Profesor-nya mengangguk serius, bergeser di satu-satunya kursi pengunjung yang ada di sayap rumah sakit – keras, berkayu mahoni dingin. "Bagus. Dan setelahnya? Setelah Miss Severyjn membangunkanmu?"

Tenggorokan Y/N kering seketika. Tentu saja aku harus mengingat apa yang terjadi. Tentu saja aku harus memberitahu mereka kalau aku mimpi berciuman dengan Malfoy di kamarku. Tentu saja. Kesialanku saja.

"I'm sorry," kata Y/N. "Mimpinya ...aneh. Rasanya terlalu privat."

Trelawney terlihat bersimpati mendengar ucapan Y/N; matanya melembut (meski masih kelihatan seperti bengong) dari biasanya. "Aku sudah dengar semuanya, love. Tidak perlu merasa malu."

"Okay." Y/N menarik nafas. "Saya...well...rasanya kabur. Saya tidak ingat bagaimana kami meninggalkan tugas patroli kami dan kenapa kami malah memutuskan pergi ke kamarku."

Rasanya berat melanjutkan cerita ini dengan ditemani tatapan Trelawney yang alisnya naik beberapa inci, tapi Y/N menguatkan diri.

"Perlu waktu lama untuk saya membuka kunci pintu kamar – tampaknya saya gugup, atau entahlah, karena tangan saya bergetar terlalu keras untuk memantapkan pegangan. Dia menyingkirkan tangan saya dan mengatakan sesuatu – saya tidak ingat apa – dan dia membuka kuncinya. Tampaknya saya menarik dasinya, dan dia memberitahu saya bahwa saya gemetar, dan sebelum saya sadar dia menangkuup pipi saya. Saya ingat, saya terkejut karena jemarinya hangat. Saya pikir tangannya akan terasa dingin."

"Teruskan, dear. Aku hanya butuh sedikit lagi."

"Cerita ini sangat memalukan, anda tahu." ucap Y/N. "Saya bahkan tidak begitu mengenalnya."

MIRROR, MIRROR ✔Where stories live. Discover now