Bab 4 [Biadab]

112 20 0
                                    

Melindungi kesucian dan harga diri adalah tanggung jawab besar yang ditanggung wanita sejak ia dilahirkan.

-Indurasmi-

Byur!

Kedua kelopak mata yang tertutup damai seketika terbuka, wajahnya amat syok mendapat perlakuan seperti itu. Terlebih air yang disiramkan padanya sangatlah dingin menusuk kulit. Indurasmi seketika melayangkan tatapan tidak suka pada si pelaku.

"Dasar manusia biadab!" jerit Indurasmi sembari berusaha melepaskan ikatan.

Andrew tertawa begitu licik. "Kau tampak tidur dengan sangat nyenyak, ya."

Indurasmi menatap penuh kemarahan, sebab serdadu bernama Andrew ini sangat berbuat nekat dengan menculiknya ke camp yang paling dihindari para inlander.

"Lepaskan saya!" teriak Indurasmi.

"Hah, Apa? Melepaskanmu? Itu mustahil, Nona." Andrew berbisik sembari semakin mendekatkan wajahnya ke arah Indurasmi. Mata penuh dendamnya sangat dimanjakan oleh ketakutan yang ada di mata Induarasmi.

"Layani saya, maka dirimu akan mendapatkan uang dan hidup keluargamu aman," lanjut Andrew.

"Demi Allah saya tidak akan pernah ridho kesucian saya direnggut oleh pria biadab seperti anda!"

Andrew berdecit mendengar penuturan tersebut. "Gendis, kemarilah!" teriaknya kemudian.

Tak lama datanglah seorang wanita berkemban dengan tergeropoh. "Enggeh, Tuan. Ada apa?"

"Bawa gadis ini untuk membersihkan diri, kemudian bawalah dia ke ruangan saya. Mengerti?" titah Andrew.

Sekilas Gendis menatap tak suka pada Indurasmi. Mungkin dia merasa tersaingi dengan kehadiran sosok Indurasmi. "Enggeh, Tuan."

Indurasmi pun dilepaskan dari ikatan yang kencang tersebut, sejujurnya saat itu juga ia ingin berlari kabur dari tempat ini, tapi sangat mustahil untuk bisa lolos dari kandang musuh.

Wanita bernama Gendis tersebut kemudian membawa Indurasmi ke dalam bangunan berlantai tiga. Mata Indurasmi menatap dengan tidak ikhlas ketika kakinya menapaki bangunan penuh kekejaman tersebut. Sebab, ini adalah tempat sebuah kesucian perempuan diperdagangkan. Ya, rumah bordil adalah namanya, tempat para budak seks tinggal.

"Aku lihat kamu seperti anak kiayi. Tapi kenapa bisa sampai ke sini?" Gendis yang tadi diam mulai bersuara sambil terus memandu jalan.

"Aku diculik. Apa kamu bisa menolongku pergi dari tempat ini?" Indurasmi sangat mengharapkan bantuan tersebut.

Tapi, Gendis menggeleng dengan kuat. "Aku tidak bisa. Bila seseorang pribumi seperti kita sudah masuk ke rumah ini, maka akan mustahil untuk keluar."

Indurasmi meringis, untuk meratapi nasibnya saja ia tidak bisa, karena hatinya sungguh percaya kalau Allah akan menolongnya dari kejahatan ini.

"Sudahlah, tidak ada ruginya juga kamu tinggal di sini. Kamu akan mendapatkan uang dan kenikmatan," cetus Gandis yang membuat Indurasmi menatap miris.

"Kenikmatan itu hanya sesaat, akan tapi dosanya berlipat ganda," jawab Indurasmi.

Kini membuat Gendis menghentikan langkah dan membalikan badan menatap gadis berkerudung tersebut. "Jangan membicarakan dosa di tempat yang berlautkan dosa."

Indurasmi terdiam. Ia sedang berusaha menyebarkan kebenaran, tapi di tempat ini seolah tidak akan didengarkan. "Aku boleh bertanya padamu?"

"Apa?"

"Di sini tidak ada anak-anak?"

Gendis yang paham akan pertanyaan itu lantas tersenyum, lalu melanjutkan kembali langkahnya. "Tidak ada. Karena jika ada wanita yang hamil di sini, maka madam Arrbel akan memberikan sebuah ramuan untuk mengugurkannya."

"Astagfirullah," gumam Indurasmi. Hatinya begitu sakit mendengar hal tersebut, tidak sepantasnya mereka mengorbankan nyawa yang tidak tahu apa-apa. "Madam Arrbel itu siapa?" tanya Indurasmi kemudian.

"Dia adalah wanita Belanda yang mengurus segala hal mengenai rumah bordil ini," jawab Gendis.

Sangat miris, seorang wanita menjadikan wanita lain sebagai mangsa menghasilkan uang dan kejayaan.

||<<<||

Selepas dari bilik kamar mandi, Indurasmi lantas digiring Gendis ke ruangan Andrew. Tapi di perjalanan gadis itu memikir keras cara untuk melarikan diri, karena waktunya tinggal sedikit untuk menyelamatkan kehormatan yang selama ini ia jaga.

Tanpa ada ide yang sempurna, Indurasmi nekat berlari ke arah yang berbeda dengan begitu cepat. Sehingga membuat Gendis berteriak panik, "Hei, jangan kabur!" Karena ia pun takut mendapat hukuman dari sang tuannya.

Gendis ikut berlari. Lorong yang dilewati Indurasmi sedang sepi, sehingga membuat ia leluasa pergi. Tapi, kebebasan itu tidak berlangsung lama. Sebab kaki Indurasmi seketika terpaku oleh seseorang yang berdiri tepat di hadapannya. Orang itu mencengkam kuat pergelangan kanan Indurasmi.

"Idemu untuk kabur itu sangat terlihat bodoh," cetus laki-laki berwajah bule tersebut, siapa lagi kalau bukan Andrew yang berani mengucapkan hal yang menyakitkan pada Indurasmi.

"Saya akan sangat terlihat bodoh bila menuruti perintah kau!" tegas Indurasmi, menatap dengan berani.

Andrew berdecak kesal, tangannya menarik paksa Indurasmi sehingga membuat gadis itu terseret-seret karena meronta ingin dilepaskan.

Sampai akhirnya Andrew melepaskan cengkamannya di ujung lorong bangunan, dia dengan kasar menghempaskan Indurasmi ke hadapannya. Indurasmi pun tersungkur, matanya terlihat amat menampung air mata.

"Buka kain yang ada di kepalamu, sekarang!" Andrew memerintah dengan tegas, seolah tak boleh ada penolakan.

Tentu Indurasmi menolak keras, oleh sebab itu ia terdiam saja. Hal tersebut tentu membuat Andrew semakin kalap. "Jika dirimu tidak ingin membukanya. Biar saya saja yang membukanya, sekaligus ingin melihat sampai mana dirimu akan tetap angkuh."

"Jangan mendekat!" jerit Indurasmi dengan jari telunjuk yang terarah pada Andrew yang mulai melangkah. "Lebih baik bunuh saja saya," lanjutnya.

"Jika ada hal yang menarik selain menghilangkan nyawa, kenapa harus disia-siakan?" Melalui nada bicara licik Andrew mengulurkan tangannya.

"Andrew, apa-apaan ini?"

Niat Andrew terhenti ketika seseorang datang dan menganggu pembalasan dendamnya. Pria itu membalikan badan dan memutar bola matanya dengan malas. "Elden, kenapa kamu selalu mengangguku?"

"Jangan lakukan itu. Gadis itu mempunyai hak untuk melaksanakan kewajiban atas kepercayaannya," ujar pria bernama Elden tersebut.

Andrew melirik sekilas Indurasmi, lalu menatap Elden kembali. "Hak?"

"Iya. Kita memang menjajah negeri mereka, tapi tak seharusnya kita ikut campur terhadap kepercayaan mereka. Fakta itu selalu dilupakan oleh para prajurit kita."

"Oke, oke. Menurutmu aku harus bagaimana untuk menyelesaikan hasrat dendamku pada gadis inlander ini?" Andrew seolah menantang sang teman untuk membuat keputusan.

Elden tampak menatap sekilas Indurasmi yang amat mengharapkan pertolongan untuk melindungi kehormataannya sebagai muslimah. "Beri dia pilihan."

"Keputusan yang menarik." ujar Andrew seraya kembali menatap Indurasmi. "Kamu akan saya beri pilihan. Tinggal dengan nyaman bak nyonya di ruangan saya, atau tinggal di kandang kuda dengan tugas mengurus semua kuda tanpa bantuan siapapun. Bagaimana?"

Elden menatap tak percaya atas pilihan yang diberikan Andrew. Sedangkan Indurasmi bernafas lega mendapatkan sebuah pilihan, karena setidaknya kehormatan pada dirinya masih bisa diperjuangkan. Bagi Indurasmi kehormatan sebagai muslimah dan perempuan adalah hal berharga, dari lahir ia menjaganya maka tidak akan begitu mudah ia merelakannya.

"Saya memilih tinggal di kandang kuda."

||<<<||

07, Juni 2021

Indurasmi [Proses Terbit]Onde histórias criam vida. Descubra agora