05: boss

325 37 7
                                    

Lama tidak update! Pitik balik bentar sambil bawa crumbs sugusatoji 👀

Tambah sukufushi juga tentunya 👍

.

.

.

Ketika terjaga dari ketidaksadaran, Megumi hanya melihat langit-langit krem, dengan lampu bercahaya hangat, agak mirip dengan kamar hotel pria Ryomen itu—walaupun ia tidak yakin sedang berada di sana sekarang. Pakaian semalam masih melekat di tubuh. Jaket kulit dan kaus katun hitam, juga celana jeans gelap. Selepas membuatnya pingsan, Sukuna tidak serta merta membuang pakaiannya lagi.

Untung saja. Karena jika itu terjadi, Megumi akan memastikan Sukuna babak belur oleh tinjunya.

"Sudah bangun, sayang?" Tidak perlu repot-repot menoleh untuk tahu siapa yang datang. Pria Ryomen itu sekarang duduk di sisi ranjang, mengusap rambut Megumi pelan.

"Kita sudah sampai di Hokkaido. Tidak perlu naik kapal feri," jelasnya sambil tersenyum hangat.

"Kenapa kau menculikku? Mana Fujinuma?"

"Tidak ada yang berani menculik ketua geng yang ahli bela diri. Aku hanya mengantarkannya ke tempat tujuan. Fujinuma masih di Tokyo."

Megumi mendengkus gusar, kemudian bangun dari ranjangnya. Ia menatap Sukuna tajam, mencari apa sebenarnya intensi pria itu dari manik merahnya.

"Apa, sayang?" celetuknya sambil menopang dagu. Tangan yang tadi mengelus rambut, kini beralih pada jemari Megumi. Ia mengusap-usap punggungnya sambil berpikir cincin pernikahan seperti apa yang cocok di jari manis lelaki Fushiguro.

"Aku bukan kekasihmu."

"Sekarang," ralat Sukuna, "kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, lusa, atau beberapa jam kemudian." Pria itu mengedikkan bahu sambil menaikkan alis, membuat Megumi lantas membuang pandangan ke jendela yang masih tertutup tirai.

"Kau benar-benar membawaku ke Hokkaido?" Sorot matanya setengah ragu, setengah sendu. Lelaki itu pasti sedang khawatir bukan main. Baik kepada dirinya sendiri, juga orang lain yang hendak ia kunjungi.

Sukuna tidak terlalu bodoh untuk tahu apa tujuan pemuda Fushiguro kemari. Sejak kecil anak itu mungkin tidak terlalu mengenal seluk-beluk klan Zenin beserta perusahaannya. Jadi ia pasti hendak bicara dengan orang terdekat mendiang sang ayah.

Gojo Satoru, pria di pertengahan kepala tiga itu pasti sedang mengurusi tamu resort-nya sekarang. Maklum, banyak orang penting yang memilih untuk menginap di tempat berkelas. Ia akan sibuk ke sana kemari dan bercengkrama sekaligus membuka peluang bisnisnya sendiri. Agak sulit untuk mengharapkan lelaki itu berada di luar kandang.

"Telepon saja orang yang ingin kau temui," ujar Sukuna sambil meraih batang cerutu dari saku kemejanya, "aku akan merokok di balkon."

Pria bersurai merah muda langsung melangkah keluar kamar, meninggalkan Megumi seorang diri dengan ponsel tergeletak sisi ranjang.

.

.

.

"Kau tinggalkan pak tua itu seorang diri kemarin? Kau sadar ia bisa membeli separuh Jepang dengan kekayaannya?" celetuk seorang staff resort tanpa sedikitpun menoleh pada lawan bicara.

Pria berambut putih yang tengah sibuk—berpura-pura—membaca majalah brosur itu juga enggan melirik. Ia hanya menghela napas dan membalik halaman, kemudian mendecakkan lidah.

"Yang benar saja. Oi, Bos Satoru!" panggil staff berambut legam itu sambil memukul pelan kepala Gojo Satoru dengan kardus krimer.

"Kau memang karyawan favoritku tapi kau juga karyawan paling kurang ajar, Suguru," decih sang atasan sebelum menutup majalah dan membantingnya dengan suara keras.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 15, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

dearly | sukufushiWhere stories live. Discover now