Autumn Anterograde 9: Blessed Winter

3.5K 598 17
                                    

January, 2009

Bagai sebuah kontradiksi adalah kehangatan yang dirasakan oleh Jaemin ditengah musim dingin romantis dengan kerlap-kerlip lampu hias sisa Natal dan Tahun Baru, bayi Jisung yang baru beberapa hari tertidur pulas dalam gendongannya. Rambutnya tumbuh sangat lebat, hitam pekat seperti Jaemin, iris mata berwarna cokelat, berbentuk lonjong serupa biji kacang almond dengan kelopak sempurna seperti milik Jeno, bibir tebal merah muda yang lagi-lagi mewarisi Ayah tampannya, tapi jangan lupakan kulitnya yang seputih susu didapatkannya secara cuma-cuma hanya dari sang Ibu.

Jaemin hanya duduk diam memandang ke luar dari jendela apartemen sederhananya, Ayah dan IbunyaーTuan dan Nyonya Leeーmembelikan unit apartemen setelah pernikahan mereka tidak jauh dari kompleks pemukiman rumah utama keluarga Lee. Hanya ditempuh sekitar sepuluh menit dengan berjalan kaki. Di luar sedang turun salju dengan intensitas ringan, jika dulu ketika musim dingin, Jeno yang masih berstatus hyung-nya akan setia memeluk adik kesayangannya karena tahu Jaemin tidak bisa berdamai dengan cuaca dingin. Tapi kini ia harus menepis kenangan dan keinginan itu jauh-jauh, status Jeno kini memang naik tingkat menjadi ayah dari buah hatinya, tetapi perlakuan Jeno padanya sangat jauh dari kata baik.

Lee Jeno akan pulang paling cepat ketika jam berdentang dua belas kali saat ia tidak mengambil jadwal penerbangan. Lelaki itu akan pulang dengan aroma alkohol yang menyeruak ke setiap sudut ruang apartemen mereka. Sumpah serapah akan keluar dari mulut kotor pelautnya yang tanpa penyaring. Nama Yeji akan diagung-agungkan dan menggema setiap malam. Sedangkan Jaemin, ia akan mengunci dirinya dan bayi Jisung di dalam kamar mereka, mencoba menutup telinga si kecil agar tidak mendengar teriakan liar dan suara bantingan benda dari Jeno yang masih saja menangisi Yeji.

Ketika malam semakin larut dan senyap telah menyapa, maka Jaemin tetap saja Jaemin, pemuda manis berperangai lembut dan paling tulus yang pernah ada dalam kehidupan Lee Jenoーjika nanti Jeno menyadarinyaーakan keluar dari kamar setelah memastikan bayi Jisung tertidur pulas. Membuka sepatu Jeno, membasuh badan Jeno dengan handuk yang dibasahi air hangat, serta mengganti bajunya dengan piyama katun yang nyaman. Jika tidak lelah Jaemin akan memapah Jeno hingga ke ranjang empuk mereka, tetapi malam ini sepertinya Jaemin hanya mampu memberi selimut super tebal untuk pasanganーhyung-nyaーkarena Jeno selalu mendecih dan tak pernah menganggap Jaemin sebagai pasangannya. Ia juga tidak lupa memakaikan kaus kaki dan sarung tangan untuk Jeno di tengah dinginnya ruang keluarga.

~~~

January, 2010

"Mma..."

"Ppa..."

Kata-kata pertama yang diucapkan Jisung tepat pada hitungan usianya yang kesatu. Jaemin bertepuk tangan, tertawa hingga hidungnya berkerut. Bagian favorit Jeno yang selalu diciuminya setiap pagi. Dunia Jaemin berubah, lebih merona daripada musim gugur terbaik di seluruh dunia. Kasih sayang melimpah dari Jeno yang kutubnya telah berbalik seratus delapan puluh derajat.

Jeno telah memperbarui kontrak dengan maskapai tempatnya bekerja, tidak ada lagi rute penerbangan lintas benua, hanya jadwal penerbangan domestik yang akan ia ambil. Karena waktu yang menghilang tidak akan kembali berulang. Maka kali ini tujuan hidupnya telah berubah, rute-rute penerbangannya bukan lagi tujuan melainkan hanya tempat singgah. Ia menemukan rumah, pada apartemen sederhana, pada wangi yang meresap dalam tiap dekap yang ia terima dari Jaemin, pada suara tangis Jisung yang mengusik di tiap malam yang berisik. Suatu pencapaian besar bagi Jeno yang bersedia kembali ke rumah, ke tempat terindah, menyerah dan berpisah dari tiap-tiap perjalanan tanpa rasa.

"Akan ada 12 days off setelah penerbangan ini, Jaemin-ah." ucap Jeno yang tengah memeluk erat Jaemin di sofa apartemen sederhana mereka.

"Jisung sudah belajar merangkak hyung, dia sudah memanggil Mma dan Ppa lebih sering." Jaemin mengusap punggung tangan Jeno yang bertengger di perutnya yang rata.

"Kau tahu, ini musim dingin terindah sepanjang hidupku. Jangan memanggilku hyung lagi Jaemin-ah, aku suamimu. Maafkan aku atas semua yang telah berlalu, kau mau kan menua bersamaku?" Jeno menelusupkan wajahnya ke bahu sempit milik Jaemin, aroma vanilla yang menenangkan.

"Aku selalu percaya bahwa hati memang tak pernah tertukar. Merawat Jisung hingga ia besar, kita akan lakukan bersama-sama hyung." Jaemin mengecup puncak kepala Jeno yang bersandar di bahunya. Dan lagi-lagi, Jaemin tetap saja Jaemin, ia terlalu malu untuk memanggil Jeno dengan sebutan suami. Jeno adalah semestanya dan Jaemin adalah penduduk semesta paling bahagia.

~~~

January, 2011

"Hei anak Appa, say kimchiii." Jisung yang sedang merambati dinding kamarnya menoleh karena panggilan Jeno, lalu tersenyum lebar menampakkan dua gigi seri atas dan bawahnya ketika Jeno mengambil fotonya.

"Sayang, kita harus mandi. Appa, teh chamomile milikmu ada di meja makan ya." Jaemin tiba-tiba datang dan menggendong Jisung untuk dimandikan, Jeno mencuri satu dua kecupan dari bibir Jaemin sebelum beranjak meminum teh kesukaannya. Jisung tergelak dalam gendongan ketika melihat Jeno mencium Jaemin.

"Mma ... Ppa ... Kisseu." Jeno dan Jaemin membeku sampai akhirnya mereka bertiga tergelak lagi.

Jaemin sibuk menuangkan sabun, sedangkan Jisung sibuk membuat kecipak air di bak mandinya, tangan mungilnya yang penuh buih sabun mengusap hidung bangir sang ibu.

"Aish, Jisungie." Jisung tertawa dan Jaemin tidak pernah bisa benar-benar kesal jika berhubungan dengan Jisung.

Jeno menghampiri mereka, mengecup kepala Jaemin yang sedang duduk memandikan Jisung. Menyiapkan kameranya untuk membidik objek foto terindahnya.

"Eomma ... Jisungie ... Say cheese." Keduanya menoleh dan menunjukkan pose terbaiknya, Jeno mengulas senyum tipis setelah mengambil foto kedua malaikatnya. Mengusap lembut kepala Jaemin dan kembali menyesap teh chamomile-nya yang telah mendingin.

Terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali dan Jeno menyadarinya sekarang. Ayah dan ibunya telah benar dalam memilih jalan masa depan untuknya. Jaemin dan Jisung menjadi wujud kesempurnaan seorang Lee Jeno. Ia mencetak foto-foto yang telah diambilnya saat itu juga, diletakkan dalam pigura-pigura kecil yang akan menghiasi meja dan dinding di dalam  apartemen sederhananya, rumahnya bersama Jaemin dan Jisung.

To be continued

Autumn Anterograde [Nomin Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang