'Eh mas baristanya belum ganti lagunya ternyata'
"Jangan buang sampah sembarangan, Yas." Ucapnya lalu duduk tepat di depanku. "Enak banget sih lagu ini."
Radit, si pemilik suara yang sedang kuabaikan mengomentari lagu yang masih menggema seantero Cafe.
"Emang dimakan?" Aku memutuskan untuk menanggapinya.
"Enak di telinga, Yasna. Sekali-kali kamu terjemahin dong buat aku."
"Ogah."
"Kenapa? Isinya menyayat hati? Mengingatkanmu pada si dia?"
Aku menatap Radit sebal, setelah itu kulanjutkan mencatat tugas Vocabulary-ku.
"Yas. Dijawab dong."
"Call me big sis"
"Big sis dari mana?"
"Aku mahasiswa, kamu anak SMA"
"Aku lahir tahun 95 Yas, kamu tahun 96."
Aku menatap sebal lagi pada Radit, dia ada benarnya. Radit memang lebih tua, tapi dia telat masuk sekolah dan aku malah lebih cepat masuk TK.
Sekarang pun Radit masih kelas XII SMA. Sebentar lagi dia ujian, dan di saat seperti inilah Radit akan selalu merepotkan.
Aku mengenal Radit sejak setahun lalu, kami bersekolah di SMA yang sama. Waktu itu aku masih aktif sebagai siswi yang suka mengikuti lomba ke mana-mana, lomba pidato Bahasa Inggris, lomba sebagai news anchor, dan story telling.
Radit yang satu tahun di bawahku suka memperhatikanku di setiap lomba, dan sejak saat itulah dia memilih berteman denganku dengan alasan ingin belajar Bahasa Inggris. Tiap kali akan ujian Bahasa Inggris pun dia selalu datang ke kelas seperti mahasiswa yang minta bimbingan pada dosbing.
Kembali ke pembahasan tentang siapa yang lebih senior, dan kenapa Radit harus memanggilku big sister, aku tiba-tiba teringat sesuatu yang membedakan antara Siswa dan Mahasiswa.
"Dit, denger deh, tetep aja aku lebih senior, lebih dulu jadi mahasiswa, ada MAHA-nya."
Aku melihat Radit menggaruk dahinya lalu menatapku keheranan. "Terserah deh." Dia menyerah dan aku merasa menang. Tumben sekali Radit menyerah secepat ini.
"Big sis, aku belajarnya di mana nih? Di sini?"
Mata Radit mengitari seluruh ruangan yang dipenuhi oleh banyak sekali orang, cafe ini sedang ramai. Dan Radit yang menghubungiku tadi memang sengaja aku minta untuk datang ke sini.
"Nggak hari ini ya, banyak tugas nih. Besok sore aja, ok?" Jawabku sambil menahan senyum, gemas akan Radit yang memanggilku seperti yang kuminta.
"Trus gunaku nyamperin kamu ke sini untuk apa, Yasna?"
Eh iya, ya Dit....
***
Yasna;
Radit;Author's note:
Halo!
Aku nulis cerita baru, padahal janji mau lanjut Livy :'(
Tapi, tapi...
Aku mau bilang,
Kalo cerita inipun sudah tersimpan di draft sejak Januari 2020.
Dan akhirnya aku publish tahun ini.Trus untuk nama tokohnya aku sengaja dibedain banget ya, hehe pengen suasana baru. Pokoknya kalian bayangin aja Radit itu Raditaehyung trus si Yasna itu Joyasna wkwkw
Mohon dukungannya ya teman-teman, selamat membaca ❤️
Vote dong, sampe 50 aja deh :)
YOU ARE READING
Pensil Warna
RomanceTentang Radit dan Yasna yang tidak tahu bagaimana caranya berhenti bermain petak umpet dengan perasaan mereka. Dan pensil warna adalah saksinya :) 23 Maret 2021 Manip by naveroute on Instagram.
Bagian Satu
Start from the beginning