1. Teman sekamar.

Start from the beginning
                                    

⚕️

Dua minggu berlalu begitu cepat, tidak terasa kedua remaja itu sudah akrab satu sama lain. Hingga sebuah fakta mengejutkan untuk jeno membuat emosinya membuncah begitu cepat. Segera ia kembali kekamar asramanya.

Dan disinilah Jeno berada, menunggu Jaemin selesai kelasnya pada jam setengah lima sore. Dengan menahan emosi yang meletup-letup Sedari tadi. Bisakah Jeno meminta kepada tuhan untuk memutar waktu? 

Tangannya mengepal kuat dibalik kantung Hoodie berwarna Navy. Setengah jam telah berlalu begitu cepat, tetapi Jaemin belum kunjung kembali kekamarnya. Jeno jadi teringat jika Pemuda itu terkadang membelikannya makan malam, entah itu sekedar Kimchi Sujebo, Gimmari, atau CornDog khas Korea selatan. Ditambah dengan Sprite minuman favorit pemuda itu.

Terlalu asik melamun, Jeno tidak sadar jika Jaemin telah membuka pintu kamar itu. Benar saja, pemuda itu kembali dengan menenteng Kimchi Sujebo dengan Sprite. Jaemin menatap Jeno heran, kenapa teman sekamarnya itu menatapnya dengan tatapan seperti marah(?)

Baru saja Jaemin hendak melemparkan sebuah pertanyaan kepada Jeno, tetapi sudah dipotong lebih dulu. “Jaemin, aku ingin bertanya padamu. Jawab dengan jujur.”

Alis Jaemin bertaut bingung, karena raut wajah Jeno terlihat serius. Andai saja Jaemin tahu jika Jeno tengah menahan amarahnya sedari tadi. “Ya, tanyakan saja apa itu?” Akhirnya ia meng-iyakan.

“Apa kau gay?”

Jantung Jaemin seketika berpacu cepat, ia menatap Jeno terkejut. Bagaimana pemuda itu bisa mengetahui jika dirinya...

“Jawab Jaemin.”

“Baiklah, ya aku gay. Kenapa?”

Jeno menatap Jaemin dengan sebuah raut wajah jijik. Apa ada yang salah, pikir Jaemin. “Aku benci gay. Sebaiknya kau pindah kamar, karena aku tidak suka sekamar dengan gay.”

Raut wajah bingung tertera jelas diwajah tampannya. Ia masih tidak paham maksut pemuda didepannya. “Maksutmu? kenapa aku harus pindah kamar?”

“Cih, cepatlah pindah dari kamar ini. Jika kau tidak mau biar aku yang pindah saja. Dengarkan baik-baik ini Jaemin-ssi, Aku benci gay.” Ucap Jeno dengan penuh tekanan.

Jaemin yang tidak terima direndahkan pun membalas tatapan remeh Jeno dengan seringai tipis. Ia pun maju dua langkah hingga membuat kaki Jeno mentok diranjang tidurnya. “Coba saja jika kau ingin membuatku pindah kamar. Jika kalah maka kau yang harus pindah, dan jika maka aku lah yang harus pindah. Bagaimana? adil bukan? deal? Jeno-ssi.

Jeno yang tak ingin dianggap lemah, ia pun meng-iyakannya dengan gampang. Tanpa mereka berdua sadari jika bendera perang sudah dikibarkan. Jeno sangat amat yakin jika ia menang dalam hal ini, karena menurutnya ini adalah hal kecil.

Setelah itu Jeno mendorong bahu Jaemin untuk menjauh, segera ia melangkahkan kakinya menuju resepsionis yang mengatur kamar asrama tersebut. Sesampainya disana, ia segera menanyakan apa ada kamar kosong yang masih tersedia.

“Permisi ahjumma, apa masih ada kamar yang tersisa? aku membutuhkannya.” Wanita bertubuh gempal itu menatap Jeno tajam. Sial, umurnya bahkan belum ada setengah abad beraninya ada yang memanggilnya dengan embel-embel 'Ahjumma.

“Aku tidak setua itu untuk kau panggil Ahjumma bocah sialan.” Protes wanita itu tak terima.

“Akh sial. Baiklah, Nonna yang cantik apa masih ada kamar kosong yang tersedia? aku membutuhkannya.” Jeno mengalah, ia bertanya dengan lemah lembut. Itu terpaksa, bukan ikhlas dari hati.

“Tidak ada.”

Ia tahu ini akan terjadi. “Satupun tidak ada? Atau yang masih—”

“Tidak ada bocah! Jika ku bilang tidak ya tidak. Kau mengganggu waktuku mewarnai kuku saja.”

“Ck, baiklah Ahjumma.

“Hey! sudah kubilang untuk tidak memanggilku Ahjumma bocah tengil!”

“Berisik sekali!”

Jeno pun mengeluarkan ponsel dari saku celananya untuk menelpon 'Hyunjin' teman sedari SMA nya. Ia meminta kepada pemuda jangkung itu untuk menemaninya mencari kamar kosong. Sekalipun ada orangnya tak apa, asal tidak gay. Pikir Jeno.
















[ bersambung ]
Makasi yang udah baca book ini. jangan lupa tinggalin jejak ya biar saya semangat updatenya.
love!

HOMOPHOBIC - JAEMJENWhere stories live. Discover now