Dengan sembarangan, Alice memarkirkan mobilnya, berlatih semua yang dia bisa, bahkan defensenya lebih di tekankan. Saat berlatih fisiknya, bayangan kekuatan Jack mampir di otakknya, memacu dirinya untuk berlatih lebih keras untuk bisa melawan jika keadaan itu terjadi lagi. Jika? Lo ngarep di pegang Jack? Sedangkan Jack aja lupa pernah megang lo. ledek pikirannya saat Alice mencoba berkonsentrasi.

"SHIT!" maki Alice dan tanpa sadar mengeluarkan petirnya dalam konteks berbahaya, bahkan salah satu batang pohon bolong di buatnya. Alice langsung mengacak-acak rambutnya karnea geram dan kesal.

Dia berkonsentrasi lagi untuk mengeluarkan pedang esnya, tetapi yang keluar malah listrik yang membentuk pedang. Listrik biru yang berisik dan juga mematikan. Dari pedang berubah lagi menjadi gumpalan biru, dan akhirnya Alice mengarahkannya ke tanah dan seketika tanah tersebut bolong cukup dalam dan di sekelilingnya berwarna hitam.

"Aku lupa, tidak boleh mengeluarkan petir." runtuk Alice.

"Ratu?" panggil seorang lelaki yang perawakannya jauh lebih tua dan dengan ciri khas Negri Selatan, berkulit putih pucat.

"I-iya?" kata Alice takut sambil berbalik badan dengan dramatis.

"Jadi benar, anda seorang manusia." katanya tenang. "Apalagi mempunyai sihir listrik yang seharusnya sudah punah." lanjutnya dengan nada mematikan.

DEG!

Bagaikan petir di siang hari dan tanpa awan. Mendengar kata-kata keluar dari penduduk Negri Selatan membuatnya pucat pasi. Sekelebat ketakutan yang di tanamkan Bundanya untuk larangan tentang menggunakan listrik menguar. Dia tidak bisa berkutik. Otak pintarnya membeku, terlalu kalut untuk memikirkan cara berkilah paling pintar.

"Sepertinya dugaanku benar." katanya lagi, masih menggunakan nada tajam. Tapi sedetik kemudian, muncul senyuman di wajah tampannya. (Aku udah bilang belom? Belom ya? Aku bilangin deh, semua wajah di Negri Selatan rata-rata ganteng. Eh, perasaan aku udah bilang kan? Oke. FYI aja.)

Senyuman yang menenangkan dan teduh, berbanding terbalik dengan kata-kata tajamnya. Alice mengkerutkan kening, terlihat jelas dia bingung dan was-was. Seketika dia menyerigai menakutkan. Membuat Alice bersiap dengan pedang es-nya. Saat itu juga lelaki itu tertawa keras.

"Hahahaha." tawanya terdengar renyah dan indah, seperti melodi lagu. Tapi walau agak terhipnotis, kesiagaan tubuh Alice masih ada. Dia tidak melepaskan genggaman tangannya pada pedangnya.

"Haha.." Alice mulai merasa jengkel dengan lelaki itu. Karena dengan seenaknya menertawakan hal yang tidak di ketahui Alice.

"Sudah?" tanya Alice dingin.

"Haha, maaf ... maaf.." masih terdengar sisa-sisa tawa darinya walau dia berusaha sekuat tenanga untuk berhenti dan mengucapkan  maaf. Bahkan di sudut mata kuningnya masih terselip air mata karena terlalu banyak tertawa.

Alice bersiap pergi saat orang itu menetralkan ekspresinya. "Jujur, aku sudah jarang menemui mata biru seterang itu. Dan kalau tidak salah, terakhir kalinya mata itu berkeliaran sekitar hmm,, 10 atau 15 tahun yang lalu. Lama juga ya." katanya dan membuat Alice membeku. Apa maunya sih? pikir Alice gemas.

"Apa maumu?!" tanya Alice geram dan dengan  tidak sopan mengacungkan senjata tepat di hadapan lelaki itu.

"Percayalah lil' princess, kamu akan di tertawakan jika melakukan hal itu pada orang lain." jawabnya enteng, dia duduk di batang pohon yang memang terpotong dan khusus untuk duduk. "Wanna hear a story?" tawarnya dan membuat Alice makin jengah dengan sikapnya. Mirip aku tapi dia lebih mahir menyembunyikan rautnya. Batin Alice berucap. Lalu ikut duduk di dekatnya.

What Is The Meaning Of LOVE?Where stories live. Discover now