Rencana Penyelidikan

12 3 0
                                    

Setelah kematian Bi Iyem, Dinda makin penasaran apa yang sebenarnya terjadi kepada Lisa dan keluarganya. Dinda ingin sekali menyelidiki semua ini. Ia akan mengajak ketiga sahabatnya yaitu Arin, Didi, dan Tio. Sore itu Wildan mengajak Dinda untuk pulang bersamanya, tapi Dinda menolak dengan alasan akan kerja kelompok di rumah Arin. Sepertinya Wildan mempunyai rasa yang lebih kepada Dinda karena ia sangat perhatian kepada Dinda. Saat Wildan pergi, Dinda menemui ketiga sahabatnya yang tengah duduk di taman sekolah. Saat hari mulai petang, mereka nekat mendatangi koridor yang terkenal sangat angker tersebut. Hawa dingin mulai menyelimuti gedung sekolah. Saat mereka tengah menyusuri koridor, tiba-tiba melihat sorot cahaya. Ternyata itu adalah Pak Tono, satpam sekolah.

"Heyy, pulang pulang. Kalian ngapain masih disini?" tanya Pak Tono.

"Eng... saya mau ambil buku saya yang tertinggal di kelas pak." Jawab Tio.

"Terus yang lainnya mau ngapain?" Pak Tono kembali bertanya.

"Kami anterin Tio pak." Jawab Dinda tegas.

"Ya sudah cepat, bapak tunggu."

"Tidak usah pak, bapak lanjutkan saja tugas bapak."

"Yakin berani? Ya sudah bapak tinggal."

Akhirnya mereka berempat pun melanjutkan perjalanan. Tiba di depan kelas 12 J, mereka mendengar suara tangisan. Didi yang penakut hanya bisa berlindung di belakang Tio. Seketika Arin melihat ada sesorang berlari ke arah mereka. Dan ternyata itu adalah Wildan. Dinda terkejut karena Wildan ada di sini, padahal barusan dia pulang naik motor. Ternyata Wildan melihat Dinda menemui ketiga sahabatnya di taman. Wildan tak tega jika dinda kenapa kenapa, jadi ia mengikuti dinda.

"Maaf ya, ini karena aku peduli sama kamu." Ucap wildan.

Ketiga sahabat Dinda hanya tersenyum. Sebegitu perhatiannya Wildan pada Dinda. Saat mereka tengah berbincang, terdengar suara seperti meja yang terlempar. Suara itu kembali berasal dari dalam kelas 12J. Mereka berlima terkejut. Wildan yang pemberani pun langsung memasuki kelas itu dan meminta keempat temannya untuk menunggu di luar. Alangkah terkejutnya Wildan saat ia melihat sosok putih berambut panjang yang tengah duduk di bangku paling pojok kelas itu. Wildan memberanikan diri untuk mendekat. Saat ia mendekat, sosok tersebut hilang. Ia mencoba merekam kejadian disana namun tiba-tiba hanphone yang ia pegang jatuh. Ia langsung mengambilnya di kolong meja. Saat ia mengambil handphonenya, tangannya tertarik oleh sesuatu. Seperti ada tangan yang menggengamnya erat. Sontak tubuhnya terbentur meja dan kursi akibat di tarik oleh sosok tak kasat mata tersebut. Wildan merasa sangat tidak enak, dia merasa bahwa kehadirannya disini sangat menggangu. Ia memutuskan untuk pergi. Saat keluar temannya bertanya-tanya apakah yang terjadi di dalam. Namun ia hanya berkata,

"Aku harus memanggil Naya yang bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk seperti mereka."

Dinda dan ketiga temannya hanya terdiam. Mereka memutuskan untuk pergi dari tempat itu dan pulang.

"Din, temenin aku ya, ke rumah Naya. Kamu pengen kasus di sekolah kita cepat terelesaikan bukan?"

Dengan senang dia menerima ajakan Wildan. Di tengah perjalanan Dinda mendapatkan telfon dari ibunya. Apalagi jika tidak disuruh pulang. Akhirnya Dinda meminta ijin kepada ibunya untuk kerja kelompok. Dinda menyampaikan kepada ibunya bahwa malam ini ia akan diantar pulang oleh Wildan dan kakaknya tidak perlu menjemput. Dinda adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya laki-laki, bernama Riyan, Dinda biasa memanggilnya Kak Iyan. Pantas saja ia menjadi yang paling disayang dan yang paling dikhawatirkan dalam keluarganya. Wildan yang merasa lapar akhirnya berhenti di suatu tempat makan pinggir jalan. Nasi goreng langganannya ini menjadi andalannya saat lapar malam-malam. Mereka pun makan dengan lahapnya akibat lelah akan kejadian hari ini. Setelah selesai, mereka langsung menuju rumah Naya untuk membicarakan rencana Wildan. Saat sampai, Dinda yang baru pertama kali pergi ke rumah Naya pun terkejut dengan keadaan rumah Naya yang sangat horor. Di teras rumahnya saja terdapat banyak sekali asap. Seperti keluarga paranormal katanya. mereka mengetuk pintu berkali-kali namun tetap saja tidak ada jawaban. Saat mereka berbalik badan, mereka terkejut karena ada seseorang berpakaian serba putih dengan rambut tergerai panjang. Ternyata itu Naya.

"Ngapain si pake putih-putih gini malem?" Wildan yang memarahi Naya karena terkejut.

Naya hanya menjawab jika dirinya sangat menyukai warna putih karena putih itu dilambangkan suci. Akhirnya naya mempersilahkan mereka berdua masuk. Benar saja, suasana rumahnya memang sangat seram, entah kenapa bisa termotivasi membuat rumah seperti ini. Wildan mulai menceritakan semuanya kepada Naya. Naya adalah teman kecil Wildan. Dari kecil ia memang sudah bisa melihat makhluk tak kasat mata dan berkomunikasi pada mereka, bahkan Wildan juga sudah terbiasa melihat Naya berbicara sendiri. Tak heran Wildan juga menjadi sosok yang pemberani. Mereka mulai menyusun rencana untuk menyelidiki kasus ini. 

TEROR 12 JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang