Taucer berbinar mendengarnya seraya melompat-lompat kegirangan,
"Kakak benar! Kalau kakakku sedang sibuk mencarikan ku hadiah, berarti aku juga harus bersabar menunggunya bukan? Baiklah! Aku akan menunggu kakak pulang nanti!" Ucapnya sambil berbalik masuk kedalam rumahnya. Misha berdehem pada orang yang ada dihadapannya seraya berpamitan pulang.
Sepanjang perjalanan, ia membuka topengnya dan Membenahi rambutnya seraya mengeluarkan bingkisan dari balik coat-nya Yang panjang. Ia terus berjalan melewati bukit salju yang tak terlalu tebal mengikuti jalan setapak menuju rumahnya.
"Ibu pulang! Rudy! Ibu bawa bingkisan dari Liyue!" Panggil Misha pada anaknya, namun rumahnya nampak sangat kosong dan sepi, "Rudy?!!" Panggilnya yang masih tak ada jawaban, ia kemudian berinisiatif untuk pergi keluar ke tempat anaknya biasa memancing dengan para orang tua di danau dekat rumahnya yang tentu saja untuk menghilangkan bosannya selama menunggu ibunya pulang kerja.
"Ah, ibu! Ibu rupanya sudah pulang, bagaimana pekerjaan hari ini? Melelahkan? Mau duduk dulu disini sebentar?" Ucap Rudy yang bersiap berdiri untuk ibunya.
"Tenang-tenang, misi hari ini tidaklah menyulitkan bahkan melelahkan, karena energi ibu sudah kembali lagi saat melihat anak ibu yang tampan dan pintar ini." Balas Misha yang memeluk seraya menghujani anaknya ini dengan kiss diseluruh wajahnya hingga ia berubah menjadi tomat karena malu.
"I-ibu! Aku ini sudah besar loh!" Ucapnya yang berusaha menjauh seraya menutupi wajahnya yang merah.
"Wahh, ibu dan anak sangat mesra sekali yah." Ledek para kakek yang melihat Rudy yang nampak malu-malu.
"J-jangan goda aku begitu dong paman..." Tepis Rudy yang semakin memerah wajahnya.
Misha terkekeh geli melihat anaknya yang semakin dewasa dari cara malu-malunya saat ia hujani kiss. Misha kemudian memberikan bingkisannya kepada Rudy, dan Rudy seperti biasanya selalu membagikan apa yang ia punya kepada orang-orang terdekatnya dengan senang hati, sungguh anak yang sangat baik,-- tidak, ia terlalu baik. Bahkan Lebih baik dan murah hati dibandingkan ibunya. Rudy sungguhlah anak yang baik, ia bahkan tak pernah sekali menyakiti bahkan melawan perkataan ibunya ini, namun tiap kali dirinya mendengar orang lain berkata miring tentang ibunya, naiklah pitannya setinggi pohon kelapa. Ia bahkan tak segan untuk main tangan dengan mereka ketika mereka sudah mulai kelewatan.
"Paman-paman, aku pulang dulu yah, besok kita mancing lagi okk! Sampai jumpa!" Lanjut Rudy seraya menenteng berat hasil tangkapannya hari ini dengan penuh semangat.
"Ikannya nampak banyak sekali, sini biar ibu yang bawa." Tawar Misha.
"Tidak, biar aku saja yang bawa, ibu pasti lelah setelah pulang kerja, nanti biar aku saja yah yang masak sore ini, ibu duduk saja memperhatikan sambil mengarahkan." Balasnya yang nampak sangat serius dan masih penuh semangat. Misha tersenyum dengan bangga dan senangnya terhadap anaknya yang mulai dewasa ini, ia kemudian mengelus lembut kepala anaknya yang berjalan tepat disebelah dirinya.
"Kau ini, memang anak ibu yang paling best sedunia." Pujinya dengan bangga.
"Ehehe!"
Sepanjang perjalanan, mereka terus bercanda gurau tentang hari mereka berdua saat ini, mulai dari salah satu paman yang tercebur saat memancing Gurita raksasa, ikan mereka tumpah karena tak sengaja tertendang saat ikut membantu menarik gurita tadi, hingga ember ikan Rudy seorang saja yang utuh tidak tertendang. Dan kini, tiba giliran Misha yang bercerita tentang harinya,
"Ibu tadi bertemu dengan boss ibu yang kau tau, harbinger yang jahat itu." Ucap Misha dengan nada bergidik. "Hii! Dari dekat Dia menakutkan sekali tau!!😖😫" Lanjut Misha semakin bergidik menceritakannya. "Untung ibu segera pulang tadi..."
"Sebegitu menakutkannya kah dia??" Tanya Rudy berusaha memastikan karena ia tak pernah melihat sang harbinger secara langsung.
Misha menganggukkan kepalanya hingga ber-siluet, Dan Rudy yang penasaran terus mengajukan pertanyaan pada Misha tentang sangat harbinger hingga sebuah pertanyaan yang telah ia siapkan sedaritadi keluar juga.
"Harbinger ini, orangnya seperti apa? Ah, tidak, maksudku, gayanya--tidak, umm.... Pokoknya dia itu, orang yang seperti apa bu?" Tanya Rudy yang terbata-bata pertanyaannya.
"Seperti apa? Em... Gimana yah bilangnya, ( ̄ヘ ̄)ᴴᴹᴹ" Misha hening beberapa saat, "pokoknya sangat menakutkan, ibu saja takut sekali padanya😫✊" Lanjut Misha yang kembali bergidik. Ia tidak bisa mengatakan pada anaknya sebagaimana mengerikannya harbinger satu ini, hanya kata 'sangat mengerikan' yang bisa ia lontarkan dari bibir rosie-nya. Menyedihkan sekali hidup wanita ini.
ANDA SEDANG MEMBACA
• | • 原審 x Reader • | • Genshin X Reader • | • (Bhs & Eng story mix) • | •
Fiksyen PeminatGenshin Impact was owned by miHoYo, I'm just writing fan fiction based on their story so far I played, anyway, this book might end up in hiatus if I really forget about this teehee~💗(〃^▽^〃)o~ NOTE ⚠⚠⚠ Mostly angst & 💧🔶!! & it's probably gonna go...
• | Black Rose | •
Mula dari awal
