Like We Should And Say We're Good! (4)

Start from the beginning
                                    

Rick Watson

Lang Fisher

Lucy Watson

Kau hanya membohongi dirimu sendiri. Cepat atau lambat kau akan membunuh gadis malang itu.

Keterkejutan Ken semakin menjadi-jadi ketika menemukan satu nama lagi di bagian paling bawah. Ken tahu dia menulisnya, tetapi juga menolak untuk percaya.

Sean Jackson.

"Dasar bodoh!" Ken berteriak, dan berakhir merobek-robek kertas itu. Kapan dia menulisnya? Kenapa dia menulisnya? Apa Ken sudah punya kepribadian lain yang membagi ingatan sampai-sampai dirinya bahkan tak sadar telah menulis nama adiknya sendiri?

"Tidak! TIDAK!" Ken mengamuk, mendorong jatuh semua yang ada di atas meja. Dia berdiri, berputar-putar di kamarnya sembari menaruh kedua tangan di kepala. Napasnya memburu sebelum dia membanting diri ke atas kasur.

"Aku tidak bisa membunuhnya! Aku tidak bisa membunuh mereka! Aku tidak bisa membunuh lagi!"

Ken merasa kewarasannya perlahan-lahan habis, dia merasa telah resmi menjadi gila. Membayangi dirinya membekam di ruang isolasi mengenakan pakaian serba putih yang menutupi seluruh tubuh kecuali kepala saja, kemudian tertawa dan menyebut puluhan nama manusia tak bersalah yang telah dibunuhnya.

Kepalanya terasa sakit, tetapi Ken justru memukul-mukul dahi karena bayangan dirinya menghabisi Sean mulai merasuk. Ken memukul adiknya sampai tak berdaya, kemudian menusuk-nusuk matanya menggunakan pisau dapur sambil tertawa girang. Hatinya berteriak, itu bukan aku! ITU BUKAN AKU!

Dadanya sesak, Ken mengambil duduk di tepi kasur, tetapi semua itu masih belum cukup membantunya. Ketika dia menunduk, matanya tanpa sengaja menangkap kembali kertas-kertas itu, dan menemukan satu yang tak digulung-gulung.

Ada banyak nama di sana, tetapi Ken hanya dapat membaca yang paling bawah karena matanya mulai basah. Entah hanya perasaannya saja, atau dia merasa nama itu mempunyai tinta yang lebih tebal.

Naegi

***

Ken menjauh lagi dari teman-temannya. Dia sungguh takut untuk berkumpul dengan mereka, khawatir kalau tangannya tiba-tiba saja meraih sesuatu yang tajam dan menghabisi temannya di tempat. Walau dia masih berbicara dengan Shiro saat berpapasan dengannya di lorong, atau menunggu bus bersama Lucy, tetapi yang lain juga tahu kalau Ken dalam fase "ingin sendirian" yang sudah dia lakukan sebelumnya.

Lucy bahkan tak repot untuk bertanya, sepertinya dia menyerah dan memilih untuk membiarkan Ken sampai dia mau bercerita, tetapi bagaimana mungkin Ken mau menceritakan itu padanya? Lucy, sebenarnya aku bergabung dengan organisasi gila yang membunuh orang-orang, dan kupikir aku harus membunuhmu selanjutnya.

Sebenarnya bukan hanya itu. Ken merasa teman-temannya tidak lagi merasa kehilangan keberadaannya karena Naegi mulai semakin sering bergabung, dan meski hanya Ken seorang yang tahu kalau dia sebenarnya Gina Sage, tetapi teman-temannya menyukai gadis itu. Alisha sangat senang memiliki teman perempuan lain yang mau makan bersama-sama di kantin sekolah, dan dia tidak akan ragu menyatakan kalau Rick sangat menyukai gadis itu. Mudah untuk dilihat.

Ken tak ingin menambah masalah dengan Naegi, keberadaannya sendiri sudah cukup mengganggu.

Namun, ketika dia berpikir dia bisa menjauh dari Naegi akan menyelesaikan sedikit masalahnya, ternyata tidak. Karena Ken yakin gadis itu lah yang mengikutinya. Ketika berada di kelas Biologi yang sama Naegi menawarkan dirinya untuk menjadi teman lab Ken, atau saat pelajaran olahraga di mana mereka harus saling membantu saat pemanasan.

You Just Met The Wrong PersonWhere stories live. Discover now