01:

744 59 1
                                    

'''
''
'


"Felix, kemari dulu ada yang mau mama papa bicarakan." ujar sang mama memanggil anak bungsunya yang bernama Felix untuk ke ruang tamu.

"Ada sesuatu yang penting yang mau kami berdua bicarakan." Felix mencari posisi duduk yang nyaman dan juga sudah menyiapkan kedua kupingnya terbuka lebar untuk mendengar ucapan sang mama.

"Kami berdua sepakat untuk mengirimkan kamu kembali ke tempat asalmu." ujar mamanya mantap membuat Felix tertegun.

Dia sudah nyaman tinggal disini kenapa tiba-tiba diusir? pikir Felix.

"Kami tidak mengusirmu lix," kata mama cepat seakan-akan tau kalau Felix sedang berpikir hal itu. 

"Iya benar nak, kami hanya mau kamu semakin mandiri saja. Toh umurmu udah mau menginjak 21 tahun jadi sudah pas lah untuk kembali." imbuh papa menambahkan. 

Felix memang dibesarkan di Australia namun kampung halamannya berada di Korea dan juga sejak umur 7 tahun Felix sudah dikasih tau kalau nanti ketika usianya menginjak dua puluh tahun ke atas dia harus bisa hidup mandiri di kampung halamannya. Hanya saja Felix tidak menduga kalua waktu akan berjalan dengan cepat seperti saat ini.

Felix mengadahkan wajahnya, di kedua mata orang tuanya Ia melihat ada harapan besar untuk Felix menerima permintaan mereka.

"Baiklah..." setuju Felix mengangguk. Kedua orang tuanya langsung memeluknya dan mengucapkan kata terima kasih.

"Sekarang kamu siap-siapin aja dulu ya barang-barangnya. Nyicil dari sekarang biar nanti gak ada yang kelupaan." Suruh mama sembari mengusap lembut rambut Felix.

Felix tersenyum singkat lalu berbalik badan hendak kembali ke kamarnya. Baru setengah langkah berjalan Felix kembali membalikkan badan hendak bertanya kapan dia bakal dikirim kembali ke korea.

"Kapan aku ke sananya mom?"

"Minggu depan, sengaja mama lamain supaya kamu bisa pamitan sama teman-teman kamu disini" jawab sang mama tersenyum.

"Oh baguslah, oke mom Felix ke atas dulu" kali ini Felix benar-benar melangkahkan kakinya mantap menuju kamar. Ketika sudah sampai dikamar Felix menutup pintunya pelan dan tak lupa menguncinya.

Dia sempat terdiam, menatapi setiap sudut demi sudut ruangan, berusaha menyimpannya dalam memorinya dikala nanti dia rindu dengan kamarnya ini.

Setelah merasa puas, Felix mulai mengambil koper yang sedikit berdebu dari bawah tempat tidunya. Ukuran koper itu juga cukup besar. Mulai dari peralatan penting dulu yang Felix utamain masuk kedalamnya kemudian lanjut ke koleksi gamenya, beberapa bajunya sudah teratur rapi.

Felix menaruh koper itu dipojok kamar dan mulai merenggangkan ototnya yang kaku akibat kelamaan bungkuk.

"Nah sekarang waktuku untuk...pergi ke rumah Eric lah buat mabar hiya.." seru Felix semangat. Jarak rumahnya dengan Eric hanya sekitar 5 langkah, mereka tetanggaan sekaligus best friend sejak TK.

Felix menuruni anak tangga dengan langkah santai, ketika Ia melewati ruang tamu tak sengaja indra pendengaraannya mendengar percakapan papanya yang sedang telponan entah sama siapa.

Awalnya Felix tidak begitu peduli, hanya saja ketika Ia mendengar namanya disebut, jadinya tingkat ke-kepoannya meningkat.

Perlahan tapi pasti Felix melangkah mendekat untuk menguping.

"Iya nanti Felix bakal kesana."

"Hari sabtu nanti dia berangkat."

"Ah iya-iya, btw saudaranya Felix gimana? Mereka masih ingat kan kalau mereka masih punya saudara kandungnya disini?"

"WAIT WHAT?!" Teriak Felix dalam hati. Mereka? Berarti saudaranya itu lebih dari satu? Yang Felix tau sih dia punya kembaran tapi sisanya dia tidak tau lagi.

Dari pada Felix makin gelisah, akhirnya dia memilih untuk langsung pergi ke rumah sahabatnya saja, dan bakal curhat ke Eric tentang masalahnya ini. 

TBC~



Home To You [Lee Felix]Where stories live. Discover now