Jaemin berbaring di sebelah Chenle, membuat si pemuda yang lebih muda menyingkirkan beruangnya dan memeluk Jaemin erat. Jaemin hanya diam saja dan mengusap-usap punggung Chenle.

"Selamat tidur"

***

Chenle pagi itu terbangun dan merasakan kehangatan yang luar biasa. Dia sudah lama tidak tidur dengan dipeluk seperti tadi. Dia selalu meminta Haechan atau Renjun untuk memeluknya, tapi kemarin mereka berdua mengunci kamar mereka dan itu membuat Chenle kesal, dan berakhir dia minta dipeluk Jaemin.

Chenle mengeratkan pelukannya dan mendusalkan wajahnya di leher Jaemin.

"Chenle-ya" suara serak Jaemin memanggil.

"Ayo bangun, sudah pagi, hyung harus segera mandi dan membuat sarapan untuk kalian." Chenle mengerang kesal sebelum dia bangun dan duduk.

"Kenapa memasak? Kan ada pelayan?" tanya Chenle.

"Kalau bisa memasak, ya lebih baik memasak sendiri. Apa kau masih mengantuk? Kalau iya tidur saja lagi, nanti aku bangunkan." 

TOK TOK TOK

Jaemin beranjak dari kasurnya dan membuka pintu, dia melihat para pelayan membawakan pakaian baru Jaemin. Nampak sudah disetrika dengan baik juga.

"Terimakasih, apa bisa membantuku untuk menatanya?" tanya Jaemin.

"Tentu saja Tuan" dan Chenle melihat bagaimana Jaemin dan para pelayan membereskan pakaian-pakaian Jaemin di ruang wardrobe. Chenle pun baru sadar jika tidak banyak barang di kamar Jaemin.

"Ini masih setengah enam pagi." gumam Chenle, dia menarik boneka beruang besar Jaemin dan memeluknya.

Jaemin sendiri baru saja selesai, dia berterima kasih pada para pelayan yang sudah mau membantunya. Para pelayan sendiri baru kali ini menemukan Tuan yang meminta izin saat meminta tolong. Mereka menyukai Jaemin, begitulah intinya.

Jaemin segera mandi setelah para pelayan keluar dari kamarnya. Dia segera mandi dan mengganti pakaian dengan yang baru, baju kotornya dia masukkan ke keranjang kotor. Jaemin melakukan perawatan kulit di pagi hari sebelum akhirnya dia membuka jendela kamarnya, dan mengatur suhu ruangan. Jaemin biarkan Chenle tidur lebih lama.

***

Jaemin  baru saja selesai memasak, saat semua penghuni rumah itu mulai turun satu per satu, termasuk Chenle yang tadi susah bangun. Mereka semua sudah siap.

"Ah, Jaeminnie memasak lagi?" tanya Taeyong.

"Ne, karena rasanya sangat kurang ajar jika kau tidak membalas kebaikan kalian yang sudah mengizinkanku tinggal di sini." ujar Jaemin.

"Masakan Jaemin enak kok, aku rasa aku akan terbiasa dengan masakan Jaemin mulai sekarang." ujar Taeil.

"Koki di sini yang membantuku, beliau orang yang lebih ahli." Koki di sana benar-benar merasa tersanjung dengan ucapan Jaemin. Para Tuannya memang orang baik, tapi hampir tidak pernah mereka mengucap atau memuji pekerjaan sang koki, dan setelah kedatangan Jaemin, semua pelayan di sana merasa benar-benar usaha mereka dihargai.

"Baiklah, ayo mulai makan." ajak Johnny. Mereka semua pun duduk di tempat mereka dan Haechan lagi-lagi merasa kesal dengan dasinya, Jaemin melihat itu dan membenahi dasi Haechan.

"Kau ada pertemuan lagi?" tanya Jaemin.

"Ck, kalau bukan karena harus bertemu dengan kolega-kolega kolot itu dan menaikkan saham perusahaan, aku tidak akan pernah mau datang, sialan." desis Haechan.

"Jangan mengumpat pagi-pagi." tegur Jaemin, Haechan merengut kecil.

Mereka mulai makan dengan tenang dan diselingi pembicaraan random. Hangat. Jaemin sudah lama tidak merasakan perasaan seperti ini, semenjak dia memutuskan keluar dari panti asuhan dan hidup sendiri.

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINWhere stories live. Discover now