Bagian 16

2K 367 53
                                    

HADIAH UNTUK SHABIRA UDAH RILIS, LOH!
JANGAN LUPA MAMPIR, YA!
TERIMA KASIH!!

•••

"Terkadang, indra menjadi lebih peka, saat yang mengeluarkan suara adalah orang yang dekat dengan kita."

- Muhammad Adam -

💚💚💚

Setelah kejadian tadi siang, Adam membawaku pulang dengan meminjam motor Fajar. Karena kebetulan Pak Daud belum datang karena harus mengantar Pak Rafi ke rumah Bang Shaka. Sekarang, aku di sini, di dalam kamarku.

Mungkin, jika sebelumnya aku hanya mengenal, bukan mengetahui siapa Dirga sebenarnya, aku tidak akan setakut ini. Hanya saja itu semua tidak benar. Aku mengenal Dirga lebih dari siapapun. Dirga itu, psikopat yang dengan liciknya bisa bebas dari masalah apa pun. Tindakannya tidak pernah ketahuan oleh siapapun. Kecuali denganku yang saat itu pernah diajak ke rumahnya.

"Khair!"

Aku tersentak saat Papa masuk ke dalam kamar dan memanggil namaku dengan sedikit keras. "Iya, Pa?"

"Kamu sakit? Daritadi Papa panggil kamu sama sekali tidak nyahut," tanya Papa.

Aku menggeleng. "Khair baik-baik aja. Cuma lagi capek, Pa."

"Gak bohong, 'kan?" tanya Papa.

Aku menggeleng pelan. "Papa ngapain ke sini?"

Papa terdiam sebentar, kemudian menatapku ragu. "Ada temenmu, Papa suruh tungu di pondok belakang rumah. Adam juga udah nemenin dia."

Aku sempat terdiam, memikirkan siapa gerangan manusia yang datang ke rumah dan mencariku selain Dirga. Karena laki-laki itu tak mungkin datang jika sendirian.

"Perempuan?" tanyaku.

Papa mengangguk. "Siapa tadi namanya, Laila? Laili? Lila? Lili? Pokoknya dari L."

Aku menahan senyumku saat Papa menyebutkan nama Laila dengan gerombolan teman-temannya. Lantas, aku langsung memakai khimarku dan pamit pergi pada Papa.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di belakang rumah. Sayangnya, sebelum langkahku sampai di pondok, Laila dan Adam kembali mengobrol sesuatu yang berkaitan denganku.

"Aku masih bingung, status apa yang cocok untuk kedekatan Abang dengan Kak Khair?" tanya Laila.

Aku memicingkan mataku. Sebenarnya apa yang ingin Laila sampaikan? Sepertinya dari siang tadi, ia selalu mendesak Adam untuk mengatakan sesuatu soal kami.

"Abang suka sama Kak Khair?" tanya Laila lagi.

Entah kenapa, aku menginginkan jawaban iya dari bibir Adam.

"Tidak. Saya hanya menjaganya, Om Galuh menitipkan Khairyah pada saya karena sifatnya yang terkadang suka ceroboh dan suka lupa makan. Semua yang saya lakukan padanya, hanya karena amanah dari Om Galuh. Tidak lebih dan tidak kurang."

Aku tersenyum tipis. Aku baru sadar dan mengingat bahwa berharap pada manusia hanya akan mendapatkan rasa sakit. Mataku menangkap bibir Laila yang tersenyum.

"Bisakah Abang menungguku sampai bisa menjadi perempuan yang pantas bersanding dengan Abang? Jujur, sudah sejak lama aku menyukai Abang. Agama yang Abang muliakan, membuat hatiku merasa sangat kagum."

Adam hanya diam. Kemudian menolehkan kepalanya ke arahku. Aku tersentak, lalu berbalik dan masuk ke dalam rumah. Walau sudah begini, Adam tidak memanggilku.

Catatan Khairyah [ END ]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα