𝐇𝐢𝐬 𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐨𝐝𝐝𝐞𝐬𝐬 × Ø8

Start from the beginning
                                    

Hear his voice gives me butterflies in my stomach.

"Yups. Dikit lagi sampai." Jawabku.

Pandanganku menatap ke luar, memperhatikan deretan berbagai jenis toko dari kaca depan mobil.

Begitu mobil mulai mendekati Cafe yang sering aku kunjungi. Reflek, tanganku memukul pelan pundak Judah sambil berseru, "Stop! Stop! Stop the car! We arrived!!"

Aku sekilas menangkap ekspresi terkejut Judah. Entah disebabkan karna seruanku yang terdengar semangat, atau pukulanku di pundaknya, atau.... mungkin dua-duanya?

Judah menghentikan mobilnya di samping jalan. Dirinya dan aku bersama-sama keluar dari mobil.

"Welcome to Aladdin's Cafe." Aku merentangkan satu tanganku sambil tersenyum lebar pada Judah.

Judah menatap Cafe di hadapannya lalu menatapku yang masih tersenyum lebar.

Aku menangkap sesuatu di mata birunya. Terhibur.

Walaupun bibirnya tidak ikut tersenyum sama sepertiku, berbeda dengan matanya yang seolah tengah tersenyum.

And also, there is little bit adoration in his eyes.

Is it because of me? Atau akunya yang ke pedean?

"Ayo masuk!" Ucapku.

Aku melangkah masuk ke dalam toko.

Tidak baik bagiku untuk berpikiran lebih atau mengharapkan sesuatu darinya. Aku merutuki diriku yang asal menyimpulkan arti dari pandangan matanya.

He probably has no bad intentions for me. Or develop feeling for me.

"Oh my! Hi!! Sweetheart!!" Seru Hero dengan riang membuat beberapa pengunjung menoleh ke arahnya.

Aku tersenyum, tanganku menyentuh kening lalu menggelengkan kepala seraya memejamkan mata.

Hero emang malu-malu in.

"Hi, Hero." Sapaku balik begitu di depan meja counter.

"I'm so happy to see you again today. Kau tau, dengan adanya kehadiranmu, aku jadi semangat lagi. Aku hampir mati kebosanan karna tidak ada yang sumber dari penyemangat hidupku." Curhatnya lalu di akhiri dengan cengir Hero.

"Hero, sebaiknya kamu cepat sadar. Aku mulai kasihan dengan future girlfriend mu nantinya."

"My future girlfriend is right in front of me."

Sebelum aku dapat membalasnya lagi, diriku terdiam begitu juga dengan Hero yang mendengarkan suara geraman kekesalan dari arah belakangku.

Mata Hero kemudian beralih menatap ke belakangku. Lebih tepatnya Judah.

Ada ekspresi bertanya-tanya di wajahnya. Mungkin berpikir apa aku datang dengannya atau tidak.

"Kamu kesini bersamanya?" Tanya Hero padaku menunjuk Judah dengan dagunya.

Aku mengangguk, "Hero, dia Judah." Unjukku.

Aku menoleh ke belakangku dan tersenyum, "dan Judah, dia Hero."

Pandangan matanya tidak melihatku. Pandangannya lurus ke depan. Ekspresinya datar namun sorotan matanya tajam dengan kedua alisnya yang bertautan. Ia tengah menatap Hero bagaikan musuh.

"So, he is your new boyfriend? You break up with me?" Tanya Hero lebay.

Aku kembali menatap Hero lalu memutar bola mataku.

"He is not my boyfriend. Dan bukankah seharusnya kamu mulai melayani pelanggan dan bukannya mengajak mereka mengobrol?" Tanyaku dengan satu alis naik.

𝐇𝐢𝐬 𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐆𝐨𝐝𝐝𝐞𝐬𝐬 [ON HOLD]Where stories live. Discover now