prolog

12 0 0
                                        

Anak kecil cantik berlari kearah kantin sekolah. Sudah lelah dengan latihan baris-berbaris yang ada di sekolah dasarnya itu akhirnya pelatihnya pun mengizinkan untuk beristirahat. Saat memasuki kantin, wanita itu dengan sigap membuka lemari es. Siapa sangka, pria yang sedari tadi duduk di pojokan lapangan menjadi penonton setia latihan pasukan baris-berbaris mengambil minuman kesukaan wanita yang tengah lelah karena sudah berdiri hampir 2 jam dibawah sinar matahari. Faktanya, minuman itu hanya tersisa satu. Pria itu berlari setelah mengambil minuman rasa yang ada di lemari es kantin tanpa membayar. Wanita itu berdecak kesal sambil menghentakkan kaki.

Beberapa hari kemudian, wanita itu berkali-kali melihat pria dingin dengan kulit putih pucat pasi sedang berdiri di ruang guru dengan seragam olahraga yang bukan dari sekolah wanita ini. Dengan wajah yang sedikit di tenggakan, wanita ini melewati pria yang tengah sibuk melihat beberapa orang yang tengah asik di lapangan. Pria itu acuh.

Beberapa hari setelahnya, wanita itu melihat lagi si pria dingin. Ia tengah memainkan ponsel, duduk diam di depan kantin sekolah saat wanita itu tengah berlatih drumband. Tak heran mengapa ia selalu bertanya-tanya pada diri sendiri, siapa pria itu?

Setelah 6 bulan ia selalu melihat pria itu di hari jumat dan saat ia sedang berlatih ekstrakulikuler. Setelahnya, ia tak melihat pria itu lagi. Entah pria itu yang tidak pernah terlihat lagi, atau wanita itu yang tidak pernah melihat dikarenakan sibuk untuk mempersiapkan Ujian Sekolah.

Saat pelepasan siswa-siswi di sekolah dasarnya. Wanita itu masih sibuk dengan pertanyaan yang selalu saja ia ingin tanyakan pada pria dingin itu.

"Siapa kamu?"

***

Wanita yang terlihat kesal dan marah itu sedang berjalan tergesa-gesa seraya menghentakkan kaki. Terlihat dua sahabatnya di belakang mengejar wanita itu yang sedang mendatangi lapangan basket di sekolah menengah pertama mereka. Wanita yang alisnya berkerut itu membawa sebotol air mineral yang dia beli tadi di kantin sekolah. Wanita itu sepertinya tidak menghiraukan beberapa orang yang sedang latihan basket di lapangan. Ia menghampiri pria yang tengah duduk di tribun sambil tertawa dengan temannya. Dengan amarah dan kesalnya ia menampar lalu membuka tutup botol yang ia bawa tadi, lalu disiramnya pria yang tadi tengah mengobrol asik.

"BRENGSEK" Ucap wanita itu. Ia menahan amarah sekaligus tangis bahkan sepertinya menahan malu di tengah keramaian istirahat pertama ini. Dua sahabatnya itu langsung menyeret wanita tadi untuk tidak melanjutkan. Pria tadi yang merasa bahwa dirinya tidak ada masalah dengan wanita itu pun memanggil.

"ABDILLA RIFASSYA" Pria itu memanggil. Dengan jersey basket yang sudah basah, dan semua mata tertuju pada mereka berdua, pria itu menghampiri wanita yang sudah berkaca-kaca. Tak segan pria itu menampar balik di tengah lapangan. Beberapa orang terkejut bukan main, dua sahabat yang dipanggil Rifa pun langsung menahan Rifa untuk tidak emosi kembali.

"Beatrix Bellaria, Shafa Egrasia. Lepasin tu orang." Pria yang sudah memuncak emosinya, kembali untuk melayangkan tamparan pada Rifa. Tapi sepertinya, salah.

Bug

Pria yang ingin menampar Rifa tadi pun. Tersungkur. Rifa dan dua sahabatnya, dan semua pasang mata yang ada di tempat itu tak ada satupun yang tak melongo heran.

"Cewe itu bilang, lo brengsek Danevan Ozzora" Pria yang barusan memukul kencang Devan, angkat bicara seraya menunjuk Devan yang tengah membersihkan sedikit darah di sudut bibir. Devan yang tak mau kalah ia bangkit lalu memukul pria yang seharusnya tidak menjadi incarannya hari ini, dan siapa pria itu berani-beraninya mencampuri urusan seorang Danevan Ozzora.

Perkelahian sengit antara Devan bersama pria yang tak pernah semua orang pun berekspetasi bahwa ia akan menjadi lawan seorang Danevan Ozzora. Beberapa mata tertuju pada mereka. Siapa yang tidak tertuju? Berkelahi di tengah lapangan bahkan saat jam istirahat. Rifa yang terkejut bukan main memaksa memisahkan mereka. Rifa yang tidak pernah mengobrol dengan pria yang menjadi lawan Devan saat ini, bahkan hanya tau nama saja.

"Berhenti" Teriak Rifa sambil memaksa mereka berpisah. Dua sahabat Rifa sedang ke ruang guru untuk memanggil pak Sofwan selaku guru BK atau siapapun guru yang ada diruang guru saat ini.

"BERHENTI DENEVAN OZZORA!" Teriak Rifa sekali lagi, ia susah payah. Rifa yang pendek nan kecil sangat susah melawan mereka yang tinggi dan berisi. Semua orang yang melihat mereka bertiga tidak akan berani, apalagi melawan Devan.

"BERHENTI NARESH RUTVI" Teriak Rifa. Naresh yang sudah diatas Devan dan siap untuk memukul pun berhenti. Melihat wajah Rifa dan pipi kanannya yang memerah bekas hantaman dari telapak tangan Devan, membuat Naresh melihat Devan kembali lalu memukul kencang. Setelah itu, ia beranjak pergi, meninggalkan Devan, Rifa dan juga lapangan tadi.

"Sial"

neat-lyWhere stories live. Discover now